Apakah Nabi Muhammad Berolahraga?
Jum'at, 17 Desember 2021 - 16:54 WIB
Ada Perang Badar di tahun kedua, Perang Uhud di tahun ketiga, Perang Khandaq di tahun kelima, Perang Khaibar di tahun ketujuh, Perang Fathu Mekkah, Perang Mu'tah dan Perang Hunain di tahun kedelapan.
Dan di tahun kesepuluh ada Perang Tabuk. Belum lagi perang-perang kecil lainnya. Maka para sahabat dituntut untuk bisa menggunakan senjata untuk perang. Yang paling dasar tentu saja memanah, selain juga harus bisa naik kuda, karena perang itu biasanya diawali dengan perjalanan yang jauh berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Kalau tidak bisa naik kuda, belum sampai tempat perang sudah tepar kecapean, nggak jadi perang.
Jadi, memanah dan berkuda itu jangan dipahami sebagai sebuah cabang olahraga di masa kenabian. Jelas sekali Nabi tidak melakukan aktivitas olahraga seperti kita di masa sekarang.
Memanah dan berkuda di masa kenabian tidak lain merupakan bagian dari latihan perang yang dilakukan di basecamp training center. Yang ikut latihan tentu saja para prajurit yang mau segera berangkat ke medan pertempuan seungguhnya (Battle Field).
Sebenarnya memanah dan berkuda hanya salah satu sarana perang yang sifatnya tradisional. Kedua belah pihak sama-sama memanah dan berkuda.
Kalau mau menang dan lebih unggul, tentu sarana yang digunakan jangan yang seimbang, harus yang lebih di atasnya lagi. Maka perhatikan baik-baik bahwa Nabi banyak memakai teknik perang modern yang belum pernah dikenal di dunia Arab saat itu.
Misalnya tehnik menguasai sumur Badar sebelum perang dimulai. Tehnik macam itu jelas bikin pasukan musyrikin blingsatan tidak karuan. Sebab apa enaknya perang sambil kehausan.
Atau ketika Nabi perintahkan gali parit Khandak sepanjang 5 Km. Ini strategi modern buat seni perang bangsa Arab kala itu. Ketika lawan hanya mengandalkan senjata tradisional seperti panah dan pedang, kala itu pasukan muslimin menghadang mereka dengan teknologi impor dari Persia berupa benteng parit.
Namun, kalau hari ini kita umat Islam merasa perlu berolahraga, karena gaya hidup kita membutuhkannya, tentu tidak jadi masalah. Silahkan saja berolahraga demi menjaga kebugaran dan kesehatan.
Namun olahraganya tidak harus dengan memanah atau berkuda. Sebab, memanah dan berkuda di masa kenabian bukan salah satu cabang olahraga.
Olahraga seperti yang kita kenal di masa sekarang, jelas tidak dilakukan Nabi. Kita tidak akan pernah menemukan riwayat misalnya Nabi bikin pertandingan sepak bola, bulutangkis, basekt, voli atau catur.
Dan Nabi tidak pernah bikin turnamen atau kejuaraan, , lalu menyiapkan 'Muhammad Cup' misalnya buat para sahabat yang bertanding. Tidak pernah terjadi hal-hal semacam itu. Dan jangan pernah membayangkan.
Mekkah dan Madinah tidak pernah digagas untuk menjadi tuan rumah perhelatan olahraga international yang menggelar 46 cabang olahraga macam Olimpiade Tokyo.
Memang ada orang Arab tradisional di masa kenabian yang suka lomba adu balap unta, atau adu gulat perkelahian, atau berburu hewan liar bahkan lomba memanah. Namun jangan dianggap semua itu merupakan syariat turun dari langit dibawa Jibril 'alaihissama, yang harus dikerjakan oleh seluruh umat Islam sedunia sepanjang masa.
Jangan terkecoh dengan segala yang ada di masa kenabian.
Note:
Salamah bin Akwa' menceritakan diantara bentuk permainan tradisional orang Arab di masa lalu lomba memanah. Nabi shallallahu 'alihi wasallam tidak melarang bahkan menyemangati mereka. Berikut petikan hadisnya:
عن سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى نَفَرٍ مِنْ أَسْلَمَ يَنْتَضِلُونَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا ، ارْمُوا، وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلاَنٍ) ، قَالَ: فَأَمْسَكَ أَحَدُ الفَرِيقَيْنِ بِأَيْدِيهِمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَا لَكُمْ لاَ تَرْمُونَ) ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَهُمْ، قَالَ: (ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ) ".
