Kisah Kematian Dajjal yang Dibunuh Nabi Isa
Jum'at, 28 Oktober 2022 - 10:07 WIB
Kisah kematian Dajjal yang dibunuh Nabi Isa bin Maryam as setelah ia berkuasa selama 40 hari. Peristiwa ini terjadi di Palestina. Dan ketika Nabi Isa turun, Dajjal sedang menghadap ke Baitul Maqdis . Lalu Nabi Isa mendapatinya di pintu Ludd, sebuah daerah di Palestina dekat Baitul Maqdis.
Sebuah hadits an-Nawwas bin Sam’an yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda setelah keluarnya Dajjal dan kerusakan yang dia lakukan di bumi, maka Allah mengutus Nabi Isa as, turun ke bumi. Beliau turun di menara putih sebelah timur Damaskus di Syam.
Kala itu, Dajjal berkelana di seluruh permukaan bumi, kecuali Mekkah dan Madinah, pengikutnya sangat banyak, fitnahnya menyeluruh dan tidak ada yang selamat darinya kecuali sedikit saja dari kaum mukminin.
Pada saat itu Nabi Isa turun, hamba-hamba Allah yang beriman berkumpul di sekelilingnya. Beliau kemudian berjalan bersama menjumpai Dajjal. Begitu Dajjal melihat Nabi Isa, maka dia akan mencair seperti garam yang larut.
Kemudian Isa berkata, “Sesungguhnya aku memiliki satu pukulan untukmu, engkau tidak akan luput dariku. Akhirnya Isa mendapatkannya dan membunuhnya dengan tombak dan para pengikutnya kalah, sehingga orang-orang yang beriman mengejar dan membunuh mereka hingga pepohonan dan bebatuan berkata, “Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Ini seorang Yahudi di belakangku, kemari, bunuh dia!” Kecuali gharqad karena ia adalah pohon orang Yahudi”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah ra, bahwasanya dia berkata:
“Dajjal akan muncul pada saat agama sudah tidak diperhatikan dan ilmu (agama) sudah ditinggalkan…” (lalu beliau menuturkan hadits, dan di dalamnya ada ungkapan:) “Kemudian Nabi ‘Isa bin Maryam turun, lalu beliau berseru pada waktu sahur, dia berkata, ‘Wahai manusia, apa yang menghalangi kalian untuk keluar menghadapi si pendusta lagi buruk ini?’
Mereka berkata, ‘Ini seorang laki-laki dari bangsa jin.’ Akhirnya mereka semua pergi. Tiba-tiba mereka berjumpa dengan Nabi ‘Isa bin Maryam as, kemudian iqamah sholat dikumandangkan.
Dikatakan kepadanya, ‘Majulah untuk meng-imami kami, wahai Ruuhullaah!’
Beliau berkata, ‘Hendaknya imam kalian yang maju, dan menjadi imam bagi kalian,’ kemudian seusai melakukan sholat Shubuh, mereka semua keluar menemuinya (Dajjal).’
Beliau (Rasul) bersabda, ‘Ketika si pendusta melihatnya (Nabi ‘Isa), maka dia akan mencair bagaikan garam yang mencair di dalam air.
Selanjutnya dia berjalan menujunya, lalu membunuhnya hingga pepohonan dan bebatuan berkata, ‘Wahai Ruuhullaah, ini orang Yahudi,” maka dia tidak meninggalkan seorang pun yang mengikutinya (Dajjal) melainkan dia membunuhnya.”
Siapakah sejatinya Dajjal itu? Apakah dia sebangsa manusia, ataukah makhluk gaib macam setan atau jin. Ada yang bilang, Dajjal adalah blasteran manusia dan jin. Ayahnya, manusia dan ibunya jin.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitab "Fatawa Anil Iman wa Arkaniha" yang disusun Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud mengatakan bahwa Dajjal berasal dari anak cucu Adam alias manusia.
Hanya saja, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa ia adalah setan. Sebagian ulama lagi menyatakan bahwa ayahnya manusia dan ibunya jin.
"Pendapat-pendapat ini tidak benar. Yang jelas bahwa Dajjal adalah anak keturunan Adam dan dia butuh makan, minum dan lain-lain. Oleh karena itu Nabi Isa membunuhnya secara wajar sebagaimana membunuh manusia biasa," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Makna ad-Dajjal
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyraathus Saa’ah menjelaskan lafazh ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), makna-nya adalah dicat dengan ter dan menutupi dengannya.
Makna asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah mencampuradukkan, dikatakan “دَجَلَ إِذَا لَبِسَ وَمَوَّهَ” maknanya adalah merancukan dan mengaduk-aduk.
