Cara Bertaubat dari Tabarruj Menurut Al-Qur'an
Kamis, 09 Juli 2020 - 07:20 WIB
Di sebagian besar negara-negara Islam, banyak kita dapati wanita muslimah yang melepaskan hijab (jilbab). Mereka mulai ber- tabarruj , membuka aurat, dan tidak memiliki rasa malu. Bentuk tindakan ini berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain sesuai dengan keadaan tempat tinggal mereka.
Padahal perbuatan-perbuatan tersebut, salah satu penyebab turunnya laknat dan azab Allah Ta'ala. Semua ini disebabkan karena tabarru j dapat merusak akhlak, menghilangkan kesopanan, dan juga menyebabkan tersebarnya konflik dan kerusakan, menghilangkan kesopanan, hilangnya rasa cemburu dan tidak adanya rasa malu. Karena tabarruj pula, ikatan kekeluargaan hancur berantakan dan rasa saling percaya antar anggota keluarga hilang.
Dinukil dari pendapat Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamid dalam kitab 'At-taubat wadziifatul Umur' menjelaskan, tabarruj atau bersolek dan mengumbar aurat, sebelumnya tidak dikenal oleh kaum muslimin . Perbuatan ini adalah salah satu perangai kaum jahiliyyah yang telah dikeluarkan dan dibuang oleh Islam. Allah berfirman kepada wanita-wanita yang beriman:
وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: 33)
Pada periode-periode terakhir sekarang ini, tindakan tabarruj masuk ke dalam kalangan kaum muslimin akibat penolakan mereka terhadap petunjuk agama . Selain itu, juga disebabkan karena serangan yang begitu gencar terhadap wanita Muslimah yang mendukung mereka untuk melepaskan wibawa, rasa malu, kehormatan, dan agama mereka.
Perbuatan ini pun masuk ke dalam kaum muslimin melalui pintu taklid buta kepada bangsa Barat, sebagai upaya untuk mengikuti kemajuan peradaban mereka agar tidak dikatakan kuno atau ketinggalan zaman. (Baca juga : Penyakit Hati dan Obat Penawarnya )
Kekeliruan orang-orang yang mengajak kepada tabarruj, membuka penutup wajah, dan mengatakan tidak bertabarrui merupakan perbuatan kuno dan ketinggalan zaman harus dipungkiri.
Apabila ingin bukti kuat yang menunjukkan tabarruj yang sebenarnya kuno dan ketinggalan zaman, maka lihatlah dari celah-celah kemerosotan moral manusia yang terjadi pada orang-orang rendah yang masih hidup telanjang di berbagai pedalaman dan hutan-hutan rimba. Kehidupan mereka tidak jauh berbeda dengan kehidupan binatang. Mereka tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan peradaban kecuali setelah mereka bisa mengenakan pakaian.
Setelah itu, barulah mereka mampu memantau sejauh mana perkembangan yang telah dicapai. Kalau kita perhatikan, setiap kali kebudayaan mereka bertambah maju, semakin bertambah pula bagian-bagian tubuh mereka yang terbungkus pakaian.
Bila diamati, peradaban Barat dewasa ini justeru berada di ambang pintu kehancuran. Selangkah demi selangkah mereka mundur mendekati kehancuran, sampai akhirnya mereka melepaskan seluruh pakaian mereka di kota-kota tertentu. Fenomena ini mulai menyebar sejak berakhirnya Perang Dunia I dan dampaknya kian terasa pada tahun-tahun terakhir ini.
Bersamaan dengan itu juga, harus diakui fakta bahwa di antara generasi kita ada yang tidak mau membuka petunjuk agama, bahkan menyimpang dari ayat-ayat Allah. Terkadang penyimpangan mereka dalam bentuk ketidakmampuan menerima ayat-ayat atau dengan cara menolak dan mendebat firman Allah dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Kelompok manusia yang demikian ini tidak berdiri di atas Al-Qur'an dan as-Sunnah, namun mereka berdiri di atas dugaan-dugaan dan prasangka belaka. (Baca juga : Janganlah Menunda-Nunda Taubat )
Adakah perbedaan yang kita liat antara mereka dengan ummat-ummat sesat sebelumnya? Ummat-ummat sesat tersebut apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, berkata:
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا قَالُوا۟ قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَآءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَآ ۙ إِنْ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ
"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (QS Al-Anfal 31)
Kemudian firman Allah :
لِيَحْمِلُوٓا۟ أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۙ وَمِنْ أَوْزَارِ ٱلَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ
"(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu." (QS An-Nahl: 25)
Dengan demikian, hakikat yang tampak dalam masalah ini adalah tabarruj merupakan sarana yang paling dominan mengotori kesucian harga diri kaum wanita dan membuat susah.
