Nabi Palsu yang Muncul Pada Masa Rasulullah SAW Masih Hidup
Senin, 31 Oktober 2022 - 16:44 WIB
Aswad mengepalai kelompok itu setelah ia membuat kerusuhan. la pergi ke Najran dan menyingkirkan Khalid bin Sa'id dan Amr bin Hazm wakil Muslimin di daerah itu.
Penduduk Najran yang merasa terpesona oleh kemenangan Aswad segera bergabung. Mereka sama-sama pergi ke San'a dan ia berhadapan dengan Syahr bin Bazan yang kemudian dibunuhnya dan pasukannya dikalahkan.
Kaum Muslimin yang tinggal di kota itu lari, dipimpin oleh Mu'az bin Jabal, menyusul Khalid bin Sa'id dan Amr bin Hazm ke Madinah. Dengan kemenangannya itu Aswad menjadi raja Yaman.
Orang-orang dari pedalaman dan dari kota, dari sahara Hadramaut, Ta'if, Bahrain dan Ahsa sampai ke Aden tunduk di bawah perintahnya.
Yang mengherankan, ketika Aswad menghadapi Syahr bin Bazan di San'a hanya dengan tujuh ratus orang pasukan berkuda. Ada yang bergabung kepadanya dari Mazhij dan ada pula yang dari Najran. Dengan jumlah pasukan yang begitu kecil, dukun sihir itu mendapat kemenangan melawan penduduk kawasan tersebut dan berkembang cepat sekali seperti jilatan api, tak ada kekuatan yang dapat melawannya.
Setelah Aswad tampil menuntut Yaman untuk orang Yaman, tak ada orang yang mengadakan perlawanan. Pihak Persia tak dapat membela Syahr dan ayahnya, dan orang Hijaz pun tak ada di negeri itu yang akan membantu kaum Muslimin dari ulah dan tipu muslihat Aswad.
Menurut Haekal, dapat juga ditafsirkan dari segi lain, yakni negeri ini memang sudah menjadi ajang berbagai macam agama: Yahudi, Nasrani dan Majusi. Agama-agama ini berdekatan pula dengan berhala-berhala dan peribadatan masyarakat Arab.
Di samping itu Islam yang baru saja singgah di Yaman, ajaran-ajarannya belum dapat dikatakan sudah kuat merasuk ke dalam hati warga penduduk negeri itu. Setelah nabi palsu itu muncul di tengah-tengah mereka dengan membangkitkan rasa kegolongan, mengajak mereka dengan berdalih ia telah mengusir kekuasaan asing dari negerinya itu, segera sekali mereka menyambut ajakan itu.
Tak ada jalan bagi kaum Muslimin selain melarikan diri, dan bagi orang-orang Persia yang masih ada di tempat itu tak ada jalan lain daripada tunduk atau mati.
Tatkala berita-berita itu sampai kepada Nabi Muhammad di Madinah, beliau tengah mengadakan persiapan hendak menghadapi pihak Romawi dan akan mengadakan pembalasan terhadap Mu'tah sambil mengadakan konsolidasi menghadapi bahaya yang sedang mengepung Semenanjung Arab itu dari segenap penjuru.
Selanjutnya, Nabi Muhammad berencana mengirimkan pasukannya untuk membungkam Aswad dan yang semacam Aswad itu. Beliau mengutus Wabr bin Yuhannas membawa sepucuk surat kepada pemuka-pemuka Muslimin di Yaman dengan perintah agar mereka dapat mengembalikan kewibawaan agama dan siap menghadapi perang serta berusaha menumpas Aswad dengan jalan membunuhnya atau menyerbunya, dengan meminta bantuan siapa saja yang dipandang mempunyai keberanian dan rasa agama.
Cukup dengan keputusan itu yang diambil Rasulullah mengenai Yaman. Tak lama kemudian setelah itu Rasulullah jatuh sakit.
