Kisah Rasulullah SAW Pimpin 1.600 Orang Pasukan Serang Yahudi Khaibar

Senin, 25 Juli 2022 - 05:15 WIB
Sejatinya, Yahudi Khaibar memang sudah menanti-nantikan kedatangan pasukan Rasulullah SAW. Mereka ingin mencari jalan membebaskan diri. Sebagian mereka ini ada yang menyarankan supaya cepat-cepat dibentuk sebuah blok, yang terdiri dari mereka dan Yahudi Wadi'l-Qura dan Taima, yang akan langsung menyerbu Yathrib (Madinah) tanpa menggantungkan diri kepada kabilah-kabilah Arab yang lain.

Sedangkan yang sebagian lagi berpendapat supaya masuk saja bersekutu dengan Rasul, kalau-kalau kebencian terhadap mereka dapat terhapus dari hati kaum Muslimin - terutama dari pihak Anshar - setelah dalam kenyataan Huyayy bin Akhtab dan segolongan Yahudi lainnya terlibat dalam usaha menghasut kabilah-kabilah Arab untuk menyerang Madinah dan secara kekerasan mengadakan Perang Parit.

Akan tetapi semangat kedua belah pihak sudah memuncak, sehingga sebelum terjadi perang, pihak Muslimin sudah lebih dulu berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Khaibar masing-masing Sallam bin Abi'l-Huqaiq dan Yasir ibn Razzam.

Oleh karena golongan Yahudi selalu mengadakan kontak dengan Ghatafan tatkala pertama kali tersiar berita Nabi Muhammad akan menyerang mereka, cepat-cepat mereka meminta bantuan kabilah-kabilah itu.



Koloni Israil

Mengenai Ghatafan ini, para ahli masih berbeda pendapat: Jadikah kabilah ini memberikan bala bantuan, ataukah pasukan Muslimin sudah memutuskan hubungan dengan Khaibar?

Lepas dari apakah Ghatafan ini sampai membantu pihak Yahudi atau malah menjauhkan diri setelah Nabi Muhammad menjanjikan hendak memberikan harta rampasan perang nanti, namun kenyataannya peperangan ini merupakan perang terbesar yang pernah terjadi; mengingat pula kelompok-kelompok Yahudi di Khaibar ini merupakan koloni Israil yang terkuat yang paling kaya dan paling besar pula persenjataannya.

Di samping itu, pihak muslim pun sudah yakin sekali, bahwa selama Yahudi tetap menjadi duri dalam daging seluruh jazirah, maka selama itu pula persaingan antara agama Musa as dengan Islam akan jadi panjang tanpa dapat mencapai suatu penyelesaian. Dengan demikian mereka terjun menyabung nyawa tanpa ragu-ragu lagi.

Sebaliknya, pihak Quraisy dan seluruh jazirah Arab berbaris menonton peperangan ini. Dari kalangan Quraisy sampai ada yang berani bertaruh mengenai kesudahan perang itu dan siapa pula yang akan menang. Kebanyakan Quraisy mengharapkan pihak Muslimin akan mengalami kehancuran, melihat kukuhnya benteng-benteng Khaibar yang sudah terkenal serta letaknya di atas batu-batu karang dan gunung, di samping pengalaman mereka yang cukup lama dalam medan perang.

Dengan persiapan senjata yang cukup, pasukan muslim berada di depan perbentengan Khaibar. Yahudi juga sedang berunding dengan sesama mereka.

Pemimpin mereka Sallam bin Misykam menyarankan, supaya harta-benda dan sanak keluarga mereka dimasukkan ke dalam benteng Watih dan Sulalim, bahan makanan dan perlengkapan dimasukkan ke dalam benteng Na'im, prajurit dan barisan penggempur dimasukkan ke dalam benteng Natat dan Sallam bin Misykam sendiri bersama-sama mereka, mengerahkan mereka dalam peperangan.

Akhirnya, pasukan kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan di sekitar benteng Natat dan pertempuran pun meletus. Dalam perang ini Sallam bin Misykam tewas.

Pimpinan pasukan Yahudi pun digantikan Harith bin Abi Zainabin. Ia keluar dari benteng Na'im dengan maksud hendak menggempur pasukan Muslimin. Tetapi oleh Khazraj ia dapat dihalau dan dipaksa kembali mundur ke bentengnya.

Pihak muslim lalu memperketat kepungannya atas benteng-benteng Khaibar itu sedang pihak Yahudi mati-matian mempertahankan dengan keyakinan, bahwa kekalahan mereka menghadapi Rasulullah berarti suatu penumpasan terakhir terhadap Bani Israil di negeri-negeri Arabin.



Tugas Ali bin Abi Thalib

Perang Khaibar amat sengit. Rasulullah SAW menyerahkan bendera kepada Abu Bakar supaya memasuki benteng Na'im. Tetapi setelah terjadi pertempuran ia kembali tanpa berhasil menaklukkan benteng itu. Keesokan harinya pagi-pagi Rasul menugaskan Umar bin Khattab . Tetapi dia pun mengalami nasib yang sama seperti Abu Bakar.

Giliran Ali bin Abi Thalib yang dipanggilnya seraya katanya: "Pegang bendera ini dan bawa terus sampai Tuhan memberikan kemenangan kepadamu."

Sayidina Ali berangkat membawa bendera itu. Setelah ia berada dekat dari benteng, penghuni benteng itu keluar menghadapinya dan seketika itu juga pertempuran pun terjadi. Salah seorang Yahudi dapat memukulnya dan perisai yang di tangannya terlempar. Tetapi Sayidina Ali segera menyambar daun pintu yang ada di benteng dan dengan memperisaikan daun pintu yang masih di tangan itu ia terus bertempur.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Al Aswad bin Yazid, dia berkata; Abdullah berkata, Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri Akhirat), niscaya Allah subhanahu wa ta'ala akan mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan memperdulikan dimanapun ia binasa.

(HR. Ibnu Majah No. 4096)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More