Jadi, Dajjal adalah orang yang merancukan, pendusta dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kata tersebut termasuk bentuk mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan (فَعَّالٌ), jadi maknanya adalah banyaknya kebohongan juga kerancuan darinya. Bentuk jamaknya (دَجَّالُوْنَ), sementara Imam Malik menjamakkannya dengan kata (دَجَاجَلَةُ), dan termasuk jama’ taksir.
Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah menuturkan bahwa Dajjal secara bahasa memiliki sepuluh makna. Dan lafazh Dajjal menjadi sebutan nama untuk al-Masih yang buta lagi pendusta. Jika dikatakan “Dajjal”, orang langsung ingat hanya kepadanya.
Dia dinamakan Dajjal karena telah menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena dia telah menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan, juga perancuannya kepada mereka. Ada juga yang me-ngatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya yang banyak.
Dajjal adalah seorang laki-laki dari keturunan Adam. Dia memiliki banyak sifat yang dijelaskan dalam berbagai hadis agar manusia mengenalnya dan memberikan peringatan kepada mereka atas kejelekannya, sehingga ketika dia keluar maka orang-orang yang beriman akan mengenali dan tidak terkena fitnahnya. Bahkan mereka akan tetap mengetahui sifat-sifatnya yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW .
Di antara sifat-sifat tersebut bahwa dia seorang laki-laki, masih muda, berkulit merah, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan (leter o), berambut keriting, keningnya lebar, dadanya bidang, mata yang kanannya buta. Mata tersebut tidak muncul tidak pula tertancap dalam seakan-akan buah anggur yang menonjol. Sementara di atas matanya yang kiri ada daging keras yang tumbuh, di antara kedua matanya tertulis huruf ك، ف، ر dengan huruf yang terputus-putus, atau (كافـر) dengan bersambung. Setiap muslim dapat membacanya, baik dia orang yang buta huruf maupun tidak. Dan di antara sifatnya bahwa dia orang yang mandul, tidak memiliki anak.
Sebuah hadis dari Umar bin Khattab ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:. “Ketika aku sedang tidur, aku (bermimpi) melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah….” (Kemudian beliau menuturkan bahwa beliau melihat Nabi ‘Isa, lalu melihat Dajjal dan mensifatinya, beliau berkata), “Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki dengan badan yang besar, merah (kulitnya), rambutnya keriting, matanya buta sebelah, seolah-olah matanya adalah buah anggur yang menonjol.” Mereka (para Sahabat) berkata, “Orang yang paling mirip dengan Dajjal ini adalah Ibnu Quthn, seorang laki-laki dari Khuza’ah.” (HR Bukhari)
Juga hadis Ubadah bin ash-Shamit ra, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مَسِيْحَ الدَّجَّالِ رَجُلٌ، قَصِيْرٌ، أَفْجَعُ، جَعْدُ، أَعْوَرٌ، مَطْمُوْسُ الْعَيْنِ، لَيْسَ بِنَاتِئَةٍ وَلاَ جَحْـرَاءَ، فَإِنْ أَلْبَسَ عَلَيْكُمْ؛ فَاعْلَمُوْا أَنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ.
“Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan, keriting, buta sebelah, mata yang terhapus tidak terlalu menonjol, tidak pula terlalu ke dalam, maka jika dia melakukan kerancuan (mengaku sebagai Rabb) kepadamu, maka ketahuilah sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah.” (Sunan Abu Dawud)
Al-Qadhi ‘Iyadh berpendapat bahwa kedua mata Dajjal adalah cacat, karena semua riwayat adalah shahih. Mata yang dihapus adalah mata yang padam, maksudnya yang hilang cahayanya, yaitu mata yang sebelah kanan sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu ‘Umar.
Adapun mata yang kiri adalah mata yang di depannya ada daging tebal, maksudnya mata yang tertutupi tetapi masih ada cahayanya, ini pun cacat.
Tempat Turunnya Nabi Isa
Nabi Isa turun di Damaskus atau Damsyik. Ia adalah ibu kota dan kota terbesar di Suriah. Kota ini merupakan salah satu kota yang selalu dihuni tertua di dunia, selain Al-Fayyum, dan Gaziantep. Populasinya saat ini diperkirakan sekitar 3,67 juta jiwa. Kini Suriah tengah dilanda perang.
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam "Kitab Asyraathus Saa’ah" (1955) menjelaskan ketika turun ke bumi Nabi Isa memakai dua helai pakaian yang dicelup dengan minyak ja’faran, meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua Malaikat.
