Kisah Louis Farrakhan, Pemimpin Nation of Islam yang Hidup Bak Raja
Senin, 28 November 2022 - 05:15 WIB
Pada September 1990, di hadapan 750 imam, termasuk para pejabat Mekkah, Farrakhan menyatakan dia percaya pada Allah dan kenabian Muhammad dari Arabia. W.D. Farad Muhammad, guru Elijah Muhammad, tambahnya, datang untuk membantu orang kulit hitam Amerika. Ucapan itu melukai hati para imam yang menganggap Farad sebagai orang bid'ah.
"Saya tidak ingin tampak seperti anak haram dalam Islam," kata Farrakhan. "Saya tidak ingin saudara-saudara saya memandang rendah pada saya dan menyebut saya sebagai orang kafir, munafik, atau memanggil saya dengan sebutan yang menurut saya tidak tepat untuk menggambarkan diri saya dan karya saya untuk Amerika."
Dia meminta para imam untuk bersabar; Islam berkembang dalam keadaan damai di antara para pengikutnya dan pengikut Warith D. Mohammed. "Walaupun kami mempunyai banyak perbedaan," dia melanjutkan, "kami tidak pernah berbuat terlalu jauh sehingga membuat hidung pengikut yang lain berdarah. Anda dapat berkata begitu untuk orang-orang Iran dan Irak."
Di atas panggung, dia memeluk Mohammed, mengakhiri, paling tidak di depan umum, perselisihan teologis mereka. Mohammed kemudian menyatakan bahwa semua Muslim harus menerima Farrakhan sebagai seorang saudara seiman. Dan banyak yang melakukan hal itu.
"Saya tidak ingin tampak seperti anak haram dalam Islam," kata Farrakhan. "Saya tidak ingin saudara-saudara saya memandang rendah pada saya dan menyebut saya sebagai orang kafir, munafik, atau memanggil saya dengan sebutan yang menurut saya tidak tepat untuk menggambarkan diri saya dan karya saya untuk Amerika."
Dia meminta para imam untuk bersabar; Islam berkembang dalam keadaan damai di antara para pengikutnya dan pengikut Warith D. Mohammed. "Walaupun kami mempunyai banyak perbedaan," dia melanjutkan, "kami tidak pernah berbuat terlalu jauh sehingga membuat hidung pengikut yang lain berdarah. Anda dapat berkata begitu untuk orang-orang Iran dan Irak."
Di atas panggung, dia memeluk Mohammed, mengakhiri, paling tidak di depan umum, perselisihan teologis mereka. Mohammed kemudian menyatakan bahwa semua Muslim harus menerima Farrakhan sebagai seorang saudara seiman. Dan banyak yang melakukan hal itu.
Baca Juga
(mhy)