Begini Nasib Roh Manusia yang Berbuat Kesyirikan

Jum'at, 11 November 2022 - 16:30 WIB
Rasulullah SAW menceritakan roh jahat yang dicabut dari seorang hamba kafir atau orang jahat. Beliau bersabda bahwa setelah rohnya tercabut:

Ia dilaknat oleh setiap malaikat (yang menghuni ruang| antara langit dan bumi serta semua malaikat di langit. Pintu-pintu langit ditutup. Tiap penghuni langit berdoa kepada Allah agar rohnya tidak melewati mereka. Rohnya lalu diambil, dan ketika diambil, mereka tidak membiarkan roh itu di tangan malaikat maut barang sekejap pun dan segera memasukkannya ke tempat basuhan.

Lalu dari roh tersebut keluar bau bangkai yang paling busuk di bumi. Setelah itu, para malaikat membawanya naik (ke langit). Setiap kali mereka melewati sekumpulan malaikat, yang dilewati berseru, “Siapakah toh busuk ini?” Yang ditanya menjawab, “Fulan bin fulan,”—dengan menyebut nama terburuk yang biasa dipanggilkan kepadanya di dunia. Ketika akhirnya berhenti di langit dunia, ia minta dibukakan pintu langit, tapi tidak dikabulkan.

(Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat, “Tidaklah mereka dibukakan pintu pintu langit dan tidak masuk surga sampai unta dapat masuk ke lubang jarum). ( QS al-A'raf : 10)

Lalu Allah berfirman, “Catatlah kitabnya di Sijin, di bumi yang rendah!”

Kemudian Ia berfirman, “Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena Aku telah berjanji bahwa Aku menciptakan mereka dari tanah, ke tanah Kukembalikan mereka, dan dari tanah Kukeluarkan mereka pada kali lain.”



Rohnya lalu dilemparkan dari langit sampai mengenai jasadnya. (Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat, “Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh?) Lalu rohnya dikembalikan ke jasadnya. ( QS al-Hajj : 31)

Ibn Majah meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Orang mati itu sungguh didatangi malaikat maut. Jika ia orang saleh, malaikat berkata, “Keluarlah, wahai jiwa yang baik yang bersemayam di jasad yang baik! Keluarlah dalam keadaan terpuji! Bergembialah dengan ketenteraman dan karunia, dan Tuhan tidak murka padamu!”

Kata-kata itu terus diucapkan sampai rohnya keluar, kemudian malaikat itu membawanya naik ke langit. Ia minta dibukakan (pintu langit) baginya. Ditanya, “Siapa ini?“

Malaikat menjawab, “Fulan.”

Dijawab, “Selamat datang, wahai jiwa yang baik yang dulu bersemayam di jasad yang baik! Masuklah dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah dengan ketentraman dan karunia, dan Tuhan tidak murka kepadamu.”

Kata-kata itu diucapkan kepadanya sampai ia berhenti di langit tempat Allah Yang Mahaluhur dan Mahamulhia.

Maksudnya bukannya langit berisi Allah dan membatasi zat-Nya. Mahasuci Ia dari sedemikian, Allah di atas langit-langit-Nya. Allah berfirman tentang kursiNya, “Kursi-Nya mencakup langit dan bumi.” ( QS al-Bagarah : 255)



Rasulullah SAW memberitakan bahwa posisi langit di kursi seperti sebuah cincin di dataran luas di bumi. Demikian juga, kursi di 'Arasy seperti sebuah cincin di dataran luas di bumi. Ini mirip dengan ayat, “Dan sungguh aku akan salib kalian di pangkal pohon kurma," (QS Thaha: 71) dan ayat, “Maka berjalanlah kalian di bumi,” (QS al-Bara'ah: 2).

Maksudnya, bukan mereka di dalam pohon kuema dan di dalam bumi. Maksud ayat di atas adalah, Allah berada di atas dan mengatasi langit. Hadis di atas juga mirip ayat, “Apakah kalian yang ada di langit merasa aman dengan ditenggelamkannya bumi bersama kalian? ( QS al-Mulk : 16).

Artinya, kalian yang berada di atas. Juga semisal sabda Rasulullah SAW tehadap budak wanita, "Di mana Allah?”

Jawabnya, “Di langit.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Bebaskan dia, sebab dia telah beriman," (HR Muslim)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:  Itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik.  Salah seorang dari mereka duduk hingga sinar matahari telah menguning, tatkala itu ia sedang berada di antara dua tanduk setan atau pada dua tanduk setan.  Maka dia bengkit untuk shalat, dia shalat empat rakaat dengan sangat cepat (seperti burung mematuk makanan),  dia tidak mengingat Allah padanya kecuali sangat sedikit.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 350)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More