Pertarungan Sengit Nafsu Manusia, Begini Penjelasan Imam Al Ghazali

Sabtu, 28 Mei 2022 - 08:56 WIB
2. Orang yang senantiasa dalam pertarungan melawan hawa nafsu.

Pada suatu kali ia menang dan pada kali yang lain ia kalah. Kalau maut merenggutnya dalam pertarungan ini, maka ia tergolong mati syahid. Dikatakan demikian, karena ia sedang dalam perjuangan melawan hawa nafsu sesuai perintah Nabi SAW, ''Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.'' Ini merupakan tingkatan manusia yang tinggi di bawah para nabi dan wali-wali Allah.

3. Orang yang sepenuhnya dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya.

Inilah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat. Menurut Ghazali, ini merupakan tingkatan para nabi dan wali-wali Allah.

Dalam perjuangan melawan hawa nafsu, manusia dituntut ekstra hati-hati dan waspada secara terus-menerus, supaya ia jangan tertipu (ghurur). Kata Imam Ghazali, banyak orang merasa telah bekerja dan berjuang untuk agama, nusa, dan bangsa, padahal sesungguhnya ia bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan untuk memuaskan egonya.

Untuk itu, sikap waspada diperlukan karena sering timbul kerancuan (iltibas) antara perintah akal (kebaikan) dan nafsu (keburukan). Berbeda dengan nafsu, akal secara umum menyuruh manusia kepada kebaikan. Namun, suatu saat kita bisa ragu-ragu dan tidak mampu mengidentifikasi dan menetapkan pilihan.

Dalam situasi demikian, Ghazali menganjurkan agar kita berpihak dan memilih sesuatu yang menyusahkan daripada yang menyenangkan. Alasannya, kebaikan pada umumnya menuntut kerja keras dan pengorbanan, sehingga terkesan menyusahkan. Kata Nabi Muhammad SAW:

''Surga dipagari oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan. "



Wallahu A`lam
(wid)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
قُلۡ اُوۡحِىَ اِلَىَّ اَنَّهُ اسۡتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًاعَجَبًا (١) يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِهٖ‌ ؕ وَلَنۡ نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا (٢) وَّاَنَّهٗ تَعٰلٰى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَّلَا وَلَدًا (٣)
Katakanlah (Muhammad), Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata, Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an), (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami, dan sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak.

(QS. Al-Jinn Ayat 1-3)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More