3 Hadis Masyhur tapi Dhaif dan Maudhu Menurut Syaikh Al-Albani
Rabu, 15 Juni 2022 - 13:00 WIB
Hadis lemah (dhaif) dan palsu (maudhu) bertebaran di sekeliling kita. Dalam ruang kuliah, mimbar pengajian, bahkan dalam kitab-kitab, termasuk kitab tafsir dan syarah hadis. Mungkin kita akan kaget bahwa beberapa di antaranya adalah hadis-hadis yang sangat 'akrab' dengan kita.
Seorang zindiq diketemukan telah memalsu lebih dari 4.000 hadis. Bahkan dari tiga orang pemalsu bisa dipastikan telah keluar puluhan ribu hadis palsu.
Pemalsuan hadis-hadis ini bermacam-macam tendensinya. Ada yang bertendensi politis, fanatisme golongan, membela mazhab, dan bahkan ada yang mendekatkan diri kepada Allah seperti yang diakui sekelompok firqah.
Selain itu, ada pula karena kesalahan tak sengaja atau kelemahan dalam mendeteksi hadis yang memang bukan bidang yang dikuasainya. Hal ini terjadi, misalnya, pada sebagian kaum sufi.
Berikut ini adalah hadis-hadis lemah dan palsu yang dihimpun oleh Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani dalam bukunya berjudul "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'.
Sekadar mengingatkan Syaikh Al-Albani bernama lengkapMuhammad bin al-Haj Nuh bin Nijati bin Adam al-Isyqudri al-Albani al-Arnauṭi. Beliau adalah seorang ulama hadis Sunni yang dikenal dalam lingkup dunia Islam dengan skala internasional. Berikut 3 hadis masyhur yang menurut beliau dhaif dan maudhu.
"Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok."
Menurut Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani, sekalipun riwayat hadis di atas sangat masyhur dan hampir setiap orang mengutipnya, tetapi sanadnya tidak ada yang marfu'. Bahkan Syekh Abdul Karim al-Amri tidak mencantumkannya dalam kitabnya al-Jaddul-Hatsits fi Bayani ma laysa bi Hadits.
"Namun, saya telah mendapatkan sumbernya dengan sanad yang mauquf (pada sahabat) yaitu diriwayatkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab Gharibul-Hadits I/46, dengan matan "Ihrits lidunyaaka ..." dan seterusnya," kata Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani.
Al-Albani juga mengaku mendapatkan dalam riwayat Ibnu Mubarak pada kitab az-Zuhud II/28 dengan sanad lain yang juga mauquf dan munqathi' (tidak bersambung).
Ringkasnya, kata al-Albani, riwayat hadis tersebut dha'if karena adanya dua penyakit dalam sanadnya. Pertama, majhulnya (asingnya) maula (budak/pengikut) Umar bin Abdul Aziz sebagai salah satu perawi sanadnya. Kedua, dha'ifnya pencatat bagi Laits yang bernama Abdullah bin Shaleh, yang juga merupakan perawi sanad dalam riwayat ini.
Kedua, hadis batil yang berbunyi:
"Agama adalah akal. Siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya."
Syaikh Al-Albani mengatakan hadis tersebut batil. Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dari Abi Malik Basyir bin Ghalib. Kemudian ia berkata, "Hadis ini adalah batil munkar."
Menurut Al-Albani, kelemahan hadis tersebut terletak pada seorang sanadnya yang bernama Bisyir. Dia ini majhul (asing/tidak dikenal). "Inilah yang dinyatakan oleh al-Uzdi dan dikuatkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul-I'tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan," ujarnya.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini ialah bahwasanya semua riwayat/hadis yang menyatakan keutamaan akal tidak ada yang sahih. Semua berkisar antara dha'if dan maudhu'.
"Saya telah menelusuri semua riwayat tentang masalah keutamaan akal tersebut dari awal. Di antaranya apa yang diutarakan oleh Abu Bakar bin Abid Dunya dalam kitab al-Aqlu wa Fadhluhu. Di situ saya dapati ia menyebutkan, 'Riwayat ini tidaklah sahih'," ujarnya.
