Mengapa Rasulullah Melarang Mendatangi Dukun? Salah Satu Akibatnya Sholat Tidak Diterima

Kamis, 25 Agustus 2022 - 11:03 WIB
Rasulullah SAW telah melarang ummatnya mendatangi para dukun, tukang ramal, dan tukang tenung, dan melarang bertanya serta membenarkan apa yang mereka katakan, karena mengandung kemungkaran dan bahaya yang sangat besar pula. Foto ilustrasi/merriam-w
Masalah perdukunan menjadi populer dibicarakan akhir-akhir ini. Dunia perdukunan menjadi fenomena menarik yang menggugah banyak orang untuk berusaha menyingkap tabirnya. Bagaimana Islam memandang dunia perdukunan ini?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dukun diartikan sebagai orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna, dan sebagainya). Dan ada klasifikasi jenis golongan menurut KBBI.

1. Dukun beranak. Yakni dukun yang pekerjaannya menolong perempuan melahirkan.

2. Dukun calak atau bengkong.

3. Dukun jampi. Yakni dukun yang menggunakan tumbuhan dan berbagai ramuan alami untuk menyembuhkan penyakit.



4. Dukun japa. Yaitu dukun yang mengandalkan mantra sebagai sarana pengobatan.

5. Dukun klenik. Yaitudukun yang membuat dan memberi guna-guna atau kekuatan gaib lainnya.

6. Dukun santet. Yakni dukun yang memiliki kemampuan menggunakan kekuatan sihir terhadap manusia.



7. Dukun siwer. Adalahdukun yang mempunyai kekhususan mencegah terjadinya kesialan yang diakibatkan oleh peristiwa alami (hujan dan sebagainya).

8. Dukun susuk. Artinya dukun yang mempunyai keahlian khusus mengobati penyakit dengan menusukkan jarum emas pada bagian bawah kulit.

9. Dukun tenung. Yaknidukun yang memiliki atau mampu menggunakan kekuatan gaib terhadap manusia.

10. Dukun tiban. Adalah orang yang dalam waktu terbatas mempunyai kemampuan mengobati suatu penyakit karena adanya kekuatan gaib akibat kerasukan roh.

Kalau kategori dukun beranak atau dukun jampi atau dukun pijat, yang ketika membantu atau menolong orang lain, menjadi hal yang tidak diperdebatkan saat berpraktik. Sedang dukun semacam tenung atau klenik atau yang mengaku sakti dan bisa mengetahui alam ghaib, maka dukun seperti inilah yang populer diperdebatkan.

Syaikh 'Irfaan bin Salim Al-'Asya Hassunah dalam kitabnya' Wiqoyatun Insaan min Madhakili Syaiton wa Kaifiyatu Istikhoji as Sihr wal Jin atau menyingkap alam Jin dan sihir serta Perdukunan' mengatakan bahwa ada bahaya yang mendalam dan hebat yang terjadi di masyarakat. Hal ini karena telah banyak masyarakat yang mengandalkan perdukunan terhadap sesuatu yang menimpa mereka.

Maraknya kenyataan ini menjadi pertanda betapa jauhnya masyarakat dari Kitab Allah (Al-Qur'an) dan petunjuk Rasulullah Shallahu'alaihi wa Salam. Padahal petunjuk-petunjuk itu harusnya menjadi peringatan bagi masyarakat agar jangan sampai terjerumus dalam larangan memercayai sesuatu hal selain Allah yang bisa mendatangkan mudharat dan manfaat.

Imam Muslim dan para Imam Lainnya meriwayatkan dari Mu'awwiyah bin Al Hakam Sulami bahwa ia menceritakan : "Aku sampaikan kepada Rasulullah Shallahu'alaihi wa Salam beberapa hal yang aku lakukan di masa jahiliyyah, yaitu bahwa kami suka mendatangi dukun-dukun. Dan Beliau bersabda "jangan sekali-kali engkau mendatangi dukun-dukun itu".

Nabi Shallahu'alaihi wa Salam juga bersabda :

"Barang siapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkannya, berarti itu telah kufur dan (menolak) kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallahu'alaihi wa Salam". (HR. Ahmad, Hasan).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata:  Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadhan.  Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban.

(HR. Muslim No. 1956)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More