Kisah Khalifah Umar bin Khattab Memecat Khalid bin Walid sebagai Panglima Perang
Senin, 14 Maret 2022 - 18:57 WIB
Khalifah Umar bin Khatab memecat Khalid bin Walid diganti oleh Abu Ubaidah sebagai pimpinan militer di Syam. Benarkah ini sebagai langkah Khalifah menyelamatkan tauhid umat?
Kemenangan Khalid bin Walid dalam setiap perang yang dipimpinnya, termasuk penaklukan Persia, membuat dirinya dipuja umat Islam. Nama Khalid bin Walid sebagai penakluk yang gagah perkasa dan pahlawan yang tak terkalahkan menjadi tersiar ke mana-mana.
Anak-anak muda di Madinah pun mulai menyanyikan syair-syair yang memuji-muji kepahlawanan dan kegagahan panglima Khalid ini.
Kondisi ini dibaca dengan keprihatinan oleh Khalifah Umar bin Khathab. Pada saat Khalid rapat menyusun strategi untuk menaklukkan Romawi Timur datanglah utusan dari Madinah membawakan surat dari khalifah 'Umar, yang ditujukan kepada panglima Khalid. Surat itu dibaca Khalid, kemudian dilipat dan dimasukkannya ke dalam kantongnya dan ia meneruskan rapat penting itu.
Ternyata surat itu berisi pemberhentian Khalid sebagai panglima dan perintah agar menyerahkan pimpinan kepada bawahannya.
Khalid tidak membacakan surat itu kepada hadirin ketika itu, demi menjaga agar mereka jangan sampai resah. Seusai memimpin rapat itu, besoknya Khalid masih memimpin penyerangan perdana terhadap front Romawi.
Ketika dilihatnya panglima bawahannya sudah mampu melanjutkan perjuangan dengan strategi yang telah digariskan itu, maka pimpinan diserahkannya, dan ia pun langsung pulang ke Madinah menemui Khalifah Umar.
Sesampainya Khalid di Madinah, maka ia langsung menemui Khalifah 'Umar dan menanyakan apa gerangan alasan maka ia diberhentikan tiba-tiba. Apakah karena kekurang pahamannya tentang urusan keuangan?
"Aku harus mengakui kekuranganku dalam mengurus buku keuangan ini, namun aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku tak pernah mengambil satu sen pun dari dana yang disediakan oleh negara, bahkan uang pribadiku banyak yang kusumbangkan untuk perjuangan ini," katanya kepada Umar.
"Aku yakin sungguh akan kejujuran dan keikhlasanmu, wahai saudaraku, sehingga aku tidak pernah merasa curiga akan manajemen dana perjuangan ini, walaupun aku yakin, bahwa sebagai panglima engkau tetap merupakan penanggung jawab terakhir terhadap manajemen dana ini."
"Lantas, mengapa sampai aku dipecat tanpa alasan yang tepat?" tukas Khalid dengan suara yang agak tajam.
'Umar menatap muka Khalid dan berkata: "Aku sekadar melakukan tugasku menyelamatkan tauhidnya ummat. Engkau adalah panglima yang gagah perkasa, dan Rasulullah SAW sendiri yang telah mengangkatmu memegang jabatanmu itu.
Sejak itu engkau belum pernah terkalahkan di setiap medan pertempuran, sehingga rakyat sudah mulai menyanyikan lagu-lagu yang memuji dan memuja namamu di samping memuji Allah SWT.
Aku takut hal ini akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah engkaulah satu-satunya yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan ini dengan atau tanpa syafaat Allah SWT.
Bukankah dengan demikian mereka menjadi musyrikin? Maka aku ingin buktikan kepada mereka, bahwa 'Umar, hamba Allah yang lemah dan hina ini, telah sanggup menjatuhkan engkau panglima yang gagah perkasa. Dengan demikian kuharap mereka kembali memuji dan memuja hanya Allah SWT."
Mendengar keterangan 'Umar yang tegas menegakkan tauhid itu Khalid menerima kebijakan Khalifah yang 'arif itu dengan ikhlas. Maka besoknya ia kembali ke medan perang membantu rekan-rekannya yang sedang mati-matian di Romawi Timur.
Khalid maju di bawah pimpinan bekas bawahannya sebagai prajurit biasa. Ketika ditanyakan orang kepadanya mengapa ia terus juga berjuang sesudah dipecat oleh 'Umar sebagai panglima, maka Khalid menjawab tegas: "Aku berjuang bukan karena 'Umar, aku berjuang semata karena Allah SWT."
Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim (1931-2008) dalam buku berudul "Kuliah Tauhid" menyebut sikap Umar dan Khalid sebagai contoh-contoh pribadi tauhid yang tulen.
Kemenangan Khalid bin Walid dalam setiap perang yang dipimpinnya, termasuk penaklukan Persia, membuat dirinya dipuja umat Islam. Nama Khalid bin Walid sebagai penakluk yang gagah perkasa dan pahlawan yang tak terkalahkan menjadi tersiar ke mana-mana.
Anak-anak muda di Madinah pun mulai menyanyikan syair-syair yang memuji-muji kepahlawanan dan kegagahan panglima Khalid ini.
Kondisi ini dibaca dengan keprihatinan oleh Khalifah Umar bin Khathab. Pada saat Khalid rapat menyusun strategi untuk menaklukkan Romawi Timur datanglah utusan dari Madinah membawakan surat dari khalifah 'Umar, yang ditujukan kepada panglima Khalid. Surat itu dibaca Khalid, kemudian dilipat dan dimasukkannya ke dalam kantongnya dan ia meneruskan rapat penting itu.
Ternyata surat itu berisi pemberhentian Khalid sebagai panglima dan perintah agar menyerahkan pimpinan kepada bawahannya.
Khalid tidak membacakan surat itu kepada hadirin ketika itu, demi menjaga agar mereka jangan sampai resah. Seusai memimpin rapat itu, besoknya Khalid masih memimpin penyerangan perdana terhadap front Romawi.
Ketika dilihatnya panglima bawahannya sudah mampu melanjutkan perjuangan dengan strategi yang telah digariskan itu, maka pimpinan diserahkannya, dan ia pun langsung pulang ke Madinah menemui Khalifah Umar.
Sesampainya Khalid di Madinah, maka ia langsung menemui Khalifah 'Umar dan menanyakan apa gerangan alasan maka ia diberhentikan tiba-tiba. Apakah karena kekurang pahamannya tentang urusan keuangan?
"Aku harus mengakui kekuranganku dalam mengurus buku keuangan ini, namun aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku tak pernah mengambil satu sen pun dari dana yang disediakan oleh negara, bahkan uang pribadiku banyak yang kusumbangkan untuk perjuangan ini," katanya kepada Umar.
"Aku yakin sungguh akan kejujuran dan keikhlasanmu, wahai saudaraku, sehingga aku tidak pernah merasa curiga akan manajemen dana perjuangan ini, walaupun aku yakin, bahwa sebagai panglima engkau tetap merupakan penanggung jawab terakhir terhadap manajemen dana ini."
"Lantas, mengapa sampai aku dipecat tanpa alasan yang tepat?" tukas Khalid dengan suara yang agak tajam.
'Umar menatap muka Khalid dan berkata: "Aku sekadar melakukan tugasku menyelamatkan tauhidnya ummat. Engkau adalah panglima yang gagah perkasa, dan Rasulullah SAW sendiri yang telah mengangkatmu memegang jabatanmu itu.
Sejak itu engkau belum pernah terkalahkan di setiap medan pertempuran, sehingga rakyat sudah mulai menyanyikan lagu-lagu yang memuji dan memuja namamu di samping memuji Allah SWT.
Aku takut hal ini akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah engkaulah satu-satunya yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan ini dengan atau tanpa syafaat Allah SWT.
Bukankah dengan demikian mereka menjadi musyrikin? Maka aku ingin buktikan kepada mereka, bahwa 'Umar, hamba Allah yang lemah dan hina ini, telah sanggup menjatuhkan engkau panglima yang gagah perkasa. Dengan demikian kuharap mereka kembali memuji dan memuja hanya Allah SWT."
Mendengar keterangan 'Umar yang tegas menegakkan tauhid itu Khalid menerima kebijakan Khalifah yang 'arif itu dengan ikhlas. Maka besoknya ia kembali ke medan perang membantu rekan-rekannya yang sedang mati-matian di Romawi Timur.
Khalid maju di bawah pimpinan bekas bawahannya sebagai prajurit biasa. Ketika ditanyakan orang kepadanya mengapa ia terus juga berjuang sesudah dipecat oleh 'Umar sebagai panglima, maka Khalid menjawab tegas: "Aku berjuang bukan karena 'Umar, aku berjuang semata karena Allah SWT."
Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim (1931-2008) dalam buku berudul "Kuliah Tauhid" menyebut sikap Umar dan Khalid sebagai contoh-contoh pribadi tauhid yang tulen.
(mhy)