Sementara itu Aswad al-Ansi yang sedang dalam puncak kemenangannya itu menyusun segala kekuatan dengan mengangkat pemimpin-pemimpin pasukan dan penguasa-penguasa daerah di wilayahnya masing-masing. Dengan demikian kedaulatan dan kedudukannya terasa sudah lebih kuat.
Dari pesisir Yaman sampai ke Aden tunduk kepadanya, begitu juga daerah-daerah pegunungan dan lembah-lembah di San'a sampai ke Ta'if. Untuk angkatan bersenjatanya ia mengangkat Qais bin Abd Yagus sebagai panglima dan sebagai menterinya ia mengangkat Fairuz dan Dazweh. Keduanya orang Persia.
Merasa dirinya sudah begitu besar dan kuat, terbayang olehnya bahwa seluruh bumi sudah tunduk kepadanya. Dia hanya tinggal memerintah dan akan ditaati. Tetapi unsur-unsur yang semula memberikan kemenangan kepadanya itu sekarang mengadakan persekongkolan hendak menjatuhkannya.
Namun di waktu subuh, ia dibunuh orang-orang kepercayaannya. Thabari dan Ibn Asir menyebutkan bahwa Aswad mati sebelum Rasulullah berpulang ke rahmatullah, dan bahwa pada malam kejadian itu Nabi SAW sudah menerima wahyu tatkala berkata: "Al-Ansi terbunuh, dibunuh oleh seorang laki-laki yang mendapat berkah dari keluarga orang-orang yang penuh berkah." Ditanya siapa yang membunuh, ia menjawab: "Dibunuh oleh Fairuz."
Sumber lain menyebutkan bahwa berita kematian Aswad itu baru sampai ke Madinah setelah Rasulullah wafat, dan bahwa itulah berita baik pertama yang sampai kepada Abu Bakar ketika ia di Madinah.
Selanjutnya sumber itu menyebutkan, bahwa Fairuz berkata: "Setelah Aswad kami bunuh keadaan kita kembali seperti semula, di tangan Mu'az bin Jabal, dan dia yang mengimami sholat kami. Tinggal harapan bagi kami; orang yang kami benci sudah tak ada, kecuali pasukan berkuda teman-teman Aswad. Kemudian setelah datang berita kematian Nabi, di mana-mana timbul kegelisahan."
Penduduk Najran yang merasa terpesona oleh kemenangan Aswad segera bergabung. Mereka sama-sama pergi ke San'a dan ia berhadapan dengan Syahr bin Bazan yang kemudian dibunuhnya dan pasukannya dikalahkan.
Kaum Muslimin yang tinggal di kota itu lari, dipimpin oleh Mu'az bin Jabal, menyusul Khalid bin Sa'id dan Amr bin Hazm ke Madinah. Dengan kemenangannya itu Aswad menjadi raja Yaman.
Orang-orang dari pedalaman dan dari kota, dari sahara Hadramaut, Ta'if, Bahrain dan Ahsa sampai ke Aden tunduk di bawah perintahnya.
Yang mengherankan, ketika Aswad menghadapi Syahr bin Bazan di San'a hanya dengan tujuh ratus orang pasukan berkuda. Ada yang bergabung kepadanya dari Mazhij dan ada pula yang dari Najran. Dengan jumlah pasukan yang begitu kecil, dukun sihir itu mendapat kemenangan melawan penduduk kawasan tersebut dan berkembang cepat sekali seperti jilatan api, tak ada kekuatan yang dapat melawannya.
Setelah Aswad tampil menuntut Yaman untuk orang Yaman, tak ada orang yang mengadakan perlawanan. Pihak Persia tak dapat membela Syahr dan ayahnya, dan orang Hijaz pun tak ada di negeri itu yang akan membantu kaum Muslimin dari ulah dan tipu muslihat Aswad.
Menurut Haekal, dapat juga ditafsirkan dari segi lain, yakni negeri ini memang sudah menjadi ajang berbagai macam agama: Yahudi, Nasrani dan Majusi. Agama-agama ini berdekatan pula dengan berhala-berhala dan peribadatan masyarakat Arab.
