Permintaan Pertama: Mencabut Rasa Cinta kepada Wanita

Minggu, 21 Juni 2020 - 14:17 WIB


Beliau berkata: Duhai celaka, jangan sampai Anda beritahukan kepada orang lain!”

Aku katakan: “Dengan syarat engkau penuhi permintaanku padamu.”

Maka tatkala beliau melihat keseriusanku, beliau berkata: “Akan aku ceritakan asalkan Anda mau berjanji kepada Allah untuk tidak menceritakan hal ini kepada sipapun.”



Aku berkata: ‘Baiklah aku berjanji kepada Allah untuk tidak menyebarkan rahasia ini selagi Anda masih hidup.”

Lalu beliau berkata: “Tiada sesuatu yang memudharatkan agama yang lebih aku takuti dan fitnah wanita, maka aku memohon kepada Rabb-ku agar mencabut rasa cinta (syahwatku) kepada wanita, maka Allah mengabulkan do’aku sehingga tatkala aku berjalan, aku tidak peduli apakah yang aku lihat seorang wanita ataukah tembok.” ( )

Aku berkata: “Ini yang pertama, lantas apa yang kedua?”

Beliau menjawab: “Yang kedua adalah, aku memohon kepada Rabb-ku agar tidak diberi rasa takut kepada siapapun selain Dia, maka Allah mengabulkan aku, sehingga demi Allah, tiadalah yang aku takuti baik yang di langit dan di bumi selain Dia.”

Aku bertanya: “Lantas apa do’a yang ketiga?”



Beliau menjawab: “Aku memohon kepada Allah agar menghilangkan rasa kantuk dan tidur sehingga aku bisa beribadah kepada-Nya di malam dan siang hari sesuka hatiku, namun Allah belum mengabulkannya.”

Tatkala aku mendengar dari beliau aku berkata: “Kasihanilah dirimu, Anda telah melakukan salat di malam hari dan shaum di siang hari, padahal jannah dapat diraih dengan amal yang lebih ringan dari pada yang Anda kerjakan. Dan neraka dapat dihindari dengan perjuangan yang lebih ringan dari apa yang Anda usahakan.”



Beliau berkata: “Aku takut jika nantinya aku menyesal selagi tiada bermanfaat sedikitpun penyesalan itu. Demi Allah aku akan bersungguh-sungguh untuk beribadah, tidak ada pilihan lain, jika aku selamat itu semata-mata karena rahmat Allah, jika aku masuk neraka maka itu karena keteledoranku.” (Bersambung)



Dinukil dari Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya , Mereka adalah Para Tabiin, diterjemahkan oleh Abu Umar Abdillah dari bahasa Arab dengan judul asli "Shuwaru min Hayati A;-Tabi'in".

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
قَالَتۡ يٰۤاَيُّهَا الۡمَلَؤُا اِنِّىۡۤ اُلۡقِىَ اِلَىَّ كِتٰبٌ كَرِيۡمٌ (٢٩) اِنَّهٗ مِنۡ سُلَيۡمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسۡمِ اللّٰهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِۙ (٣٠) اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَىَّ وَاۡتُوۡنِىۡ مُسۡلِمِيۡنَ (٣١)
Dia (Balqis) berkata, Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman yang isinya, Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.

(QS. An-Naml Ayat 29-31)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More