Dan di tahun kesepuluh ada Perang Tabuk. Belum lagi perang-perang kecil lainnya. Maka para sahabat dituntut untuk bisa menggunakan senjata untuk perang. Yang paling dasar tentu saja memanah, selain juga harus bisa naik kuda, karena perang itu biasanya diawali dengan perjalanan yang jauh berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Kalau tidak bisa naik kuda, belum sampai tempat perang sudah tepar kecapean, nggak jadi perang.
Jadi, memanah dan berkuda itu jangan dipahami sebagai sebuah cabang olahraga di masa kenabian. Jelas sekali Nabi tidak melakukan aktivitas olahraga seperti kita di masa sekarang.
Memanah dan berkuda di masa kenabian tidak lain merupakan bagian dari latihan perang yang dilakukan di basecamp training center. Yang ikut latihan tentu saja para prajurit yang mau segera berangkat ke medan pertempuan seungguhnya (Battle Field).
Sebenarnya memanah dan berkuda hanya salah satu sarana perang yang sifatnya tradisional. Kedua belah pihak sama-sama memanah dan berkuda.
Kalau mau menang dan lebih unggul, tentu sarana yang digunakan jangan yang seimbang, harus yang lebih di atasnya lagi. Maka perhatikan baik-baik bahwa Nabi banyak memakai teknik perang modern yang belum pernah dikenal di dunia Arab saat itu.
Misalnya tehnik menguasai sumur Badar sebelum perang dimulai. Tehnik macam itu jelas bikin pasukan musyrikin blingsatan tidak karuan. Sebab apa enaknya perang sambil kehausan.
Atau ketika Nabi perintahkan gali parit Khandak sepanjang 5 Km. Ini strategi modern buat seni perang bangsa Arab kala itu. Ketika lawan hanya mengandalkan senjata tradisional seperti panah dan pedang, kala itu pasukan muslimin menghadang mereka dengan teknologi impor dari Persia berupa benteng parit.
Namun, kalau hari ini kita umat Islam merasa perlu berolahraga, karena gaya hidup kita membutuhkannya, tentu tidak jadi masalah. Silahkan saja berolahraga demi menjaga kebugaran dan kesehatan.
Namun olahraganya tidak harus dengan memanah atau berkuda. Sebab, memanah dan berkuda di masa kenabian bukan salah satu cabang olahraga.
Olahraga seperti yang kita kenal di masa sekarang, jelas tidak dilakukan Nabi. Kita tidak akan pernah menemukan riwayat misalnya Nabi bikin pertandingan sepak bola, bulutangkis, basekt, voli atau catur.
Dan Nabi tidak pernah bikin turnamen atau kejuaraan, , lalu menyiapkan 'Muhammad Cup' misalnya buat para sahabat yang bertanding. Tidak pernah terjadi hal-hal semacam itu. Dan jangan pernah membayangkan.
Mekkah dan Madinah tidak pernah digagas untuk menjadi tuan rumah perhelatan olahraga international yang menggelar 46 cabang olahraga macam Olimpiade Tokyo.
Memang ada orang Arab tradisional di masa kenabian yang suka lomba adu balap unta, atau adu gulat perkelahian, atau berburu hewan liar bahkan lomba memanah. Namun jangan dianggap semua itu merupakan syariat turun dari langit dibawa Jibril 'alaihissama, yang harus dikerjakan oleh seluruh umat Islam sedunia sepanjang masa.
Jangan terkecoh dengan segala yang ada di masa kenabian.
Note:
Salamah bin Akwa' menceritakan diantara bentuk permainan tradisional orang Arab di masa lalu lomba memanah. Nabi shallallahu 'alihi wasallam tidak melarang bahkan menyemangati mereka. Berikut petikan hadisnya:
عن سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى نَفَرٍ مِنْ أَسْلَمَ يَنْتَضِلُونَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا ، ارْمُوا، وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلاَنٍ) ، قَالَ: فَأَمْسَكَ أَحَدُ الفَرِيقَيْنِ بِأَيْدِيهِمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَا لَكُمْ لاَ تَرْمُونَ) ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرْمِي وَأَنْتَ مَعَهُمْ، قَالَ: (ارْمُوا وَأَنَا مَعَكُمْ كُلِّكُمْ) ".