3 Istri Nabi Muhammad SAW yang Berstatus Janda saat Dinikahi
Selasa, 13 September 2022 - 15:53 WIB
Setidaknya ada 10 istri Nabi Muhammad SAW yang berstatus janda saat dinikahi. Berikut adalah 3 di antaranya. Sebelumnya sudah diulas 4 di antaranya, yakni Khadijah binti Khuwailid , Saudah binti Zam'ah, Hafshah binti Umar, dan Zainab binti Khuzaimah. Kini kita ulas Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, dan Raihanah binti Zaid .
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Ummu Salamah dilangsungkan pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah. Nama sejatinya Ummu Salamah adalah Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum.
Perempuan rupawan ini dikenal sebagai Ummu Salamah karena memiliki putra bernama Salamah. Sayyidah Ummu Salamah berusia sekitar 28 tahun ketika dinikahi Nabi Muhammad.
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Sayyidah Ummu Salamah menikah dengan Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Makhzum al-Qurasyi lebih dikenal dengan Abu Salamah. Sang suami tercatat sebagai sahabat yang pertama-tama memeluk Islam.
Jauh sebelum hijrah ke Madinah, Abu Salamah dan Sayyidah Ummu Salamah ra berhijrah ke Habasyah. Di Habasyah Ummu Salamah melahirkan tiga orang anak; Zainab, kemudian Salamah, Durrah, dan Umar.
Abu Salamah meninggal akibat luka-luka yang dideritanya pada Perang Uhud. Tatkala masa iddah Ummu Salamah berakhir, Abu Bakar mengirim seseorang untuk meminang dirinya, namun dia tidak berkenan menikah dengan Abu Bakar.
Barulah Ummu Salamah menerima saat Rasulullah SAW meminangnya. Rasulullah menikahi Ummu Salamah tepat pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah.
Selain cantik, Sayyidah Ummu Salamah dikenal cerdas. Beliau lahir 24 tahun sebelum hijrah dan wafat pada tahun 61 H. Ayahnya adalah seorang Quraisy yang dikenal sangat dermawan.
Sedangkan pernikahan Rasulullah SAW dengan Zainab binti Jahsy terjadi setelah Zaid bin Haritsah menceraikannya.
Kisah pernikahan Sayyidah Zainab bin Jahsy bin Rabab ra sungguh tidak lazim. Setidaknya ini untuk adat suku Arab Quraish. Zainab dinikahi Rasulullah SAW setelah sebelumnya menjadi istri Zaid bin Haritsah.
Zaid bin Haritsah sendiri adalah budak yang kemudian diangkat sebagai anak oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam adat Arab, langkah Rasulullah menikahi janda anak angkatnya itu dianggap kontroversial. Orang-orang Arab kala itu menganggap istri anak angkat tidak bisa dinikahi ayah angkatnya.
Zainab binti Jahsy masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah. Ibu dari Sayyidah Zainab bintu Jahsy bernama Umayyah binti Muttalib adalah putri dari paman Rasulullah SAW. Beliau telah masuk Islam sejak awal dan ikut hijrah bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Kemudian Rasulullah meminangnya untuk dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau.
Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad" menulis, bahwa Rasulullah telah melamar Sayyidah Zainab anak bibinya itu buat Zaid bekas budaknya. Abdullah bin Jahsy, saudara Zainab menolak, kalau saudara perempuannya sebagai orang dari suku Quraisy dan keluarga Hasyim pula, di samping itu semua ia masih sepupu Rasul dari pihak ibu akan berada di bawah seorang budak belian yang dibeli oleh Sayyidah Khadijah lalu dimerdekakan oleh Nabi Muhammad.
Pernikahan itu terjadi, namun melahirkan keluarga yang kurang harmonis. Itu sebabnya Zaid menceraikannya. Setelah cerai Sayyidah Zainab menikah dengan Nabi Muhammad SAW.
Istri Rasulullah SAW yang dinikahi saat berstatus janda selanjutnya adalah Raihanah binti Zaid bin Amru . Beliau adalah Yahudi dari Bani Nadhir. Pendapat lain menyebut beliau berasal dari Bani Quraizhah. Dan pendapat yang kedua itu yang paling banyak.
