Nabi Adam dan Iblis Tinggal di Surga yang Sama?
Sabtu, 11 Desember 2021 - 13:10 WIB
Jumhur ulama berpendapat bahwa surga yang ditinggali oleh Nabi Adam adalah surga yang ada di langit, yaitu Surga Ma'wa, surga keabadian. Maknanya, di surga itu pula iblis tinggal. Namun begitu, ada ulama yang berpendapat bahwa surga Adam itu berada di bumi dan tidak abadi.
"Ulama itu mengatakan, bahwa surga yang ditinggali oleh Adam as ketika itu bukanlah surga keabadian, karena di sana ia masih mendapat pelarangan, yaitu untuk tidak mendekati pohon terlarang," tulis Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul Qashash Al-Anbiyaa atau Kisah Para Nabi.
Menurut Ibnu Katsir, banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab oleh para ulama dari kelompok pendapat yang kedua untuk membuktikan kebenaran penafsiran mereka, di antaranya: Tidak dapat disangkal bahwa Allah mengusir iblis dari hadapan-Nya ketika iblis menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam.
Lalu iblis diperintahkan untuk keluar dari surga dan turun ke bumi. Namun perintah ini bukanlah perintah syar'i, karena perintah syar'i itu dapat (bisa jadi) dilanggar, tapi perintah Allah kepada iblis itu merupakan perintah takdir yang tidak mungkin dilanggar ataupun diacuhkan.
Oleh karenanya dalam surat Al-A'raf disebutkan, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir!” ( QS Al-A'raf: 18 ).
Disebutkan pula, “Maka turunlah kamu darinya (surga): karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.” ( QS Al-A'raf: 13 ).
Dikatakan pula, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk.” ( QS Al-Hijr: 34 ).
Ibnu Katsir menjelaskan dhamir (haa) pada kata “minhaa” bisa kembali pada kata “jannah” (surga), atau “samaa” (langit) atau “manzilah” (kedudukan).
"Tapi pada kata apapun dhamir itu kembali namun tetap saja setelah itu iblis sudah tidak diperbolehkan lagi untuk datang ke tempat yang dijauhkan atau terusir darinya, tidak untuk menetap dan tidak juga untuk sekadar berlalu atau mampir saja," ujarnya.
Menurut Ibnu Katsir, Al-Qur'an telah menyebutkan iblis itu membisikkan kata-katanya kepada Adam atau berbicara kepadanya, contohnya:
“Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” ( QS Thaha: 120 ).
“Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu,” dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya.” ( QS Al-A'raf: 20 -22).
"Ayat-ayat ini menunjukkan bahwasannya iblis berada bersama Adam dan Hawa di surga tempat tinggal mereka saat itu," ujar Ibnu Katsir.
Lalu para ulama yang mengusung pendapat bahwa surga Adam itu bukan surga keabadian menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan, bahwasanya tidak menutup kemungkinan bahwa iblis mendatangi Adam dan Hawa di surga hanya untuk sekadar melewatinya saja, bukan untuk menetap di sana. Atau bisa jadi ia membisikkan kata-katanya itu di depan pintu surga, atau di bawah langit. Namun tentu saja ketiga kemungkinan ini masih dapat diperdebatkan. Wallahu a'lam.
"Ulama itu mengatakan, bahwa surga yang ditinggali oleh Adam as ketika itu bukanlah surga keabadian, karena di sana ia masih mendapat pelarangan, yaitu untuk tidak mendekati pohon terlarang," tulis Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul Qashash Al-Anbiyaa atau Kisah Para Nabi.
Menurut Ibnu Katsir, banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab oleh para ulama dari kelompok pendapat yang kedua untuk membuktikan kebenaran penafsiran mereka, di antaranya: Tidak dapat disangkal bahwa Allah mengusir iblis dari hadapan-Nya ketika iblis menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam.
Lalu iblis diperintahkan untuk keluar dari surga dan turun ke bumi. Namun perintah ini bukanlah perintah syar'i, karena perintah syar'i itu dapat (bisa jadi) dilanggar, tapi perintah Allah kepada iblis itu merupakan perintah takdir yang tidak mungkin dilanggar ataupun diacuhkan.
Oleh karenanya dalam surat Al-A'raf disebutkan, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir!” ( QS Al-A'raf: 18 ).
Disebutkan pula, “Maka turunlah kamu darinya (surga): karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.” ( QS Al-A'raf: 13 ).
Dikatakan pula, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk.” ( QS Al-Hijr: 34 ).
Ibnu Katsir menjelaskan dhamir (haa) pada kata “minhaa” bisa kembali pada kata “jannah” (surga), atau “samaa” (langit) atau “manzilah” (kedudukan).
"Tapi pada kata apapun dhamir itu kembali namun tetap saja setelah itu iblis sudah tidak diperbolehkan lagi untuk datang ke tempat yang dijauhkan atau terusir darinya, tidak untuk menetap dan tidak juga untuk sekadar berlalu atau mampir saja," ujarnya.
Menurut Ibnu Katsir, Al-Qur'an telah menyebutkan iblis itu membisikkan kata-katanya kepada Adam atau berbicara kepadanya, contohnya:
“Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” ( QS Thaha: 120 ).
“Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu,” dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya.” ( QS Al-A'raf: 20 -22).
"Ayat-ayat ini menunjukkan bahwasannya iblis berada bersama Adam dan Hawa di surga tempat tinggal mereka saat itu," ujar Ibnu Katsir.
Lalu para ulama yang mengusung pendapat bahwa surga Adam itu bukan surga keabadian menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan, bahwasanya tidak menutup kemungkinan bahwa iblis mendatangi Adam dan Hawa di surga hanya untuk sekadar melewatinya saja, bukan untuk menetap di sana. Atau bisa jadi ia membisikkan kata-katanya itu di depan pintu surga, atau di bawah langit. Namun tentu saja ketiga kemungkinan ini masih dapat diperdebatkan. Wallahu a'lam.
(mhy)