Kisah Orang Saleh Berhenti Mengamalkan Sholawat, Ini yang Terjadi
Minggu, 13 Maret 2022 - 18:00 WIB
Dikisahkan dalam Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati 'Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali, seorang saleh pernah berhenti mengamalkan sholawat kepada Nabi.
Orang saleh itu biasa melazimkan sholawat Nabi setiap harinya. Berkat sholawat yang dibacanya, ia pun kerap bertemu Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia diperlakukan dengan hangat oleh Rasulullah SAW pada setiap kali bertemu.
Tetapi suasana perjumpaannya pada malam kali ini berbeda. Ketika tertidur, ia bermimpi melihat Rasulullah SAW tidak seperti biasanya. Baginda Rasulullah bersikap dingin. Rasulullah SAW tidak menoleh kepadanya dan tidak menyapanya.
"Wahai Rasulullah, apakah yang mulia sedang murka terhadapku?" ia bertanya dengan masygul.
"Tidak," jawab Rasulullah SAW.
"Lalu mengapa yang mulia tidak sudi memandangku?"
"Karena aku tidak mengenalimu," kata Rasulullah SAW.
"Bagaimana bisa yang mulia tidak mengenaliku? Padahal, aku adalah salah seorang dari umat Anda yang mulia. Sementara, ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa yang mulia lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap anaknya."
"Mereka itu benar. Hanya saja kau tidak mengingatku melalui shalawat. Sementara daya pengenalanku terhadap umatku bergantung pada kekuatan mereka membaca sholawat," kata Rasulullah.
Ia pun terbangun. Hatinya begitu sedih. Tetapi ia menyadari bahwa sudah sekian bulan ia tidak membaca sholawat. Ia kemudian bertekad dalam hatinya untuk membaca shalawat Nabi sebanyak 100 kali setiap hari. Ia pun kemudian membuktikan tekadnya dengan baik.
Pada suatu malam kemudian ia berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah. "Sekarang aku mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW penuh perhatian.
Tanggapan Rasulullah begitu hangat karena orang saleh itu dengan amalan shalawatnya menunjukkan dirinya sebagai pecinta Rasulullah SAW.
Kisah singkat ini memberi kita pelajaran berharga betapa sholawat yang sebagian orang mungkin dianggap remeh, ternyata dapat membawa keberuntungan. Berkat sholawat yang dibaca, seseorang dikenal oleh Nabi dan disambut hangat oleh Beliau dalam mimpi.
Tak heran jika Nabi sendiri bersabda dalam satu Hadis yang masyhur:
صَلَاةُ أُمَّتِي تُعرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ؛ فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً
"Shalawat dan doa umatku sampai kepadaku pada setiap hari Jumat, orang yang paling banyak bersholawat kepadaku di antara mereka adalah orang yang paling terdekat denganku kedudukannya." (HR Al-Baihaqi No 5995)
Referensi:
Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati 'Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali.
Orang saleh itu biasa melazimkan sholawat Nabi setiap harinya. Berkat sholawat yang dibacanya, ia pun kerap bertemu Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia diperlakukan dengan hangat oleh Rasulullah SAW pada setiap kali bertemu.
Tetapi suasana perjumpaannya pada malam kali ini berbeda. Ketika tertidur, ia bermimpi melihat Rasulullah SAW tidak seperti biasanya. Baginda Rasulullah bersikap dingin. Rasulullah SAW tidak menoleh kepadanya dan tidak menyapanya.
"Wahai Rasulullah, apakah yang mulia sedang murka terhadapku?" ia bertanya dengan masygul.
"Tidak," jawab Rasulullah SAW.
"Lalu mengapa yang mulia tidak sudi memandangku?"
"Karena aku tidak mengenalimu," kata Rasulullah SAW.
"Bagaimana bisa yang mulia tidak mengenaliku? Padahal, aku adalah salah seorang dari umat Anda yang mulia. Sementara, ulama yang menjadi ahli waris yang mulia meriwayatkan bahwa yang mulia lebih mengenal umat yang mulia sendiri dibanding pengenalan ibu terhadap anaknya."
"Mereka itu benar. Hanya saja kau tidak mengingatku melalui shalawat. Sementara daya pengenalanku terhadap umatku bergantung pada kekuatan mereka membaca sholawat," kata Rasulullah.
Ia pun terbangun. Hatinya begitu sedih. Tetapi ia menyadari bahwa sudah sekian bulan ia tidak membaca sholawat. Ia kemudian bertekad dalam hatinya untuk membaca shalawat Nabi sebanyak 100 kali setiap hari. Ia pun kemudian membuktikan tekadnya dengan baik.
Pada suatu malam kemudian ia berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam mimpinya. Ia disapa dengan hangat oleh Rasulullah. "Sekarang aku mengenalimu dan aku memberikan syafaatku untukmu," kata Rasulullah SAW penuh perhatian.
Tanggapan Rasulullah begitu hangat karena orang saleh itu dengan amalan shalawatnya menunjukkan dirinya sebagai pecinta Rasulullah SAW.
Kisah singkat ini memberi kita pelajaran berharga betapa sholawat yang sebagian orang mungkin dianggap remeh, ternyata dapat membawa keberuntungan. Berkat sholawat yang dibaca, seseorang dikenal oleh Nabi dan disambut hangat oleh Beliau dalam mimpi.
Tak heran jika Nabi sendiri bersabda dalam satu Hadis yang masyhur:
صَلَاةُ أُمَّتِي تُعرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ؛ فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً
"Shalawat dan doa umatku sampai kepadaku pada setiap hari Jumat, orang yang paling banyak bersholawat kepadaku di antara mereka adalah orang yang paling terdekat denganku kedudukannya." (HR Al-Baihaqi No 5995)
Referensi:
Kitab Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu ila Hadhrati 'Allamil Ghuyub fi Ilmit Tashawwuf karya Imam Al-Ghazali.
(rhs)