Dalam buku 150 Perempuan Shalihah karya Abu Malik Muhammad bin Hamid dikisahkan, Raihanah adalah seorang perempuan Yahudi yang pernah menolak lamaran dan ajakan Rasulullah SAW untuk memeluk Islam.
Awalnya, Raihanah adalah istri dari seorang laki-laki Bani Quraizhah yang dikenal dengan al-Hakam. Suaminya sangat mencintainya. Memuliakan dan berbuat baik padanya. Raihanah pun seorang wanita cantik yang memiliki kedudukan terhormat di tengah kaumnya. Ia cerdas dan pandai menganalisis permasalahan.
Saat orang-orang Yahudi Bani Quraizhah mengkhinati perjanjian antara mereka dengan kaum muslimin, Rasulullah dan para sahabat menyerang mereka. Mereka berhasil dikalahkan sehingga kaum wanita mereka menjadi tawanan.
Raihanah menjadi tawanan Rasulullah. Mulanya Raihanah menolak memeluk Islam. Ia masih fanatik dengan agama Yahudi. Keadaan ini membuat Rasulullah tidak nyaman.
Rasulullah memanggil Tsa’labah bin Sa’yah dan menceritakan perihal penolakan Raihanah. Ibnu Sa'yah bertekad membantu Rasulullah meyakinkan Raihanah kepada ajaran Islam.
Ia pergi menemui Raihanah dan mengatakan, "Jangan ikuti kaummu. Sesungguhnya mereka jatuh dalam perangkap Huyay bin Akhtab. Masuklah ke dalam agama Islam. Rasulullah memilihmu untuk dirinya."
Ibnu Sa'yah pun menjelaskan tentang Islam kepada Raihanah hingga ia mendapat hidayah masuk Islam. Ibnu Sa'yah kembali ke tempat Rasulullah SAW berada. Pada saat sedang bersama para sahabatnya, Rasulullah mendengar suara sandal. Beliau berkata, "Itu suara Ibnu Sa'yah yang datang untuk mengabarkan keislaman Raihanah."
"Ya Rasulullah, Raihanah telah masuk Islam," kata Ibnu Sa'yah.
Rasulullah bergembira dan memberi kegembiraan padanya untuk membebaskannya, menikahinya, dan mengenakan hijab untuknya.
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Ummu Salamah dilangsungkan pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah. Nama sejatinya Ummu Salamah adalah Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum.
Perempuan rupawan ini dikenal sebagai Ummu Salamah karena memiliki putra bernama Salamah. Sayyidah Ummu Salamah berusia sekitar 28 tahun ketika dinikahi Nabi Muhammad.
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Sayyidah Ummu Salamah menikah dengan Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Makhzum al-Qurasyi lebih dikenal dengan Abu Salamah. Sang suami tercatat sebagai sahabat yang pertama-tama memeluk Islam.
Jauh sebelum hijrah ke Madinah, Abu Salamah dan Sayyidah Ummu Salamah ra berhijrah ke Habasyah. Di Habasyah Ummu Salamah melahirkan tiga orang anak; Zainab, kemudian Salamah, Durrah, dan Umar.
Abu Salamah meninggal akibat luka-luka yang dideritanya pada Perang Uhud. Tatkala masa iddah Ummu Salamah berakhir, Abu Bakar mengirim seseorang untuk meminang dirinya, namun dia tidak berkenan menikah dengan Abu Bakar.
Barulah Ummu Salamah menerima saat Rasulullah SAW meminangnya. Rasulullah menikahi Ummu Salamah tepat pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah.
Selain cantik, Sayyidah Ummu Salamah dikenal cerdas. Beliau lahir 24 tahun sebelum hijrah dan wafat pada tahun 61 H. Ayahnya adalah seorang Quraisy yang dikenal sangat dermawan.
Sedangkan pernikahan Rasulullah SAW dengan Zainab binti Jahsy terjadi setelah Zaid bin Haritsah menceraikannya.
Kisah pernikahan Sayyidah Zainab bin Jahsy bin Rabab ra sungguh tidak lazim. Setidaknya ini untuk adat suku Arab Quraish. Zainab dinikahi Rasulullah SAW setelah sebelumnya menjadi istri Zaid bin Haritsah.
