Quraish Shihab Tidak Ingin Dipanggil Habib meskipun Keturunan Nabi Muhammad SAW
Senin, 25 Juli 2022 - 15:30 WIB
Quraish lalu menceritakan kisah putra Nabi Nuh yang bernama Kan'an. Sebagai putra seorang nabi, seharusnya Kan'an mencerminkan akhlak seperti orang tuanya. Tapi kenyataan berkata lain karena putra Nuh itu justru tidak mau beriman kepada Allah sehingga memperoleh siksa.
"Jadi, boleh berbangga, boleh merasa bersyukur, mempunyai garis keturunan kepada Nabi, tapi jangan tonjolkan itu. Tonjolkanlah akhlakmu, tonjolkanlah kebaikanmu, tonjolkanlah keramah-tamahanmu," tegasnya.
Sangat Banyak
Sejatinya, keturunan Nabi Muhammad di Indonesia sangatlah banyak. Kehadiran mereka berawal dari mirgasi keturunan cucu Husein dari Hadramaut di Yaman, bernama Alawi. Berikutnya, keturunan Nabi jalur Alawi di Indonesia dijuluki dengan Alawiyin.
Keturunan Nabi dari Hadramaut yang di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Alawiyin dan non-Alawiyin. Keturunan Alawiyin kemudian membentuk sebuah organisasi yang bertugas, salah satunya, melakukan pencatatan silsilah keturunan Nabi.
Quraish Shihab adalah cucu dari Habib Ali bin Abdurrahman, habib asli asal Hadhramaut, Yaman. Tak hanya dari segi silsilah, Quraish juga teruji secara keilmuan. Ia dihormati berbagai kalangan karena kemampuan akademik dan agama yang jempolan.
Quraish Shihab adalah akademisi, mufasir, dan sempat menjadi menteri agama era Orde Baru. Ia punya semua persyaratan untuk menjadi seorang habib.
Tetap saja Quraish Shihab menolak menggunakan gelar habib. Dalam buku biografinya, Cahaya, Cinta, dan Canda, Quraish mengatakan bahwa ia keberatan menyandang gelar tersebut karena pengertian dan kesan tentang habib di Indonesia telah berkembang jauh.
Quraish Shihab sadar ada pergeseran persepsi terkait habib di Indonesia. Di Indonesia, habib berkembang menjadi sebuah kesan. Yakni, kesan menjadi orang yang berilmu wahid dan dekat dengan Rasul.
Quraish juga mengkhawatirkan adanya kemungkinan asosiasi Rasul dengan dirinya. Singkatnya, gelar habib di Indonesia menurut Quraish terkesan “mengandung unsur pujian.” Maka ia berkukuh menolak memakai gelar habib, meski berhak.
"Jadi, boleh berbangga, boleh merasa bersyukur, mempunyai garis keturunan kepada Nabi, tapi jangan tonjolkan itu. Tonjolkanlah akhlakmu, tonjolkanlah kebaikanmu, tonjolkanlah keramah-tamahanmu," tegasnya.
Sangat Banyak
Sejatinya, keturunan Nabi Muhammad di Indonesia sangatlah banyak. Kehadiran mereka berawal dari mirgasi keturunan cucu Husein dari Hadramaut di Yaman, bernama Alawi. Berikutnya, keturunan Nabi jalur Alawi di Indonesia dijuluki dengan Alawiyin.
Keturunan Nabi dari Hadramaut yang di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Alawiyin dan non-Alawiyin. Keturunan Alawiyin kemudian membentuk sebuah organisasi yang bertugas, salah satunya, melakukan pencatatan silsilah keturunan Nabi.
Quraish Shihab adalah cucu dari Habib Ali bin Abdurrahman, habib asli asal Hadhramaut, Yaman. Tak hanya dari segi silsilah, Quraish juga teruji secara keilmuan. Ia dihormati berbagai kalangan karena kemampuan akademik dan agama yang jempolan.
Quraish Shihab adalah akademisi, mufasir, dan sempat menjadi menteri agama era Orde Baru. Ia punya semua persyaratan untuk menjadi seorang habib.
Tetap saja Quraish Shihab menolak menggunakan gelar habib. Dalam buku biografinya, Cahaya, Cinta, dan Canda, Quraish mengatakan bahwa ia keberatan menyandang gelar tersebut karena pengertian dan kesan tentang habib di Indonesia telah berkembang jauh.
Quraish Shihab sadar ada pergeseran persepsi terkait habib di Indonesia. Di Indonesia, habib berkembang menjadi sebuah kesan. Yakni, kesan menjadi orang yang berilmu wahid dan dekat dengan Rasul.
Quraish juga mengkhawatirkan adanya kemungkinan asosiasi Rasul dengan dirinya. Singkatnya, gelar habib di Indonesia menurut Quraish terkesan “mengandung unsur pujian.” Maka ia berkukuh menolak memakai gelar habib, meski berhak.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)