Kemudian Ibnu Qayyim dalam kitab al-Manaar halaman 25 menyatakan, "Hadis-hadis yang berkenaan dengan akal semuanya dusta belaka."
Seorang zindiq diketemukan telah memalsu lebih dari 4.000 hadis. Bahkan dari tiga orang pemalsu bisa dipastikan telah keluar puluhan ribu hadis palsu.
Pemalsuan hadis-hadis ini bermacam-macam tendensinya. Ada yang bertendensi politis, fanatisme golongan, membela mazhab, dan bahkan ada yang mendekatkan diri kepada Allah seperti yang diakui sekelompok firqah.
Selain itu, ada pula karena kesalahan tak sengaja atau kelemahan dalam mendeteksi hadis yang memang bukan bidang yang dikuasainya. Hal ini terjadi, misalnya, pada sebagian kaum sufi.
Berikut ini adalah hadis-hadis lemah dan palsu yang dihimpun oleh Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani dalam bukunya berjudul "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'.
Sekadar mengingatkan Syaikh Al-Albani bernama lengkapMuhammad bin al-Haj Nuh bin Nijati bin Adam al-Isyqudri al-Albani al-Arnauṭi. Beliau adalah seorang ulama hadis Sunni yang dikenal dalam lingkup dunia Islam dengan skala internasional. Berikut 3 hadis masyhur yang menurut beliau dhaif dan maudhu.
"Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok."
Menurut Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani, sekalipun riwayat hadis di atas sangat masyhur dan hampir setiap orang mengutipnya, tetapi sanadnya tidak ada yang marfu'. Bahkan Syekh Abdul Karim al-Amri tidak mencantumkannya dalam kitabnya al-Jaddul-Hatsits fi Bayani ma laysa bi Hadits.
"Namun, saya telah mendapatkan sumbernya dengan sanad yang mauquf (pada sahabat) yaitu diriwayatkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab Gharibul-Hadits I/46, dengan matan "Ihrits lidunyaaka ..." dan seterusnya," kata Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani.
Al-Albani juga mengaku mendapatkan dalam riwayat Ibnu Mubarak pada kitab az-Zuhud II/28 dengan sanad lain yang juga mauquf dan munqathi' (tidak bersambung).
Ringkasnya, kata al-Albani, riwayat hadis tersebut dha'if karena adanya dua penyakit dalam sanadnya. Pertama, majhulnya (asingnya) maula (budak/pengikut) Umar bin Abdul Aziz sebagai salah satu perawi sanadnya. Kedua, dha'ifnya pencatat bagi Laits yang bernama Abdullah bin Shaleh, yang juga merupakan perawi sanad dalam riwayat ini.
Kedua, hadis batil yang berbunyi:
"Agama adalah akal. Siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya."
Syaikh Al-Albani mengatakan hadis tersebut batil. Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dari Abi Malik Basyir bin Ghalib. Kemudian ia berkata, "Hadis ini adalah batil munkar."
Menurut Al-Albani, kelemahan hadis tersebut terletak pada seorang sanadnya yang bernama Bisyir. Dia ini majhul (asing/tidak dikenal). "Inilah yang dinyatakan oleh al-Uzdi dan dikuatkan oleh adz-Dzahabi dalam kitab Mizanul-I'tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan," ujarnya.
Satu hal yang perlu digarisbawahi di sini ialah bahwasanya semua riwayat/hadis yang menyatakan keutamaan akal tidak ada yang sahih. Semua berkisar antara dha'if dan maudhu'.
"Saya telah menelusuri semua riwayat tentang masalah keutamaan akal tersebut dari awal. Di antaranya apa yang diutarakan oleh Abu Bakar bin Abid Dunya dalam kitab al-Aqlu wa Fadhluhu. Di situ saya dapati ia menyebutkan, 'Riwayat ini tidaklah sahih'," ujarnya.
Kemudian Ibnu Qayyim dalam kitab al-Manaar halaman 25 menyatakan, "Hadis-hadis yang berkenaan dengan akal semuanya dusta belaka."