Di samping itu Islam yang baru saja singgah di Yaman, ajaran-ajarannya belum dapat dikatakan sudah kuat merasuk ke dalam hati warga penduduk negeri itu. Setelah nabi palsu itu muncul di tengah-tengah mereka dengan membangkitkan rasa kegolongan, mengajak mereka dengan berdalih ia telah mengusir kekuasaan asing dari negerinya itu, segera sekali mereka menyambut ajakan itu.
Tak ada jalan bagi kaum Muslimin selain melarikan diri, dan bagi orang-orang Persia yang masih ada di tempat itu tak ada jalan lain daripada tunduk atau mati.
Tatkala berita-berita itu sampai kepada Nabi Muhammad di Madinah, beliau tengah mengadakan persiapan hendak menghadapi pihak Romawi dan akan mengadakan pembalasan terhadap Mu'tah sambil mengadakan konsolidasi menghadapi bahaya yang sedang mengepung Semenanjung Arab itu dari segenap penjuru.
Selanjutnya, Nabi Muhammad berencana mengirimkan pasukannya untuk membungkam Aswad dan yang semacam Aswad itu. Beliau mengutus Wabr bin Yuhannas membawa sepucuk surat kepada pemuka-pemuka Muslimin di Yaman dengan perintah agar mereka dapat mengembalikan kewibawaan agama dan siap menghadapi perang serta berusaha menumpas Aswad dengan jalan membunuhnya atau menyerbunya, dengan meminta bantuan siapa saja yang dipandang mempunyai keberanian dan rasa agama.
Cukup dengan keputusan itu yang diambil Rasulullah mengenai Yaman. Tak lama kemudian setelah itu Rasulullah jatuh sakit.
Sementara itu Aswad al-Ansi yang sedang dalam puncak kemenangannya itu menyusun segala kekuatan dengan mengangkat pemimpin-pemimpin pasukan dan penguasa-penguasa daerah di wilayahnya masing-masing. Dengan demikian kedaulatan dan kedudukannya terasa sudah lebih kuat.
Dari pesisir Yaman sampai ke Aden tunduk kepadanya, begitu juga daerah-daerah pegunungan dan lembah-lembah di San'a sampai ke Ta'if. Untuk angkatan bersenjatanya ia mengangkat Qais bin Abd Yagus sebagai panglima dan sebagai menterinya ia mengangkat Fairuz dan Dazweh. Keduanya orang Persia.
Merasa dirinya sudah begitu besar dan kuat, terbayang olehnya bahwa seluruh bumi sudah tunduk kepadanya. Dia hanya tinggal memerintah dan akan ditaati. Tetapi unsur-unsur yang semula memberikan kemenangan kepadanya itu sekarang mengadakan persekongkolan hendak menjatuhkannya.
Namun di waktu subuh, ia dibunuh orang-orang kepercayaannya. Thabari dan Ibn Asir menyebutkan bahwa Aswad mati sebelum Rasulullah berpulang ke rahmatullah, dan bahwa pada malam kejadian itu Nabi SAW sudah menerima wahyu tatkala berkata: "Al-Ansi terbunuh, dibunuh oleh seorang laki-laki yang mendapat berkah dari keluarga orang-orang yang penuh berkah." Ditanya siapa yang membunuh, ia menjawab: "Dibunuh oleh Fairuz."
Sumber lain menyebutkan bahwa berita kematian Aswad itu baru sampai ke Madinah setelah Rasulullah wafat, dan bahwa itulah berita baik pertama yang sampai kepada Abu Bakar ketika ia di Madinah.
Selanjutnya sumber itu menyebutkan, bahwa Fairuz berkata: "Setelah Aswad kami bunuh keadaan kita kembali seperti semula, di tangan Mu'az bin Jabal, dan dia yang mengimami sholat kami. Tinggal harapan bagi kami; orang yang kami benci sudah tak ada, kecuali pasukan berkuda teman-teman Aswad. Kemudian setelah datang berita kematian Nabi, di mana-mana timbul kegelisahan."