3 Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya Meski Sudah Meninggal
Sabtu, 05 Februari 2022 - 10:00 WIB
Buku karya lebih bermanfaat karena lebih kuat dan lebih tahan lama sepanjang masa. Sungguh besar pahala seorang yang mempunyai ilmu yang diajarkan kepada orang lain seperti pengajian Islam pertama yakni Rasulullah SAW.
Yang menerangkan mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaat ialah segala ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan dapat menambah ketakwaan mereka kepada Allah SWT.
Jika seseorang yang mengarang kitab untuk rujukan banyak orang, selama kitabnya bisa dapat memberikan manfaat kepada orang lain, Allah akan mengaruniakan ganjaran dan pahala.
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan secara teks hadis, ilmu di sini sifatnya umum, semua ilmu yang bermanfaat, bisa mendatangkan pahala. Hanya saja, yang paling bermanfaat adalah ilmu syariah. Andai ada orang yang wafat, dan dulu dia pernah mengajarkan tentang ketrampilan yang mubah, dan itu bermanfaat bagi orang yang diajari, maka dia mendapatkan pahala dan juga diberi pahala untuk memberikan ilmu semacam ini. (Liqaat Bab al-Maftuh, 117/16).
3. Doa anak saleh
Dalam kitab Aunul Ma’bud, Syarh Sunan Abi Daud, disebutkan dua keterangan ulama tentang makna anak saleh dalam hadits tentang amal yang tidak terputus pahalanya tersebut.
Pertama, anak saleh adalah anak muslim yang menjalankan kewajiban agama dan menjauhi dosa besar.
Kemudian dibawakan keterangan Ibnu Malik, yang mengatakan, "Anak ini diberi sifat saleh, karena pahala tidak akan diperoleh dari selainnya."
Kedua, maksudnya adalah anak yang mukmin. Ini merupakan keterangan Ibnu Hajar al-Makki.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah hanya doa anak yang sampai?
Doa setiap muslim kepada muslim yang lain bisa sampai, meskipun dia telah berpisah alam. Yang satu masih hidup, yang satu sudah meninggal. Allah ajarkan doa dalam al-Quran,
“Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” ( QS al-Hasyr : 10)
Ayat ini menganjurkan agar kaum muslimin generasi setelah para sahabat, untuk mendoakan kebaikan bagi kaum muslimin generasi pendahulunya. Memohon ampunan untuk mereka yang masih hidup dan untuk mereka yang sudah meninggal.
Ini dalil bahwa doa sesama muslim bisa sampai kepada mereka yang telah meninggal, meskipun tidak ada hubungan keluarga.
Lalu mengapa dalam hadis ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut anak soleh yang mendoakan orang tuanya?
Ada dua penjelasan ulama dalam hal ini,
Pertama, tujuannya dalam rangka memotivasi anak agar rajin mendoakan orang tuanya
Al-Munawi mengatakan, tujuan disebutkan doa anak, padahal doa selain anak juga bisa sampai ke mayit adalah memotivasi anak untuk rajin mendoakan orang tuanya. (Aunul Ma’bud, 8/62).
Yang menerangkan mengenai ilmu pengetahuan yang bermanfaat ialah segala ilmu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan dapat menambah ketakwaan mereka kepada Allah SWT.
Jika seseorang yang mengarang kitab untuk rujukan banyak orang, selama kitabnya bisa dapat memberikan manfaat kepada orang lain, Allah akan mengaruniakan ganjaran dan pahala.
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan secara teks hadis, ilmu di sini sifatnya umum, semua ilmu yang bermanfaat, bisa mendatangkan pahala. Hanya saja, yang paling bermanfaat adalah ilmu syariah. Andai ada orang yang wafat, dan dulu dia pernah mengajarkan tentang ketrampilan yang mubah, dan itu bermanfaat bagi orang yang diajari, maka dia mendapatkan pahala dan juga diberi pahala untuk memberikan ilmu semacam ini. (Liqaat Bab al-Maftuh, 117/16).
3. Doa anak saleh
Dalam kitab Aunul Ma’bud, Syarh Sunan Abi Daud, disebutkan dua keterangan ulama tentang makna anak saleh dalam hadits tentang amal yang tidak terputus pahalanya tersebut.
Pertama, anak saleh adalah anak muslim yang menjalankan kewajiban agama dan menjauhi dosa besar.
Kemudian dibawakan keterangan Ibnu Malik, yang mengatakan, "Anak ini diberi sifat saleh, karena pahala tidak akan diperoleh dari selainnya."
Kedua, maksudnya adalah anak yang mukmin. Ini merupakan keterangan Ibnu Hajar al-Makki.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah hanya doa anak yang sampai?
Doa setiap muslim kepada muslim yang lain bisa sampai, meskipun dia telah berpisah alam. Yang satu masih hidup, yang satu sudah meninggal. Allah ajarkan doa dalam al-Quran,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” ( QS al-Hasyr : 10)
Ayat ini menganjurkan agar kaum muslimin generasi setelah para sahabat, untuk mendoakan kebaikan bagi kaum muslimin generasi pendahulunya. Memohon ampunan untuk mereka yang masih hidup dan untuk mereka yang sudah meninggal.
Ini dalil bahwa doa sesama muslim bisa sampai kepada mereka yang telah meninggal, meskipun tidak ada hubungan keluarga.
Lalu mengapa dalam hadis ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut anak soleh yang mendoakan orang tuanya?
Ada dua penjelasan ulama dalam hal ini,
Pertama, tujuannya dalam rangka memotivasi anak agar rajin mendoakan orang tuanya
Al-Munawi mengatakan, tujuan disebutkan doa anak, padahal doa selain anak juga bisa sampai ke mayit adalah memotivasi anak untuk rajin mendoakan orang tuanya. (Aunul Ma’bud, 8/62).