Apabila dia menundukkan kepala, maka turunlah rambutnya, dan jika dia mengangkatnya, maka berjatuhanlah keringatnya bagaikan butir-butir mutiara, tidaklah seorang kafir pun yang mencium nafasnya melainkan dia akan mati, sementara nafasnya sejauh pandangannya.
Nabi Isa akan turun di kalangan ath-Thaaifah al-Manshuurah (Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah) yang berperang di atas kebenaran. "Mereka semua bergabung untuk memerangi Dajjal, lalu beliau akan turun ketika iqamah sholat dikumandangkan dan beliau sholat di belakang seorang pemimpin dari kelompok tersebut," tulis Yusuf bin Abdillah.
Ibnu Katsir menambahkan inilah yang paling masyhur tentang tempat turunnya Nabi Isa, yaitu di atas menara putih bagian timur kota Damaskus.
"Saya telah melihat pada sebagian kitab sesungguhnya dia akan turun di menara putih sebelah timur masjid jami Damaskus," ujar Ibnu Katsir.
Barangkali inilah pendapat yang lebih terpelihara, kata Ibnu Katsir, karena di Damaskus tidak dikenal ada sebuah menara di bagian timur selain menara yang ada di sisi masjid jami al-Umawi di Damaskus di sebelah timurnya.
"Inilah yang lebih tepat lagi cocok, karena dia akan turun ketika sholat didirikan, lalu pemimpin kaum muslimin akan berkata kepadanya, 'Wahai Ruuhullaah! Majulah,' lalu dia berkata, 'Engkau yang maju, karena sesungguhnya iqamah dikumandangkan untukmu.'
Ibnu Katsir mengatakan bahwa pada zamannya, yaitu pada tahun 741 H, kaum muslimin membarui menara dengan menggunakan batu putih.
Pada saat itu pembangunannya diambil dari harta kaum Nasrani yang telah membakar menara tersebut yang berada di tempat mereka. Barangkali ini merupakan salah satu tanda kenabian yang tampak, di mana Allah menakdirkan pembangunan menara ini dari harta orang-orang Nasrani agar Nabi Isa bin Maryam turun pada menara tersebut, untuk membunuh babi, menghancurkan salib, tidak menerima jizyah dari mereka.
Pilihannya adalah masuk Islam atau dibunuh. "Demikian pula orang-orang kafir dari kalangan yang lainnya," ujar Ibnu Katsir dalam An-Nihaayah al-Fitan wal Malaahim.
Sebuah hadits an-Nawwas bin Sam’an yang diriwayatkan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda setelah keluarnya Dajjal dan kerusakan yang dia lakukan di bumi, maka Allah mengutus Nabi Isa as, turun ke bumi. Beliau turun di menara putih sebelah timur Damaskus di Syam.
Kala itu, Dajjal berkelana di seluruh permukaan bumi, kecuali Mekkah dan Madinah, pengikutnya sangat banyak, fitnahnya menyeluruh dan tidak ada yang selamat darinya kecuali sedikit saja dari kaum mukminin.
Pada saat itu Nabi Isa turun, hamba-hamba Allah yang beriman berkumpul di sekelilingnya. Beliau kemudian berjalan bersama menjumpai Dajjal. Begitu Dajjal melihat Nabi Isa, maka dia akan mencair seperti garam yang larut.
Kemudian Isa berkata, “Sesungguhnya aku memiliki satu pukulan untukmu, engkau tidak akan luput dariku. Akhirnya Isa mendapatkannya dan membunuhnya dengan tombak dan para pengikutnya kalah, sehingga orang-orang yang beriman mengejar dan membunuh mereka hingga pepohonan dan bebatuan berkata, “Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Ini seorang Yahudi di belakangku, kemari, bunuh dia!” Kecuali gharqad karena ia adalah pohon orang Yahudi”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah ra, bahwasanya dia berkata:
“Dajjal akan muncul pada saat agama sudah tidak diperhatikan dan ilmu (agama) sudah ditinggalkan…” (lalu beliau menuturkan hadits, dan di dalamnya ada ungkapan:) “Kemudian Nabi ‘Isa bin Maryam turun, lalu beliau berseru pada waktu sahur, dia berkata, ‘Wahai manusia, apa yang menghalangi kalian untuk keluar menghadapi si pendusta lagi buruk ini?’
Mereka berkata, ‘Ini seorang laki-laki dari bangsa jin.’ Akhirnya mereka semua pergi. Tiba-tiba mereka berjumpa dengan Nabi ‘Isa bin Maryam as, kemudian iqamah sholat dikumandangkan.
