Kisah Hikmah: Melupakan Dendam!
Kamis, 17 November 2022 - 12:30 WIB
Setiap manusia pasti pernah mengalami rasa sakit hati dengan berbagai 'rasa' yang berbeda-beda. Ada yang langsung lupa alias tidak membekas, ada yang biasa saja dan pasti juga ada rasa sakit yang terus membelenggu jiwanya sepanjang hayat. Perasaan dendam masih tersimpan di dalam hatinya tersebut.
Ada sebuah kisah penuh hikmah disampaikan Syaikh Profesor Abdurrozzaq hafizahullah (salah satu pengampu halaqoh kajian ilmiyah di Masjid Nabawi) ketika memberi kajian Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ karya Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Alkisah, di masjid Nabawi seorang pemuda mahasiswa Universitas Islam Madinah menceritakan kejadian yang tidak biasa di salah satu halaqoh kajian ilmu yang ia ikuti. “Aku pernah dizhalimi oleh seorang anggota petugas satpol PP. Dia menyobek-nyobek berkas yang aku berikan padanya. Aku pun mendoakan petugas itu, semoga Allah merobek-robeknya seperti ia telah merobek berkasku,”
Si pemuda melanjutkan, “Dua tahun kemudian petugas itu meninggal dalam sebuah kecelakaan, tubuhnya hancur tidak bisa dimandikan dan dikafani. Hanya bisa dibungkus dengan plastik khusus.”
Dengan penuh penyesalan ia berkata, “Apakah aku berdosa atas doaku itu?”
Syaikh yang ditanya tentang cerita tersebut, kemudian menjawab,“Seharusnya balasan termasuk juga di dalamnya doa tidak melebihi batas kezhaliman,”
“Dan inilah kesalahan yang banyak dilakukan oleh banyak orang,” lanjutnya.
“Ada orang dizhalimi tentang suatu masalah keduniaan, kemudian dia mendoakan orang yang menzhalimi supaya Allah memasukkannya ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Atau mendoakan dengan doa lain yang melebihi kadar kezhaliman.”
“Padahal Allah Ta’ala berfirman :
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. An-Nahl : 126).”
“Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Asy- Syura :
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
(QS. Asy-Syura : 40)”
Para ulama’ mengambil faedah dari ayat ini, ada 3 tingkatan dalam menyikapi keburukan:
1. Membalas keburukan dengan hal yang semisalnya, ini keadilan. Itu pun susah dipraktekkan, pada kenyataannya manusia suka melampaui batas, kecuali yang dijaga oleh Allah Yang Maha Kuasa.
2. Memaafkan, inilah yang terbaik.
3. Zhalim, sedangkan Allah Ta’ala tidak menyukai kezhaliman,” jelas Syaikh.
Ada satu pertanyaan dalam kasus ini, apabila ada seorang petugas merobek berkas seseorang apakah layak jika ia dihukum karena perbuatannya itu dengan dihancurkan badannya?
Tidak, dia tidak layak dihukum seperti itu. Benar ada hukuman baginya, tapi bukan dengan dihancurkan badannya. Maka tidak selayaknya didoakan dengan hal seperti itu.
Mungkin saja kematian petugas karena sebab lain yang tidak ada hubungannya dengan penanya, tapi bisa jadi juga karena doa zhalim ini.
“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
(QS. Al-Isra’: 11)”
"Ada faedah yang sangat bagus. Diceritakan dalam kitab Siyar ‘Alamin Nubala’ karya Imam Adz Zahabi rahimahullah tentang biografi Aun bin Abdillah rahimahullah, kisah ini sangat bagus, aku anjurkan untuk menghafal atau mencatatnya.”
“Disebutkan bahwa setiap kali Aun bin Abdillah marah, maka ia mengatakan pada orang yang dimarahinya itu ‘baarakallahu fiik.’“
“Aku pernah menyampaikan kisah ini di suatu kajian, ada yang bertanya, ‘Lantas apa yang ia katakan ketika ia gembira?’
“Ketika dia sangat marah saja begitu sikapnya, tentu ketika lapang hatinya akan lebih baik lagi.”
“Intinya seseorang tidak boleh tergesa-gesa. Ini semua terjadi karena tergesa-gesa dalam berdoa,” pungkas Syaikh.
(Selesai kutipan dengan tambahan dan beberapa penyesuaian perubahan bahasa yang tidak mengubah cerita).
Hikmah dari kisah tersebut, maka maafkanlah. "Kalau boleh membuat ungkapan; “Air tuba pun boleh dibalas dengan air susu”ungkap Ustadz Fadly Gugul, dai yang berkhidmat di Bimbingan Islam ini ketika mengulang kembali cerita tersebut di salah satu kajiannya belum lama ini.
Allah Yang Maha Pengasih menyiapkan pahala besar kepada orang yang memaafkan karena ia memperlakukan hamba dengan sesuatu yang ia suka, jika Allah Yang Maha Pemurah memperlakukan dirinya dengan hal itu. Ia suka kalau Allah Yang Maha Pemaaf memaafkan kesalahannya, karenanya ia memaafkan orang yang telah berbuat salah dan meluruhkan dendamnya.
"Maka jadikanlah semuanya Karena Allah Ta’ala, mari kita berusaha mendekati amalan ini (memaafkan karena Allah semata serta melupakan dendam), dan berusaha dengan kesungguhan untuk istiqomah di atasnya, niscaya kebahagiaan sejati menanti anda,"pungkasnya.