Tabarruj lebih Lebih dekat dengan pengorbanan harga diri seorang wanita daripada perlindungan terhadap kehormatannya. Tabarruj lebih dominan menyulitkan wanita daripada membuat mereka tenang.
Seorang pujangga ternama Musthafa Shadiq ar-Rafi'i berkata :"Jilbab tidak lain merupakan perlindungan terhadap sifat feminim seorang wanita, penutup rambutnya di depan umum, dan penjaganya dari sifat malu yang dibenci,"
Dia juga berkata : "Asas keutamaan pada diri seorang wanita adalah rasa malu. Oleh karena itu, wajib hukumnya mengajarkan kepada setiap anak perempuan, bahwa kapan pun ia meninggalkan rasa malu berarti telah membuang harga dirinya. Dalam kondisi demikian ia akan merasa bebas pergi ke mana saja (ke kanan atau ke kiri) dan melakukan apa saja yang ia inginkan. Dengan demikian, golongan kanan kaum wanita adalah mereka yang menjaga diri dengan rasa malu, berada di bawah perlindungan suami, serta di bawah teduhnya naungan keluarganya dan kemuliaan hidup.
Adapun golongan kiri dari mereka adalah mereka yang meninggalkan rasa malu. Bagaimanakah keadaan mereka itu?
Sang pujangga berkata pula: "Janganlah sekali-kali Anda mengatakan setiap mode kecantikan dan cara menghias diri yang Anda lihat pada wajah gadis-gadis serta mode pakaian mereka di jalan-jalan sebagai puncak kecantikan
namun anggaplah itu sebagai gambaran tidak adanya rasa malu."
Jika demikian, maka menjadi kewajiban atas seluruh muslimah untuk bertaubat dari ketentuan tabarruj dan membuka aurat. Di samping itu, wajib bagi mereka, untuk memerangi semua perbuatan itu dengan segala kekuatan yang dimiliki. (Baca juga : Sebaiknya Hindari Memakai Pakaian Syuhrah )
Bersamaan itu pula, hendaklah mereka mengajak wanita muslimah lainnya untuk selalu berhijab dan menghiasi diri dengan rasa malu. Sebab dalam hijab itu terdapat iffah (kehormatan diri), penjagaan diri, kesucian, keselamatan dari fitnah, keselamatan dari ancaman dan berbagai keutamaan lainnya.
Wallahu A'lam
Padahal perbuatan-perbuatan tersebut, salah satu penyebab turunnya laknat dan azab Allah Ta'ala. Semua ini disebabkan karena tabarru j dapat merusak akhlak, menghilangkan kesopanan, dan juga menyebabkan tersebarnya konflik dan kerusakan, menghilangkan kesopanan, hilangnya rasa cemburu dan tidak adanya rasa malu. Karena tabarruj pula, ikatan kekeluargaan hancur berantakan dan rasa saling percaya antar anggota keluarga hilang.
Dinukil dari pendapat Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamid dalam kitab 'At-taubat wadziifatul Umur' menjelaskan, tabarruj atau bersolek dan mengumbar aurat, sebelumnya tidak dikenal oleh kaum muslimin . Perbuatan ini adalah salah satu perangai kaum jahiliyyah yang telah dikeluarkan dan dibuang oleh Islam. Allah berfirman kepada wanita-wanita yang beriman:
وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: 33)
Pada periode-periode terakhir sekarang ini, tindakan tabarruj masuk ke dalam kalangan kaum muslimin akibat penolakan mereka terhadap petunjuk agama . Selain itu, juga disebabkan karena serangan yang begitu gencar terhadap wanita Muslimah yang mendukung mereka untuk melepaskan wibawa, rasa malu, kehormatan, dan agama mereka.
Perbuatan ini pun masuk ke dalam kaum muslimin melalui pintu taklid buta kepada bangsa Barat, sebagai upaya untuk mengikuti kemajuan peradaban mereka agar tidak dikatakan kuno atau ketinggalan zaman. (Baca juga : Penyakit Hati dan Obat Penawarnya )
Kekeliruan orang-orang yang mengajak kepada tabarruj, membuka penutup wajah, dan mengatakan tidak bertabarrui merupakan perbuatan kuno dan ketinggalan zaman harus dipungkiri.