Dikatakan kepadanya, ‘Majulah untuk meng-imami kami, wahai Ruuhullaah!’
Beliau berkata, ‘Hendaknya imam kalian yang maju, dan menjadi imam bagi kalian,’ kemudian seusai melakukan sholat Shubuh, mereka semua keluar menemuinya (Dajjal).’
Beliau (Rasul) bersabda, ‘Ketika si pendusta melihatnya (Nabi ‘Isa), maka dia akan mencair bagaikan garam yang mencair di dalam air.
Selanjutnya dia berjalan menujunya, lalu membunuhnya hingga pepohonan dan bebatuan berkata, ‘Wahai Ruuhullaah, ini orang Yahudi,” maka dia tidak meninggalkan seorang pun yang mengikutinya (Dajjal) melainkan dia membunuhnya.”
Siapakah sejatinya Dajjal itu? Apakah dia sebangsa manusia, ataukah makhluk gaib macam setan atau jin. Ada yang bilang, Dajjal adalah blasteran manusia dan jin. Ayahnya, manusia dan ibunya jin.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitab "Fatawa Anil Iman wa Arkaniha" yang disusun Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud mengatakan bahwa Dajjal berasal dari anak cucu Adam alias manusia.
Hanya saja, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa ia adalah setan. Sebagian ulama lagi menyatakan bahwa ayahnya manusia dan ibunya jin.
"Pendapat-pendapat ini tidak benar. Yang jelas bahwa Dajjal adalah anak keturunan Adam dan dia butuh makan, minum dan lain-lain. Oleh karena itu Nabi Isa membunuhnya secara wajar sebagaimana membunuh manusia biasa," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Makna ad-Dajjal
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyraathus Saa’ah menjelaskan lafazh ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), makna-nya adalah dicat dengan ter dan menutupi dengannya.
Makna asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah mencampuradukkan, dikatakan “دَجَلَ إِذَا لَبِسَ وَمَوَّهَ” maknanya adalah merancukan dan mengaduk-aduk.
Jadi, Dajjal adalah orang yang merancukan, pendusta dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kata tersebut termasuk bentuk mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan (فَعَّالٌ), jadi maknanya adalah banyaknya kebohongan juga kerancuan darinya. Bentuk jamaknya (دَجَّالُوْنَ), sementara Imam Malik menjamakkannya dengan kata (دَجَاجَلَةُ), dan termasuk jama’ taksir.
Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah menuturkan bahwa Dajjal secara bahasa memiliki sepuluh makna. Dan lafazh Dajjal menjadi sebutan nama untuk al-Masih yang buta lagi pendusta. Jika dikatakan “Dajjal”, orang langsung ingat hanya kepadanya.
Dia dinamakan Dajjal karena telah menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena dia telah menutupi kekufurannya di hadapan manusia dengan kebohongan, juga perancuannya kepada mereka. Ada juga yang me-ngatakan bahwa dia menutupi perkara yang benar dengan jumlah pengikutnya yang banyak.
Dajjal adalah seorang laki-laki dari keturunan Adam. Dia memiliki banyak sifat yang dijelaskan dalam berbagai hadis agar manusia mengenalnya dan memberikan peringatan kepada mereka atas kejelekannya, sehingga ketika dia keluar maka orang-orang yang beriman akan mengenali dan tidak terkena fitnahnya. Bahkan mereka akan tetap mengetahui sifat-sifatnya yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW .
Di antara sifat-sifat tersebut bahwa dia seorang laki-laki, masih muda, berkulit merah, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan (leter o), berambut keriting, keningnya lebar, dadanya bidang, mata yang kanannya buta. Mata tersebut tidak muncul tidak pula tertancap dalam seakan-akan buah anggur yang menonjol. Sementara di atas matanya yang kiri ada daging keras yang tumbuh, di antara kedua matanya tertulis huruf ك، ف، ر dengan huruf yang terputus-putus, atau (كافـر) dengan bersambung. Setiap muslim dapat membacanya, baik dia orang yang buta huruf maupun tidak. Dan di antara sifatnya bahwa dia orang yang mandul, tidak memiliki anak.
