Kenapa Nabi Muhammad Jadi Contoh? Ternyata Ini Alasannya
Senin, 29 Juni 2020 - 20:36 WIB
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) merupakan sosok teladan dan rahmat bagi alam semesta. Beliau terpilih sebagai suriteladan terbaik yang patut dicontoh umat manusia.
Ada yang bertanya, kenapa Nabi Muhammad SAW menjadi contoh bagi manusia? Berikut penjelasan Ustaz Ahmad Zarkasih Lc (pengajar rumah Fiqih Indonesia) dalam bukunya "Manusia Yang Tidak Seperti Manusia". ( )
"Kalau ada orang yang melatih kucing piaraannya untuk bisa mengaung sebagaimana layaknya singa, tentu orang tersebut dikatakan sebagai orang bodoh. Sebab, tidak mungkin kucing bisa mengaung. Begitu juga sama bodohnya jik ada orang yang melatih ayam piaraannya untuk bisa berciut seperti burung. Karena memang itu mustahil," kata Ustaz Ahmad Zarkasih .
Sama juga jika ada instruktur gajah di kebun binatang melatih gajahnya untuk memanjat pohon seperti monyet. Pasti orang akan mengatakan bahwa instruktur gajah itu adalah orang gila. Gila dalam arti yaitu tidak bisa menggunakan otak sebagaimana mestinya.
Harusnya memang ajarilah kucing untuk jadi seperti kucing. Begitu juga ayam, jangan dipaksa jadi seperti burung. Dan jangan jadikan monyet sebagai ukuran dan buah cinta melatih gajah. Kalau buah cintanya kacau, kacau juga hasilnya.
Nah, karena itulah Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW karena beliau sama manusianya seperti kita. Dan menjadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa mengikuti Muhammad SAW, karena beliau bagian dari kita juga. ( )
Dan itu pula yang ditegaskan Allah Ta'ala sejak dulu bahwa DIA akan mengangkat Nabi dan panutan dari kalangan kita sendiri. "Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian (manusia), dia merasa berat dengan apa yang kalian derita, dan dia menginginkan keringanan bagi kalian, penyantun dan penyayang bagi orang-orang beriman". (Surah At-Taubah ayat 128)
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "Sebagaimana Kami telah utus kepada kalian seorang Rasul kalangan kalian sendiri yang membacakan untuk kalian ayat-ayat Kami dan mengajarkan kalian Kitab serta Hikmah dan juga segala apa yang kalian tidak ketahui". (Surah Al-Baqarah ayat 151)
"Maka Kami utus kepada mereka Rasul dari kalangan mereka sendiri agar mereka menyembah Allah, yang tidak ada tuhan selain-Nya, tidak kah kalian mau bertaqwa." (Surah Al-Mukminun ayat 32)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa kita tidaklah diperintah untuk mengikuti Malaikat yang mereka tidak memiliki nafsu. Akan tetapi kita diperintah untuk mengikuti Muhammad SAW yang sama manusia seperti kita. Tentu agar kita bisa mengikutinya, karena beliau sama seperti kita, makan, tidur dan juga memiliki keinginan syahwat kepada lawan jenis. ( )
Nabi Muhammad SAW pun kadang marah juga kadang senang yang sama seperti kita. Selain itu juga, ini merupakan bentuk keadilan Allah Ta'ala kepada manusia, bahwa memang Allah Ta'ala tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya; kecuali hamba-Nya itu sendiri yang berbuat zalim bagi dirinya sendiri.
Adilnya Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi dari kalangan manusia agar tidak di akhirat nanti tidak ada yang menunut kepada Allah karena merasa dizalimi sebab harus mengikuti Rasul dan Nabi yang berasal dari Malaikat atau Jin . Dan hal ini ditegaskan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
Katakanlah (Muhammad), "Sekiranya di bumi ada para Malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami utus kepada mereka Malaikat dari langit untuk menjadi Rasul". (Surah Al-Isra' ayat 95)
Ayat ini, sebagaimana disebut Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, bahwa menjadi penegasan bahwa Allah Ta'ala adalah Maha Adil dan tidak mungkin menzalimi hamba-Nya dengan memerintahkan mereka mengikuti contoh yang bukan bagian dari mereka. (
)
Wallahu A'lam
Ada yang bertanya, kenapa Nabi Muhammad SAW menjadi contoh bagi manusia? Berikut penjelasan Ustaz Ahmad Zarkasih Lc (pengajar rumah Fiqih Indonesia) dalam bukunya "Manusia Yang Tidak Seperti Manusia". ( )
"Kalau ada orang yang melatih kucing piaraannya untuk bisa mengaung sebagaimana layaknya singa, tentu orang tersebut dikatakan sebagai orang bodoh. Sebab, tidak mungkin kucing bisa mengaung. Begitu juga sama bodohnya jik ada orang yang melatih ayam piaraannya untuk bisa berciut seperti burung. Karena memang itu mustahil," kata Ustaz Ahmad Zarkasih .
