Kisah Dramatis Ayuba Suleiman Diallo: Hafiz Al-Quran yang Menjadi Budak di Amerika

Jum'at, 16 Desember 2022 - 19:13 WIB
Suatu waktu, beberapa penyokong dana selama Ayuba di Inggris berharap dapat mengajak Ayuba untuk pindah ke agama Kristen, dan mereka memberinya salinan Perjanjian Baru dalam terjemahan bahasa Arab. Tapi Ayuba sudah akrab dengan kisah Yesus, yang digambarkan dalam Al-Quran sebagai seorang nabi dan bukan sebagai penjelmaan Tuhan dalam bentuk manusia.

Ayuba, seperti kebanyakan Muslim lainnya, setuju dengan para sponsor Kristennya bahwa Yesus dilahirkan dari Perawan Maria, memiliki mukjizat, dan akan datang kembali pada akhir zaman. Tetapi dia menolak doktrin Kristen tentang Tritunggal, kepercayaan bahwa Allah, meskipun pada intinya satu, tapi juga merupakan tiga “pribadi”, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus), dan Allah Roh Kudus.

Lalu setelah Ayuba membaca Injil dengan teliti dan sangat berhati-hati, Ayuba memberi tahu teman-teman Kristennya, secara akurat, bahwa dia tidak menemukan penyebutan “Tritunggal” dalam kitab suci itu. Ayuba dengan cepat, menggunakan teks suci Kristen itu sendiri untuk mendukung pandangan teologis Islamnya tentang monoteisme, kepercayaan pada satu Tuhan.

Dan memang, menurut Edward E. Curtis IV, seorang sejarawan yang menulis kisah tentang Ayuba, meskipun Injil Matius memerintahkan pengikut Yesus untuk membaptis seluruh dunia dalam nama “ayah, anak, dan roh kudus,” kata “tritunggal” itu sendiri tidak pernah diucapkan dalam Perjanjian Baru.

Ayuba juga lalu memperingatkan mereka untuk menghindari penggambaran citra manusia dengan Tuhan, bahkan terhadap Yesus itu sendiri, yang mana dalam perspektifnya adalah seorang nabi (Isa). Ayuba sangat kritis — paling tidak menurut Bluett yang merupakan seorang pendeta Anglikan — terhadap tradisi “penyembahan berhala” Katolik Roma, yang mana sebelumnya telah dia amati di suatu kota di Afrika Barat.

Namun demikian, dengan segala hal yang dia dapat di Inggris, sebagaimana telah diduga Ayuba sebelumnya, kedatangannya ke Inggris bukanlah sesuatu yang gratis. Dunia perbudakan sejatinya adalah sebuah bisnis. Orang-orang yang telah membebaskannya kelak akan meminta imbalan balik kepada Ayuba.



Pulang ke Afrika

Setelah sekian lama tinggal di Inggris, pada tahun 1734 Ayuba Suleiman Diallo akhirnya berlayar pulang ke negaranya dengan bantuan dari Royal African Company, sebuah perusahaan asal Inggris yang memiliki bisnis utama perdagangan emas, perak, dan budak dari Afrika Barat.

Seperti yang telah diduga oleh Ayuba sebelumnya, bahwa kebebasan yang dia peroleh – yang dibantu oleh orang-orang Royal African Company – bukanlah sesuatunya yang gratis. Sebelum kepulangannya, di London, para kolonialis Royal African Company meminta Ayuba bekerja untuk mereka.

Mereka berharap koneksi Ayuba di Afrika Barat dapat membantu mereka dalam membangun hubungan yang lebih kuat untuk perdagangan di wilayah Senegambia, khususnya perdagangan gading, getah pohon karet, dan emas. Ayuba memenuhi permintaan mereka.

Ayuba pulang ke tanah kelahirannya dengan membawa surat-surat dari Royal African Company yang merekomendasikan kepada para petugas mereka di Gambia untuk mendampingi Ayuba “dengan rasa hormat terbesar dan segala keramahan yang mungkin kalian bisa.”

Ayuba menapakkan kakinya dengan selamat di Afrika pada 8 Agustus 1734 di Fort James, Gambia. “Atas izin Allah,” tulis Ayuba. Dari sana dia memulai perjalanannya kembali ke kota asalnya di Bundu, Senegal. Dia ditemani oleh Francis Moore, seorang Inggris, petugas Royal African Company.

Dalam suatu ketidaksengajaan yang luar biasa, pada malam pertama perjalanan mereka, Ayuba bertemu dengan orang-orang yang telah menculiknya tiga tahun sebelumnya. Francis Moore memberikan kesaksiannya ketika peristiwa ini terjadi.

“Job (panggilan Ayuba ketika di Amerika dan Inggris), seseorang yang sangat tenang pada waktu-waktu lain, tidak bisa menahan diri ketika melihat mereka, tetapi jatuh ke dalam hasrat yang paling mengerikan, dan hendak membunuh mereka dengan pedang lebar dan pistolnya, yang mana selalu dia bawa untuk menjaga dirinya,” tulis Moore.

Namun Ayuba urung melakukannya, dia malah berbicara kepada bekas para penculiknya itu. Dia bertanya tentang raja mereka dan dari sana dia mengetahui bahwa “di antara barang-barang dari hasil penjualan Job kepada Kapten Pyke terdapat sebuah pistol, yang biasa dikenakan oleh sang Raja dengan cara digantung di lehernya memakai seutas tali…., suatu hari (pistol) ini tidak sengaja meletus, dan pelurunya bersarang di tenggorokannya, dia tewas seketika.”

Ayuba kemudian berlutut dan “mengembalikan rasa syukurnya kepada Nabi Muhammad karena telah membuat orang ini mati oleh barang-barang dari hasil penjualannya ke dalam perbudakan.”

Ada banyak yang harus disyukuri, karena Ayuba hanyalah orang kedua, seperti yang dikatakan oleh seorang Pulo (Fulani) kepada Moore, yang pernah diketahui kembali ke negara ini, setelah dibawa menjadi budak oleh orang kulit putih.



Perang yang Mengerikan
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنَا فِىۡ كُلِّ قَرۡيَةٍ اَكٰبِرَ مُجۡرِمِيۡهَا لِيَمۡكُرُوۡا فِيۡهَا‌ ؕ وَمَا يَمۡكُرُوۡنَ اِلَّا بِاَنۡفُسِهِمۡ وَمَا يَشۡعُرُوۡنَ
Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.

(QS. Al-An'am Ayat 123)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More