Kisah Unuq Putri Nabi Adam, Wanita Pertama yang Lakukan Ilmu Sihir dan Seks Bebas

Sabtu, 22 Januari 2022 - 07:14 WIB
Di era Nabi Musa

Tatkala Nabi Nuh merampungkan membuat bahtera dan banjir mulai datang, Auj memohon kepada Nabi Nuh agar ia diberi tempat dalam bahtera tersebut. Akan tetapi Nabi Nuh menolak keinginannya itu. Saat banjir melanda seluruh dunia, tinggi air tidak mencapai lutut Auj bin Unuq, Auj pun hidup hingga masa Nabi Musa AS.

Auj membenci Musa dan ingin membunuhnya. Dia menghampiri tentara Musa untuk mengetahui jumlah mereka. Dia mendapatkan mereka hanya kumpulan orang dalam satu farsakh. Lalu dia pergi ke sebuah gunung dan kemudian mencabut gunung itu dari bumi.

Gunung itu dibawanya di atas kepalanya dan datang untuk menimpakannya ke tentara Nabi Musa. Pada saat itu, Allah mengutus burung Hud-hud yang paruhnya diciptakan dari besi.

Burung Hud-hud itu turun di atas batu tersebut dan mulailah mematukinya hingga membuatnya berlubang, lalu ia turun ke pundak ‘Auj, dan kemudian masuk ke dalam mantelnya hingga ‘Auj tidak bisa bergerak.

Ketika Nabi Musa melihat itu, dia menghampirinya dan memukulnya dengan tongkatnya, yang panjangnya 10 siku, sambil melompat ke udara setinggi 10 siku.

Tingginya Nabi Musa adalah 10 siku; jadi, pukulannya ke betis ‘Auj pun tidak sampai. Akan tetapi, setelah Musa memukulnya, ‘Auj tersungkur dan kemudian meninggal serta terlempar di lapangan kosong seperti gunung yang besar.

Diriwayatkan bahwa di negeri Tatar (Tartares) ada sungai yang bernama ath-Tha’i. Di sana terdapat jembatan lengkung yang besar. Konon, jembatan tersebut berasal dari tulang ‘Auj bin ‘Unuq dan merupakan salah satu dari keajaiban dunia.



Kisah Dusta

Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni dalam bukunya berjudul Shahih Qashashil Qur'an dan diterjemahkan menjadi "Kisah-Kisah dalam Al-Qur'an" oleh Muhyiddin Mas Rida dan Muhammad Khalid Al-Sharih menyebutkan Auj bin Unuq termasuk kisah dusta.

Auj bin Unuq, sebagaimana disebut dalam riwayat adalah orang kafir yang suka membangkang, sombong dan jahat. Setelah itu, pada banjir di era Nabi Nuh, Allah tidak membinasakannya sekalipun dia dikenal membangkang, kafir, sombong, jahat, dan anak pezina. Itu aneh.

Secara akal, Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir mengatakan, bagaimana mungkin Allah membinasakan anak Nuh karena kekufurannya, dan ayahnya adalah seorang Nabi dan pemimpin orang beriman, sedangkan Allah tidak membinasakan Auj bin Unuq. Padahal, dia lebih zalim dan melampaui batas dari apa yang mereka sebutkan.

Ibnu Katsir kemudian menyalahkan riwayat ini karena bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits shahih.

Sedangkan dalil naqli dari Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: “Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu.” ( QS Asy-Syu'ara' : 66). Allah SWT juga berfirman, “Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” ( QS Nuh : 26)

Riwayat-riwayat ini juga bertentangan dengan hadits shahih, dari Nabi SAW, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam, panjangnya enam puluh hasta, kemudian ukuran penciptaan itu terus berkurang hingga sekarang.”

Ini merupakan hadits shahih dari Nabi SAW yang tidak pernah berbicara karena mengikuti hawa nafsu. “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” ( QS An-Najm : 4)

Kenyataannya tinggi manusia terus berkurang mulai dari diciptakan Adam hingga sekarang. Ini berarti bahwa tidak ada keturunan Adam yang lebih tinggi darinya. "Saya kira riwayat tentang Auj bin Unuq ini tidak lain berasal dari orang kafir yang notabene merupakan musuh para nabi. Wallahu a'lam," ujar Syaikh Hamid Ahmad Ath-Thahir.

Kemudian Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan kedustaan dari riwayat ini, dia berkata: “Tidak terlalu mengherankan bahwa mereka berani berdusta kepada Allah. Namun yang lebih mengherankan apabila ada orang yang berani memasukkan hadits ini ke dalam kitab-kitab para ulama dan kitab-kitab tafsir yang diakui serta tidak menjelaskan kerancuannya.”

Menurut ahli kitab, Auj bin Unuq bukan berasal dari keturunan Nuh melainkan keturunan Adam. Semenara Allah SWT berfirman: “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” ( QS Ash-Shaffat : 77)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abdullah, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya.  Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

(HR. Bukhari No. 4789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More