Wallahu A'lam
Ada sebuah kisah penuh hikmah disampaikan Syaikh Profesor Abdurrozzaq hafizahullah (salah satu pengampu halaqoh kajian ilmiyah di Masjid Nabawi) ketika memberi kajian Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ karya Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Alkisah, di masjid Nabawi seorang pemuda mahasiswa Universitas Islam Madinah menceritakan kejadian yang tidak biasa di salah satu halaqoh kajian ilmu yang ia ikuti. “Aku pernah dizhalimi oleh seorang anggota petugas satpol PP. Dia menyobek-nyobek berkas yang aku berikan padanya. Aku pun mendoakan petugas itu, semoga Allah merobek-robeknya seperti ia telah merobek berkasku,”
Si pemuda melanjutkan, “Dua tahun kemudian petugas itu meninggal dalam sebuah kecelakaan, tubuhnya hancur tidak bisa dimandikan dan dikafani. Hanya bisa dibungkus dengan plastik khusus.”
Dengan penuh penyesalan ia berkata, “Apakah aku berdosa atas doaku itu?”
Syaikh yang ditanya tentang cerita tersebut, kemudian menjawab,“Seharusnya balasan termasuk juga di dalamnya doa tidak melebihi batas kezhaliman,”
“Dan inilah kesalahan yang banyak dilakukan oleh banyak orang,” lanjutnya.
“Ada orang dizhalimi tentang suatu masalah keduniaan, kemudian dia mendoakan orang yang menzhalimi supaya Allah memasukkannya ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Atau mendoakan dengan doa lain yang melebihi kadar kezhaliman.”
“Padahal Allah Ta’ala berfirman :
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُواْ بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِۦ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّٰبِرِينَ
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. An-Nahl : 126).”
“Allah Ta’ala juga berfirman dalam surat Asy- Syura :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖفَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
(QS. Asy-Syura : 40)”
Para ulama’ mengambil faedah dari ayat ini, ada 3 tingkatan dalam menyikapi keburukan:
1. Membalas keburukan dengan hal yang semisalnya, ini keadilan. Itu pun susah dipraktekkan, pada kenyataannya manusia suka melampaui batas, kecuali yang dijaga oleh Allah Yang Maha Kuasa.
2. Memaafkan, inilah yang terbaik.
3. Zhalim, sedangkan Allah Ta’ala tidak menyukai kezhaliman,” jelas Syaikh.
Ada satu pertanyaan dalam kasus ini, apabila ada seorang petugas merobek berkas seseorang apakah layak jika ia dihukum karena perbuatannya itu dengan dihancurkan badannya?
Tidak, dia tidak layak dihukum seperti itu. Benar ada hukuman baginya, tapi bukan dengan dihancurkan badannya. Maka tidak selayaknya didoakan dengan hal seperti itu.
Mungkin saja kematian petugas karena sebab lain yang tidak ada hubungannya dengan penanya, tapi bisa jadi juga karena doa zhalim ini.
وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
(QS. Al-Isra’: 11)”
"Ada faedah yang sangat bagus. Diceritakan dalam kitab Siyar ‘Alamin Nubala’ karya Imam Adz Zahabi rahimahullah tentang biografi Aun bin Abdillah rahimahullah, kisah ini sangat bagus, aku anjurkan untuk menghafal atau mencatatnya.”
“Disebutkan bahwa setiap kali Aun bin Abdillah marah, maka ia mengatakan pada orang yang dimarahinya itu ‘baarakallahu fiik.’“
“Aku pernah menyampaikan kisah ini di suatu kajian, ada yang bertanya, ‘Lantas apa yang ia katakan ketika ia gembira?’
“Ketika dia sangat marah saja begitu sikapnya, tentu ketika lapang hatinya akan lebih baik lagi.”
“Intinya seseorang tidak boleh tergesa-gesa. Ini semua terjadi karena tergesa-gesa dalam berdoa,” pungkas Syaikh.
(Selesai kutipan dengan tambahan dan beberapa penyesuaian perubahan bahasa yang tidak mengubah cerita).
Hikmah dari kisah tersebut, maka maafkanlah. "Kalau boleh membuat ungkapan; “Air tuba pun boleh dibalas dengan air susu”ungkap Ustadz Fadly Gugul, dai yang berkhidmat di Bimbingan Islam ini ketika mengulang kembali cerita tersebut di salah satu kajiannya belum lama ini.
Allah Yang Maha Pengasih menyiapkan pahala besar kepada orang yang memaafkan karena ia memperlakukan hamba dengan sesuatu yang ia suka, jika Allah Yang Maha Pemurah memperlakukan dirinya dengan hal itu. Ia suka kalau Allah Yang Maha Pemaaf memaafkan kesalahannya, karenanya ia memaafkan orang yang telah berbuat salah dan meluruhkan dendamnya.
"Maka jadikanlah semuanya Karena Allah Ta’ala, mari kita berusaha mendekati amalan ini (memaafkan karena Allah semata serta melupakan dendam), dan berusaha dengan kesungguhan untuk istiqomah di atasnya, niscaya kebahagiaan sejati menanti anda,"pungkasnya.
Wallahu A'lam
(wid)