Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayyah yang Wafat Karena Diracun

Minggu, 06 Maret 2022 - 19:28 WIB
Ketika Umar selesai memimpin upacara pemakaman Sulaiman bin Abdul Malik, anak buahnya langsung bergegas mempersilakan dirinya menggunakan kereta kencana yang merupakan kendaraan resmi khalifah. Tapi Umar menolaknya, dan memilih menunggangi keledai miliknya.

Ketika anak buahnya memintanya untuk menempati istana Damaskus, ia menolak, “di sana masih ada Ayyub bin Sulaiman dan keluarganya. Aku tidak akan menempatinya selama mereka masih ada di sana”. Umar pun memilih tinggal di tendanya.

Ath-Tabari menulis, tatkala Abdul Aziz bin Al Walid – sosok yang sedianya digadang-gadang menggantikan Al Walid, tapi rencana tersebut gagal dan Sulaiman akhirnya naik tahta – begitu mendengar berita wafatnya Sulaiman langsung bergegas menuju Damaskus.

Dia tidak mengetahui bahwa Umar bin Abdul Aziz yang ternyata naik menggantikan Sulaiman menjadi khalifah. Ia datang bersama pasukannya. Di Damaskus ia diterima oleh Umar dengan tangan terbuka. Umar lalu berkata padanya, bahwa ia tidak menginginkan kekuasaan ini. Kalau Abdul Aziz ingin mengambilnya, maka ia tidak akan menghalangi jalannya.

Umar lebih memilih menghindar, dan pulang ke rumahnya. Tapi mendengar penyataan Umar ini, Abdul Aziz malah berkata, “Tidak ada orang selain mu yang aku harapkan mengisi kekuasaan ini.”

Akbar Shah Najeebabadi dalam The History Of Islam memaparkan seperti terjadi revolusi, begitu Umar menjabat, semua kebijakan dari pusat kekuasaan Dinasti Umayyah berubah dan berbanding terbalik dengan sebelumnya. Beberapa gubernur yang dianggapnya curang atau korup segera ia berhentikan. Termasuk apabila kecurangan itu terjadi pada kelompok non-Muslim, seperti yang terjadi di beberapa kawasan di Eropa.

Umar merombak banyak hal, termasuk permusuhan bani Umayyah terhadap Ahl Bait Rasulullah SAW. Salah satu contohnya adalah tradisi bani Umayyah yang mengharuskan para khatib mencaci maki Ali bin Abi Thalib ketika khotbah Shalat Jumat, Umar melarang kebiasaan buruk tersebut.

Tanah Fadak yang semula dieksploitasi oleh Bani Umayyah dikembalikan kepada Bani Hasyim sebagai hak atas Sayidah Fatimah binti Rasulullah SAW.

Tanah Fadak adalah tanah milik Rasulullah SAW yang beliau berikan kepada Sayidah Fatimah Az Zahra. Tanah ini kemudian dikelola, dan berdasarkan perintah Nabi SAW, hasilnya diberikan kepada kaum yang membutuhkan dari kalangan Bani Hasyim dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Ketika masa Dinasti Umayyah, tanah ini diambil oleh Marwan bin Hakam, dan Bani Hasyim tidak lagi mendapatkan bagiannya.

Menurut Akbar Shah Najeebabadi, rangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh Umar ini secara perlahan membuat gerah berbagai kelompok di kalangan bani Umayyah. Puncaknya adalah ketika Umar mencabut semua hak istimewa bani Umayyah atas masyarakat lainnya.

Harta-harta yang mereka kumpulkan selama ini dengan cara yang bathil dirampas dan dikembalikan ke baitul mal. Demikian juga dengan tanah dan jabatan yang mereka miliki. Semua diatur ulang secara proporsional.



Hal ini menuai protes dari banyak kalangan keluarga Umayyah yang selama bertahun-tahun mengenyam kemewahan sebagai ningrat kelas wahid di kalangan kaum Muslimin. Hingga akhirnya kesabaran mereka habis, dan mereka berkonspirasi untuk membunuh Khulafah Rasyidin kelima ini.

Membunuh Umar bin Abdul Aziz sebenarnya bukan perkara yang sulit. Ia tidak memiliki sistem pengawalan yang ketat. Ia berjalan-jalan sendiri di pasar dan di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada satu mekanisme pengamanan khusus saat ia makan dan minum. Tapi pembunuhan ini harus terlaksana dengan mulus, tanpa melahirkan kegaduhan di tengah masyarakat.

Akhirnya mereka milih metode membunuh Umar dengan cara diracun. Mereka memanggil budak Umar yang bernama Alas, dan berhasil mempengaruhinya untuk menaruh racun pada makanan Umar. Rencana itupun berhasil.

Ketika Umar menyadari bahwa dirinya sudah diberi racun oleh budaknya sendiri, Umar memanggil budaknya, dan berkata, “Alas, kau sudah meracuniku. Apa yang membuatmu tega melakukan hal itu?”

Alas menjawab, “Mereka menghadiahiku 1000 dinar dan menjanjikan kebebasan padaku.”

Lalu Umar memerintahkan agar uang tersebut dibawa kepadanya. Dan setelah Alas menyerahkan uang tersebut, Umar memerintahkan agar uang tersebut dimasukkan dalam baitul mal, kemudian dia memerintahkan agar Alas segera pergi sebagai orang yang merdeka.

Umar bin Abdul Aziz akhirnya wafat pada 25 Rajab 101 H, setelah memerintah selama 2 tahun 5 bulan. Meski sebentar, tapi ia telah berhasil memberikan secercah harapan bahwa keadilan masih mungkin untuk ditegakkan di dunia Islam.

Malang bagi Dinasti Umayyah, langkah-langkah progresif dan positif yang sudah dirintis oleh Umar bin Abdul Aziz tidak dilanjutkan. Sebaliknya, semua peninggalannya langsung berubah seketika setelah beliau wafat dan Yazid bin Abdul Malik naik tahta. Sejarah mencatat, sejak itu Dinasti Umayyah mulai menghitung mundur saat-saat kepunahannya.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اَوَلَا يَرَوۡنَ اَنَّهُمۡ يُفۡتَـنُوۡنَ فِىۡ كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً اَوۡ مَرَّتَيۡنِ ثُمَّ لَا يَتُوۡبُوۡنَ وَلَا هُمۡ يَذَّكَّرُوۡنَ
Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?

(QS. At-Taubah Ayat 126)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More