Sama juga jika ada instruktur gajah di kebun binatang melatih gajahnya untuk memanjat pohon seperti monyet. Pasti orang akan mengatakan bahwa instruktur gajah itu adalah orang gila. Gila dalam arti yaitu tidak bisa menggunakan otak sebagaimana mestinya.
Harusnya memang ajarilah kucing untuk jadi seperti kucing. Begitu juga ayam, jangan dipaksa jadi seperti burung. Dan jangan jadikan monyet sebagai ukuran dan buah cinta melatih gajah. Kalau buah cintanya kacau, kacau juga hasilnya.
Nah, karena itulah Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi Muhammad SAW karena beliau sama manusianya seperti kita. Dan menjadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bisa mengikuti Muhammad SAW, karena beliau bagian dari kita juga. ( )
Dan itu pula yang ditegaskan Allah Ta'ala sejak dulu bahwa DIA akan mengangkat Nabi dan panutan dari kalangan kita sendiri. "Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian (manusia), dia merasa berat dengan apa yang kalian derita, dan dia menginginkan keringanan bagi kalian, penyantun dan penyayang bagi orang-orang beriman". (Surah At-Taubah ayat 128)
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "Sebagaimana Kami telah utus kepada kalian seorang Rasul kalangan kalian sendiri yang membacakan untuk kalian ayat-ayat Kami dan mengajarkan kalian Kitab serta Hikmah dan juga segala apa yang kalian tidak ketahui". (Surah Al-Baqarah ayat 151)
"Maka Kami utus kepada mereka Rasul dari kalangan mereka sendiri agar mereka menyembah Allah, yang tidak ada tuhan selain-Nya, tidak kah kalian mau bertaqwa." (Surah Al-Mukminun ayat 32)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa kita tidaklah diperintah untuk mengikuti Malaikat yang mereka tidak memiliki nafsu. Akan tetapi kita diperintah untuk mengikuti Muhammad SAW yang sama manusia seperti kita. Tentu agar kita bisa mengikutinya, karena beliau sama seperti kita, makan, tidur dan juga memiliki keinginan syahwat kepada lawan jenis. ( )
Nabi Muhammad SAW pun kadang marah juga kadang senang yang sama seperti kita. Selain itu juga, ini merupakan bentuk keadilan Allah Ta'ala kepada manusia, bahwa memang Allah Ta'ala tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya; kecuali hamba-Nya itu sendiri yang berbuat zalim bagi dirinya sendiri.
Adilnya Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi dari kalangan manusia agar tidak di akhirat nanti tidak ada yang menunut kepada Allah karena merasa dizalimi sebab harus mengikuti Rasul dan Nabi yang berasal dari Malaikat atau Jin . Dan hal ini ditegaskan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:
قُلْ لَّوۡ كَانَ فِى الۡاَرۡضِ مَلٰۤٮِٕكَةٌ يَّمۡشُوۡنَ مُطۡمَٮِٕنِّيۡنَ لَـنَزَّلۡنَا عَلَيۡهِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَلَـكًا رَّسُوۡلًا
Katakanlah (Muhammad), "Sekiranya di bumi ada para Malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami utus kepada mereka Malaikat dari langit untuk menjadi Rasul". (Surah Al-Isra' ayat 95)
Ayat ini, sebagaimana disebut Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya, bahwa menjadi penegasan bahwa Allah Ta'ala adalah Maha Adil dan tidak mungkin menzalimi hamba-Nya dengan memerintahkan mereka mengikuti contoh yang bukan bagian dari mereka. (
Baca Juga
Wallahu A'lam
(rhs)