Sebuah hadis dari Umar bin Khattab ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:. “Ketika aku sedang tidur, aku (bermimpi) melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah….” (Kemudian beliau menuturkan bahwa beliau melihat Nabi ‘Isa, lalu melihat Dajjal dan mensifatinya, beliau berkata), “Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki dengan badan yang besar, merah (kulitnya), rambutnya keriting, matanya buta sebelah, seolah-olah matanya adalah buah anggur yang menonjol.” Mereka (para Sahabat) berkata, “Orang yang paling mirip dengan Dajjal ini adalah Ibnu Quthn, seorang laki-laki dari Khuza’ah.” (HR Bukhari)
Juga hadis Ubadah bin ash-Shamit ra, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مَسِيْحَ الدَّجَّالِ رَجُلٌ، قَصِيْرٌ، أَفْجَعُ، جَعْدُ، أَعْوَرٌ، مَطْمُوْسُ الْعَيْنِ، لَيْسَ بِنَاتِئَةٍ وَلاَ جَحْـرَاءَ، فَإِنْ أَلْبَسَ عَلَيْكُمْ؛ فَاعْلَمُوْا أَنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ.
“Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki, pendek, jarak antara kedua betisnya berjauhan, keriting, buta sebelah, mata yang terhapus tidak terlalu menonjol, tidak pula terlalu ke dalam, maka jika dia melakukan kerancuan (mengaku sebagai Rabb) kepadamu, maka ketahuilah sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah.” (Sunan Abu Dawud)
Al-Qadhi ‘Iyadh berpendapat bahwa kedua mata Dajjal adalah cacat, karena semua riwayat adalah shahih. Mata yang dihapus adalah mata yang padam, maksudnya yang hilang cahayanya, yaitu mata yang sebelah kanan sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu ‘Umar.
Adapun mata yang kiri adalah mata yang di depannya ada daging tebal, maksudnya mata yang tertutupi tetapi masih ada cahayanya, ini pun cacat.
Tempat Turunnya Nabi Isa
Nabi Isa turun di Damaskus atau Damsyik. Ia adalah ibu kota dan kota terbesar di Suriah. Kota ini merupakan salah satu kota yang selalu dihuni tertua di dunia, selain Al-Fayyum, dan Gaziantep. Populasinya saat ini diperkirakan sekitar 3,67 juta jiwa. Kini Suriah tengah dilanda perang.
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam "Kitab Asyraathus Saa’ah" (1955) menjelaskan ketika turun ke bumi Nabi Isa memakai dua helai pakaian yang dicelup dengan minyak ja’faran, meletakkan kedua tangannya di atas sayap dua Malaikat.
Apabila dia menundukkan kepala, maka turunlah rambutnya, dan jika dia mengangkatnya, maka berjatuhanlah keringatnya bagaikan butir-butir mutiara, tidaklah seorang kafir pun yang mencium nafasnya melainkan dia akan mati, sementara nafasnya sejauh pandangannya.
Nabi Isa akan turun di kalangan ath-Thaaifah al-Manshuurah (Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah) yang berperang di atas kebenaran. "Mereka semua bergabung untuk memerangi Dajjal, lalu beliau akan turun ketika iqamah sholat dikumandangkan dan beliau sholat di belakang seorang pemimpin dari kelompok tersebut," tulis Yusuf bin Abdillah.
Ibnu Katsir menambahkan inilah yang paling masyhur tentang tempat turunnya Nabi Isa, yaitu di atas menara putih bagian timur kota Damaskus.
"Saya telah melihat pada sebagian kitab sesungguhnya dia akan turun di menara putih sebelah timur masjid jami Damaskus," ujar Ibnu Katsir.
Barangkali inilah pendapat yang lebih terpelihara, kata Ibnu Katsir, karena di Damaskus tidak dikenal ada sebuah menara di bagian timur selain menara yang ada di sisi masjid jami al-Umawi di Damaskus di sebelah timurnya.
"Inilah yang lebih tepat lagi cocok, karena dia akan turun ketika sholat didirikan, lalu pemimpin kaum muslimin akan berkata kepadanya, 'Wahai Ruuhullaah! Majulah,' lalu dia berkata, 'Engkau yang maju, karena sesungguhnya iqamah dikumandangkan untukmu.'
Ibnu Katsir mengatakan bahwa pada zamannya, yaitu pada tahun 741 H, kaum muslimin membarui menara dengan menggunakan batu putih.
Pada saat itu pembangunannya diambil dari harta kaum Nasrani yang telah membakar menara tersebut yang berada di tempat mereka. Barangkali ini merupakan salah satu tanda kenabian yang tampak, di mana Allah menakdirkan pembangunan menara ini dari harta orang-orang Nasrani agar Nabi Isa bin Maryam turun pada menara tersebut, untuk membunuh babi, menghancurkan salib, tidak menerima jizyah dari mereka.
Pilihannya adalah masuk Islam atau dibunuh. "Demikian pula orang-orang kafir dari kalangan yang lainnya," ujar Ibnu Katsir dalam An-Nihaayah al-Fitan wal Malaahim.
(mhy)