Kisah Sufi Ahmad Al-Badawi: Ketika Api Mulai Disembah dan Orang-Orang Tidak Waras

Sabtu, 18 Desember 2021 - 13:22 WIB
"Patung ini melambangkan manusia, yang melambangkan kemampuan, yang bisa dipergunakan."

"Mungkin begitu," kata para pemuja Nur, "tetapi hanya sedikit orang yang bisa mengetahui sesuatu di balik rahasia sejati."

"Hanya bagi yang yang mau mengerti, bukan bagi mereka yang menutup mata terhadap kenyataan sebenarnya," timpal murid ketiga.

"Ini bid'ah, dan berasal dari seorang yang bahkan tak bisa berkomunikasi dalam bahasa kami dengan benar, dan bukan pendeta yang ditahbiskan menurut keimanan kami," geram para pendeta itu. Murid itu pun menemui jalan buntu.

Rombongan itu meneruskan perjalanan, dan sampai di negeri suku yang keempat. Kini, murid yang keempat melangkah ke tengah orang banyak.

"Legenda tentang api itu benar adanya, dan saya tahu bagaimana dibuat."



Kekacauan muncul di antara suku itu, yang terbelah menjadi beberapa kelompok. Ada yang berkata, "Yang Saudara katakan mungkin benar, dan jika demikian halnya, kami ingin mengetahui bagaimana cara membuat api."

Ketika orang-orang ini diuji oleh Sang Guru dan muridnya, ternyata kebanyakan dari mereka tertarik membuat api hanya untuk kepentingan pribadi raja, dan tidak menyadari betapa akan bermanfaatnya api untuk kemajuan manusia.

Begitu dalamnya legenda yang menyimpang itu merasuki pikiran orang-orang itu sehingga mereka yang mengira dirinya memperjuangkan kebenaran sering kali justru merupakan orang-orang tidak waras, yang tidak bisa membuat api bahkan setelah ditunjukkan caranya.

Ada kelompok lain yang berkata, "Sudah jelas legenda itu tidak benar. Orang ini hanya berusaha membodohi kita untuk memperoleh kedudukan di negeri ini."

Dan kelompok lainnya lagi berkata, "Kami lebih suka legenda itu tetap seperti semula karena itulah yang menjadi perekat keutuhan negeri kami. Kalau kami melupakan legenda dan suatu ketika ternyata tafsiran baru itu tak berguna, apa jadinya kami ini?"

Dan masih hanyak lagi pendapat lain di antara mereka.

Kemudian, rombongan itu pun berjalan sampai mereka mencapai negeri suku yang kelima; di sana pembuatan api lazim ditemui, dan kegiatan penduduknya sangat beragam.

Sang Guru berkata kepada murid-muridnya:

"Kalian mesti belajar bagaimana mengajarkan sesuatu kepada orang lain, sebab manusia tidak ingin diajar. Pertama-tama, beritahu mereka cara belajar. Dan sebelum itu, kalian harus menunjukkan kepada mereka bahwa selalu ada saja hal yang perlu dipelajari. Mereka membayangkan bahwa mereka siap belajar. Tetapi, mereka ingin mempelajari apa yang mereka bayangkan harus dipelajari, bukan apa yang terdahulu harus mereka pelajari. Kalau kalian telah memahami semua niscaya kalian bisa merencanakan cara mengajar. Pengetahuan tanpa kemampuan khusus untuk tidak sama dengan pengetahuan dan kemampuan."



Ahmad Al-Badawi (wafat tahun 1276) ketika ditanya, "Siapakah orang barbar itu?", ia menjawab:

"Seorang barbar adalah seorang yang daya pahamnya begitu rendah sehingga ia mengira bisa mengerti dengan sekadar memikirkan atau merasakan sesuatu yang hanya jelas dipahami lewat pengembangan dan penerapan terus-menerus dalam usaha meraih Tuhan."

"Manusia menertawakan Musa dan Yesus, entah karena mereka sama sekali tidak mengacuhkan, atau karena mereka menyembunyikan dari diri mereka sendiri tentang apa yang orang-orang ini sungguh maksudkan ketika berbicara dan bersikap."

Menurut riwayat darwis, Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam; ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.

Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.

Halaman :
Follow
cover top ayah
وَالَّذِيۡنَ اتَّخَذُوۡا مَسۡجِدًا ضِرَارًا وَّكُفۡرًا وَّتَفۡرِيۡقًۢا بَيۡنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَاِرۡصَادًا لِّمَنۡ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ مِنۡ قَبۡلُ‌ؕ وَلَيَحۡلِفُنَّ اِنۡ اَرَدۡنَاۤ اِلَّا الۡحُسۡنٰى‌ؕ وَاللّٰهُ يَشۡهَدُ اِنَّهُمۡ لَـكٰذِبُوۡنَ
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, Kami hanya menghendaki kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).

(QS. At-Taubah Ayat 107)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More