Kisah Tragis Tokoh Jahiliyah Tewas Disambar Petir Setelah Mengolok-olok Allah
Selasa, 18 Januari 2022 - 15:33 WIB
Apa yang dialami tokoh Jahiliyah ini layak kita jadikan pelajaran agar tidak sekali-kali mengolok-olok Allah dan Rasul-Nya. Sosok Jahiliyah yang dijuluki Fir'aun Arab ini tewas disambar petir setelah mengejek Dzat Yang Maha Agung.
Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an untuk kita jadikan hikmah. Salah satu kuasa Allah yaitu melepaskan petir yang mematikan dan menimpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Tak bisa dibayangkan bagaimana petir menggelegar membuat hati manusia ciut ketika mendengarnya. Dampaknya kerap bisa mematikan manusia. Inilah yang dimaksud dengan "kilat yang menakutkan". Berikut firman-Nya:
"Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para Malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya." (QS Ar-Ra'd Ayat 13)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini turun sehubungan dengan sikap tokoh jahiliyah Amir bin ath-Thufail yang sudah kelewat batas. Diriwayatkan oleh Al-Hafizh Abu Ya'la al-Mushili, dari Ishaq dari Ali bin Abi Sarah asy-Syaibani dari Tsabit dari Anas, bahwa suatu hari Rasulullah mengutus seorang sahabat kepada tokoh Jahiliyah itu.
"Pergilah kepadanya dan panggillah dia untuk datang kepadaku." Maka utusan itu pergi kepada Amir bin Thufail seraya mengatakan: "Rasulullah memanggilmu." Amir menjawab: "Siapa Rasulullah, dan apa itu Allah? Apakah ia terbuat dari emas, atau dari perak, atau dari kuningan?"
Maka utusan itu kembali kepada Rasulullah memberitahukan penolakan Amir. "Wahai Rasulullah, saya sampaikan padamu bahwa dia menolaknya, dia mengatakan padaku begini dan begitu." Maka Rasulullah menyuruhku kembali lagi kepadanya. Utusan itu pun pergi kepadanya dan mendapat jawaban serupa.
Utusan itupun kembali kepada Rasulullah dan berkata: "Saya beritahukan kepadamu wahai Rasulullah, bahwa orang itu menolak." Rasulullah menyuruhnya memanggil orang tersebut. Untuk ketiga kalinya, tokoh Jahiliyah itu tetap dengan jawabannya semula.
Allah kemudian mengirimkan awan ke arah kepalanya lalu terdengar guruh dan terjadi petir yang menyambar kepalanya hingga tewas mengenaskan. Kemudian Allah menurunkan ayat: "Wa yursilush shawaa'iqa….. (dan Allah melepaskan halilintar) dan seterusnya.
Cerita lain disampaikan Qatadah terkait ayat di atas. Seorang laki-laki yang mengingkari Al-Qur'an dan mendustakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mati disambar petir. Sebab turunnya ayat tersebut ketika 'Amir bin ath-Thufail dan Arbad bin Rabi'ah mendatangi Rasulullah di Madinah, mereka meminta separuh kekuasaan, tetapi permintaan itu ditolak oleh Rasulullah.
Kemudian 'Amir bin Thufail berkata: "Demi Allah, niscaya kupenuhi kota ini untuk melawanmu dengan pasukan kuda dan Para pemuda yang gagah." Maka Rasulullah berkata padanya: "Allah akan menolak seranganmu itu, juga para putra Anshar."
Kemudian keduanya bermaksud membunuh Rasulullah, salah seorang dari keduanya mengajak beliau berbicara, sedang yang lain mengunus pedangnya untuk membunuh beliau dari belakang. Tetapi Allah melindungi Rasulullah dari kejahatan mereka. Lalu mereka berdua keluar dari Madinah menuju kampung-kampung Arab Badui, mengumpulkan pasukan untuk memerangi Rasulullah SAW.
Maka Allah mengutus halilintar di atas Arbad bin Rabi'ah dan menyambarnya. Adapun Amir bin ath-Thufail, Allah timpakan wabah Tha'un padanya. Dari tubuhnya keluar kelenjar besar sehingga ia berkata: "Hai keluarga Amir, aku terserang bisul seperti bisul punuk unta, dan kematianku sudah dekat, yaitu di rumah keluarga Saluliyah." Keduanya pun mati mengenaskan.
Begitulah kuasa Allah apabila Dia berkehendak, maka tak ada yang dapat menghalangi-Nya. Ayat di atas menjadi peringatan kepada manusia agar tidak sekali-kali mempermainkan Allah dan Rasul-Nya.