Apabila ingin bukti kuat yang menunjukkan tabarruj yang sebenarnya kuno dan ketinggalan zaman, maka lihatlah dari celah-celah kemerosotan moral manusia yang terjadi pada orang-orang rendah yang masih hidup telanjang di berbagai pedalaman dan hutan-hutan rimba. Kehidupan mereka tidak jauh berbeda dengan kehidupan binatang. Mereka tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan peradaban kecuali setelah mereka bisa mengenakan pakaian.
Setelah itu, barulah mereka mampu memantau sejauh mana perkembangan yang telah dicapai. Kalau kita perhatikan, setiap kali kebudayaan mereka bertambah maju, semakin bertambah pula bagian-bagian tubuh mereka yang terbungkus pakaian.
Bila diamati, peradaban Barat dewasa ini justeru berada di ambang pintu kehancuran. Selangkah demi selangkah mereka mundur mendekati kehancuran, sampai akhirnya mereka melepaskan seluruh pakaian mereka di kota-kota tertentu. Fenomena ini mulai menyebar sejak berakhirnya Perang Dunia I dan dampaknya kian terasa pada tahun-tahun terakhir ini.
Bersamaan dengan itu juga, harus diakui fakta bahwa di antara generasi kita ada yang tidak mau membuka petunjuk agama, bahkan menyimpang dari ayat-ayat Allah. Terkadang penyimpangan mereka dalam bentuk ketidakmampuan menerima ayat-ayat atau dengan cara menolak dan mendebat firman Allah dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Kelompok manusia yang demikian ini tidak berdiri di atas Al-Qur'an dan as-Sunnah, namun mereka berdiri di atas dugaan-dugaan dan prasangka belaka. (Baca juga : Janganlah Menunda-Nunda Taubat )
Adakah perbedaan yang kita liat antara mereka dengan ummat-ummat sesat sebelumnya? Ummat-ummat sesat tersebut apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, berkata:
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا قَالُوا۟ قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَآءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَآ ۙ إِنْ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ
"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (QS Al-Anfal 31)
Kemudian firman Allah :
لِيَحْمِلُوٓا۟ أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۙ وَمِنْ أَوْزَارِ ٱلَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ
"(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu." (QS An-Nahl: 25)
Dengan demikian, hakikat yang tampak dalam masalah ini adalah tabarruj merupakan sarana yang paling dominan mengotori kesucian harga diri kaum wanita dan membuat susah.
Tabarruj lebih Lebih dekat dengan pengorbanan harga diri seorang wanita daripada perlindungan terhadap kehormatannya. Tabarruj lebih dominan menyulitkan wanita daripada membuat mereka tenang.
Seorang pujangga ternama Musthafa Shadiq ar-Rafi'i berkata :"Jilbab tidak lain merupakan perlindungan terhadap sifat feminim seorang wanita, penutup rambutnya di depan umum, dan penjaganya dari sifat malu yang dibenci,"
Dia juga berkata : "Asas keutamaan pada diri seorang wanita adalah rasa malu. Oleh karena itu, wajib hukumnya mengajarkan kepada setiap anak perempuan, bahwa kapan pun ia meninggalkan rasa malu berarti telah membuang harga dirinya. Dalam kondisi demikian ia akan merasa bebas pergi ke mana saja (ke kanan atau ke kiri) dan melakukan apa saja yang ia inginkan. Dengan demikian, golongan kanan kaum wanita adalah mereka yang menjaga diri dengan rasa malu, berada di bawah perlindungan suami, serta di bawah teduhnya naungan keluarganya dan kemuliaan hidup.
Adapun golongan kiri dari mereka adalah mereka yang meninggalkan rasa malu. Bagaimanakah keadaan mereka itu?
Sang pujangga berkata pula: "Janganlah sekali-kali Anda mengatakan setiap mode kecantikan dan cara menghias diri yang Anda lihat pada wajah gadis-gadis serta mode pakaian mereka di jalan-jalan sebagai puncak kecantikan
namun anggaplah itu sebagai gambaran tidak adanya rasa malu."
Jika demikian, maka menjadi kewajiban atas seluruh muslimah untuk bertaubat dari ketentuan tabarruj dan membuka aurat. Di samping itu, wajib bagi mereka, untuk memerangi semua perbuatan itu dengan segala kekuatan yang dimiliki. (Baca juga : Sebaiknya Hindari Memakai Pakaian Syuhrah )
Bersamaan itu pula, hendaklah mereka mengajak wanita muslimah lainnya untuk selalu berhijab dan menghiasi diri dengan rasa malu. Sebab dalam hijab itu terdapat iffah (kehormatan diri), penjagaan diri, kesucian, keselamatan dari fitnah, keselamatan dari ancaman dan berbagai keutamaan lainnya.
Wallahu A'lam
(wid)