Zaid bin Haritsah sendiri adalah budak yang kemudian diangkat sebagai anak oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam adat Arab, langkah Rasulullah menikahi janda anak angkatnya itu dianggap kontroversial. Orang-orang Arab kala itu menganggap istri anak angkat tidak bisa dinikahi ayah angkatnya.
Zainab binti Jahsy masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah. Ibu dari Sayyidah Zainab bintu Jahsy bernama Umayyah binti Muttalib adalah putri dari paman Rasulullah SAW. Beliau telah masuk Islam sejak awal dan ikut hijrah bersama Rasulullah SAW ke Madinah. Kemudian Rasulullah meminangnya untuk dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah, anak angkat beliau.
Muhammad Husain Haekal dalam buku "Sejarah Hidup Muhammad" menulis, bahwa Rasulullah telah melamar Sayyidah Zainab anak bibinya itu buat Zaid bekas budaknya. Abdullah bin Jahsy, saudara Zainab menolak, kalau saudara perempuannya sebagai orang dari suku Quraisy dan keluarga Hasyim pula, di samping itu semua ia masih sepupu Rasul dari pihak ibu akan berada di bawah seorang budak belian yang dibeli oleh Sayyidah Khadijah lalu dimerdekakan oleh Nabi Muhammad.
Pernikahan itu terjadi, namun melahirkan keluarga yang kurang harmonis. Itu sebabnya Zaid menceraikannya. Setelah cerai Sayyidah Zainab menikah dengan Nabi Muhammad SAW.
Istri Rasulullah SAW yang dinikahi saat berstatus janda selanjutnya adalah Raihanah binti Zaid bin Amru . Beliau adalah Yahudi dari Bani Nadhir. Pendapat lain menyebut beliau berasal dari Bani Quraizhah. Dan pendapat yang kedua itu yang paling banyak.
Dalam buku 150 Perempuan Shalihah karya Abu Malik Muhammad bin Hamid dikisahkan, Raihanah adalah seorang perempuan Yahudi yang pernah menolak lamaran dan ajakan Rasulullah SAW untuk memeluk Islam.
Awalnya, Raihanah adalah istri dari seorang laki-laki Bani Quraizhah yang dikenal dengan al-Hakam. Suaminya sangat mencintainya. Memuliakan dan berbuat baik padanya. Raihanah pun seorang wanita cantik yang memiliki kedudukan terhormat di tengah kaumnya. Ia cerdas dan pandai menganalisis permasalahan.
Saat orang-orang Yahudi Bani Quraizhah mengkhinati perjanjian antara mereka dengan kaum muslimin, Rasulullah dan para sahabat menyerang mereka. Mereka berhasil dikalahkan sehingga kaum wanita mereka menjadi tawanan.
Baca Juga
Raihanah menjadi tawanan Rasulullah. Mulanya Raihanah menolak memeluk Islam. Ia masih fanatik dengan agama Yahudi. Keadaan ini membuat Rasulullah tidak nyaman.
Rasulullah memanggil Tsa’labah bin Sa’yah dan menceritakan perihal penolakan Raihanah. Ibnu Sa'yah bertekad membantu Rasulullah meyakinkan Raihanah kepada ajaran Islam.
Ia pergi menemui Raihanah dan mengatakan, "Jangan ikuti kaummu. Sesungguhnya mereka jatuh dalam perangkap Huyay bin Akhtab. Masuklah ke dalam agama Islam. Rasulullah memilihmu untuk dirinya."
Ibnu Sa'yah pun menjelaskan tentang Islam kepada Raihanah hingga ia mendapat hidayah masuk Islam. Ibnu Sa'yah kembali ke tempat Rasulullah SAW berada. Pada saat sedang bersama para sahabatnya, Rasulullah mendengar suara sandal. Beliau berkata, "Itu suara Ibnu Sa'yah yang datang untuk mengabarkan keislaman Raihanah."
"Ya Rasulullah, Raihanah telah masuk Islam," kata Ibnu Sa'yah.
Rasulullah bergembira dan memberi kegembiraan padanya untuk membebaskannya, menikahinya, dan mengenakan hijab untuknya.
(mhy)