Baca Juga: Bentuk-bentuk Pelecehan yang Pernah Dialami Rasulullah SAW
Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an untuk kita jadikan hikmah. Salah satu kuasa Allah yaitu melepaskan petir yang mematikan dan menimpakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Tak bisa dibayangkan bagaimana petir menggelegar membuat hati manusia ciut ketika mendengarnya. Dampaknya kerap bisa mematikan manusia. Inilah yang dimaksud dengan "kilat yang menakutkan". Berikut firman-Nya:
وَيُسَبِّحُ الرَّعۡدُ بِحَمۡدِهٖ وَالۡمَلٰۤـٮِٕكَةُ مِنۡ خِيۡفَتِهٖ ۚ وَيُرۡسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيۡبُ بِهَا مَنۡ يَّشَآءُ وَهُمۡ يُجَادِلُوۡنَ فِى اللّٰهۚ ِ وَهُوَ شَدِيۡدُ الۡمِحَالِؕ
"Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para Malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya." (QS Ar-Ra'd Ayat 13)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini turun sehubungan dengan sikap tokoh jahiliyah Amir bin ath-Thufail yang sudah kelewat batas. Diriwayatkan oleh Al-Hafizh Abu Ya'la al-Mushili, dari Ishaq dari Ali bin Abi Sarah asy-Syaibani dari Tsabit dari Anas, bahwa suatu hari Rasulullah mengutus seorang sahabat kepada tokoh Jahiliyah itu.
"Pergilah kepadanya dan panggillah dia untuk datang kepadaku." Maka utusan itu pergi kepada Amir bin Thufail seraya mengatakan: "Rasulullah memanggilmu." Amir menjawab: "Siapa Rasulullah, dan apa itu Allah? Apakah ia terbuat dari emas, atau dari perak, atau dari kuningan?"
Maka utusan itu kembali kepada Rasulullah memberitahukan penolakan Amir. "Wahai Rasulullah, saya sampaikan padamu bahwa dia menolaknya, dia mengatakan padaku begini dan begitu." Maka Rasulullah menyuruhku kembali lagi kepadanya. Utusan itu pun pergi kepadanya dan mendapat jawaban serupa.
Utusan itupun kembali kepada Rasulullah dan berkata: "Saya beritahukan kepadamu wahai Rasulullah, bahwa orang itu menolak." Rasulullah menyuruhnya memanggil orang tersebut. Untuk ketiga kalinya, tokoh Jahiliyah itu tetap dengan jawabannya semula.
Allah kemudian mengirimkan awan ke arah kepalanya lalu terdengar guruh dan terjadi petir yang menyambar kepalanya hingga tewas mengenaskan. Kemudian Allah menurunkan ayat: "Wa yursilush shawaa'iqa….. (dan Allah melepaskan halilintar) dan seterusnya.
Cerita lain disampaikan Qatadah terkait ayat di atas. Seorang laki-laki yang mengingkari Al-Qur'an dan mendustakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mati disambar petir. Sebab turunnya ayat tersebut ketika 'Amir bin ath-Thufail dan Arbad bin Rabi'ah mendatangi Rasulullah di Madinah, mereka meminta separuh kekuasaan, tetapi permintaan itu ditolak oleh Rasulullah.
Kemudian 'Amir bin Thufail berkata: "Demi Allah, niscaya kupenuhi kota ini untuk melawanmu dengan pasukan kuda dan Para pemuda yang gagah." Maka Rasulullah berkata padanya: "Allah akan menolak seranganmu itu, juga para putra Anshar."
Kemudian keduanya bermaksud membunuh Rasulullah, salah seorang dari keduanya mengajak beliau berbicara, sedang yang lain mengunus pedangnya untuk membunuh beliau dari belakang. Tetapi Allah melindungi Rasulullah dari kejahatan mereka. Lalu mereka berdua keluar dari Madinah menuju kampung-kampung Arab Badui, mengumpulkan pasukan untuk memerangi Rasulullah SAW.
Maka Allah mengutus halilintar di atas Arbad bin Rabi'ah dan menyambarnya. Adapun Amir bin ath-Thufail, Allah timpakan wabah Tha'un padanya. Dari tubuhnya keluar kelenjar besar sehingga ia berkata: "Hai keluarga Amir, aku terserang bisul seperti bisul punuk unta, dan kematianku sudah dekat, yaitu di rumah keluarga Saluliyah." Keduanya pun mati mengenaskan.
Begitulah kuasa Allah apabila Dia berkehendak, maka tak ada yang dapat menghalangi-Nya. Ayat di atas menjadi peringatan kepada manusia agar tidak sekali-kali mempermainkan Allah dan Rasul-Nya.
Baca Juga: Bentuk-bentuk Pelecehan yang Pernah Dialami Rasulullah SAW
(rhs)
Lihat Juga :