3 Hikmah Besar pada Penciptaan Matahari dan Bulan

Minggu, 25 September 2022 - 22:33 WIB
Allah menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya sebagai salah satu bukti kekuasaan-Nya. Foto ilustrasi/dok istockphoto
Selain menciptakan langit dan bumi, Allah menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya sebagai bukti kekuasaan-Nya. Setidaknya ada tiga hikmah besar yang patut kita ketahui pada penciptaan matahari dan bulan.

Matahari dan bulan adalah dua benda langit yang banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kata bulan disebut dalam 27 ayat dan matahari dalam 33 ayat. Seringkali kedua benda ini disebut secara bersamaan dalam satu ayat. Terdapat 17 ayat menyebut matahari dan bulan secara beriringan.



Kita perlu membedakan antara cahaya yang dipancarkan matahari dan yang dipantulkan oleh bulan. Yang dipancarkan oleh matahari disebut "dhiya" (sinar), sedang yang dipantulkan oleh bulan disebut "Nur" (cahaya).

Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta'ala melalui Al-Qur'an :

هُوَ الَّذِىۡ جَعَلَ الشَّمۡسَ ضِيَآءً وَّالۡقَمَرَ نُوۡرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُوۡا عَدَدَ السِّنِيۡنَ وَالۡحِسَابَ‌ؕ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالۡحَـقِّ‌ۚ يُفَصِّلُ الۡاٰيٰتِ لِقَوۡمٍ يَّعۡلَمُوۡنَ


Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS Yunus Ayat 5)

3 Hikmah Besar

Ayat 5 dari Surat Yunus di atas merupakan contoh ayat yang menyebutkan matahari dan bulan secara beriringan. Mengutip tafsir Kemenag, ada tiga hikmah besar di balik penciptaan matahari dan bulan, yaitu:

1. Cahaya Matahari dan Bulan yang Berbeda

Allah menyebut matahari dan bulan dengan sebutan yang berbeda. Meskipun kedua benda langit ini sama-sama memancarkan cahaya ke bumi, namun sebutan cahaya dari keduanya disebut secara berbeda. Matahari disebut dengan sebutan dhiya dan bulan dengan sebutan Nur.

Hal ini untuk membedakan sifat cahaya yang dipancarkan oleh kedua benda ini. Dewasa ini, ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir yang menghasilkan panas yang sangat tinggi dan cahaya yang terang benderang. Sementara itu cahaya bulan hanya berasal dari pantulan cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan ke bumi.

Istilah yang berbeda ini menunjukkan bahwa memang Al-Qur'an berasal dari Allah, karena pada waktu Al-Quran diturunkan pengetahuan manusia belum mencapai pemahaman seperti ini. Pada ayat lain, matahari disebut sebagai siraj (lampu) dan bulan disebut sebagai munir (cerah berbinar-binar). (Al-Furqan: 61)

2. Matahari dan Bulan Selalu Berada pada Orbitnya

Matahari dan bulan senantiasa berada pada orbitnya atau garis edar tertentu (wa qaddarahu manazila). Garis edar ini tunduk pada hukum yang telah dibuat Allah, yaitu hukum gravitasi yang mengatakan bahwa ada gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki masa.

Besarnya gaya tarik menarik ini berbanding lurus dengan massa dari kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara keduanya. Dalam ilmu Sains, Newton memformulasikan hukum gravitasi pada abad ke-18. Perhitungan menggunakan hukum gravitasi ini telah berhasil menghitung secara akurat garis edar yang dilalui oleh bulan ketika mengelilingi bumi, maupun bumi ketika mengelilingi matahari.

Hukum gravitasi inilah yang dimaksud oleh Allah ketika Dia berfirman dalam Surat Al-Araf Ayat 54 yang artinya: "...(Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya."

Matahari, bulan, dan bintang tunduk kepada ketentuan Allah, yakni hukum gravitasi yang mengendalikan gerak benda. Di berbagai ayat lainnya sering disebutkan bahwa Allah-lah yang telah menundukkan bulan dan matahari bagi manusia. (Lihat Surat ar-Rad: 2, QS Ibrahim: 33, QS an-Nahl: 12, QS Luqman: 29, QS Fathir: 13, QS az-Zumar: 5).

3. Garis Edar yang Teratur untuk Perhitungan Tahun dan Ilmu Hisab

Hal berikutnya tentang penciptaan matahari dan bulan ini dimaksudkan agar manusia mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab (litalamu adad as-sinina walhisab). Bisa dibayangkan, seandainya bulan dan matahari tidak berada pada garis edar yang teratur, atau dengan kata lain beredar secara acak, bagaimana kita dapat menghitung berapa lama waktu satu tahun atau satu bulan? Maha Suci Allah yang Maha Pengasih yang telah menetapkan segalanya bagi kemudahan manusia.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang lupa lalu dia makan dan minum ketika sedang berpuasa, maka hendaklah dia meneruskan puasanya, karena hal itu berarti Allah telah memberinya makan dan minum.

(HR. Bukhari No. 1797)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More