Kisah Aswad al-Ansi, Nabi Palsu yang Sempat Menguasai Yaman

Senin, 13 Juli 2020 - 15:47 WIB
Aswad Qais keluar dari tempat itu dengan membawa perasaan serba ragu terhadap segala yang ada dalam hatinya. Ketika bertemu dengan Fairuz dan Dazweh ia menceritakan pertemuannya dengan Aswad dan meminta pendapat mereka. "Kita harus berhati-hati," jawab mereka.



Sementara mereka dalam keadaan serupa itu, tiba-tiba Aswad memanggil mereka dan mengancam, karena mereka juga berkomplot dengan kawan-kawannya terhadap dirinya. Mereka keluar dari tempat Aswad dan menemui Qais. Mereka kini curiga dan sedang dalam bahaya besar.

Berita tentang segala yang terjadi dalam istana Aswad itu akhirnya sampai juga kepada kaum Muslimin yang ada di Yaman atau di tempat-tempat berdekatan dan mereka menyinggung juga surat Nabi kepada mereka. Kepada Qais dan kawan-kawannya itu mereka mengutus orang memberitahukan bahwa mengenai Aswad mereka sepaham.



Dengan diam-diam kaum Muslimin yang berada di Najran dan di tempat-tempat lain sudah tahu mengenai berita-berita itu. Mereka menulis surat kepada teman-temannya yang dekat dengan Aswad bahwa mereka siap di bawah perintah untuk membunuh orang itu.

Tetapi teman-teman itu meminta mereka jangan tergesa-gesa dan supaya menunggu di tempat masing-masing, dan jangan melakukan sesuatu yang akan menimbulkan kecurigaan Aswad dan orang-orangnya terhadap mereka.



Istrinya Terlibat

Itulah pendapat orang-orang yang dekat dengan Aswad, sebab menurut pendapat mereka melakukan pembunuhan gelap akan lebih menjamin keberhasilannya daripada menghadapinya dengan perang.

Azad, istrinya, juga sudah melibatkan diri dalam komplotan itu meski ia pura-pura memperlihatkan cintanya yang lebih besar kepada Aswad. Dia sudah menyediakan diri mengadakan hubungan dengan Fairuz, Dazweh dan Qais dan bersama-sama dengan mereka mengatur siasat untuk melakukan pembunuhan itu.

Dia yang menunjukkan kepada mereka kamar tidur suaminya serta diperlihatkannya juga bahwa di sekitar istana tempat ia tinggal bersama suaminya itu diadakan penjagaan di segenap penjuru, kecuali di bagian belakang kamar itu. Bila malam sudah tiba mereka supaya membuat lubang dan masuk dari lubang itu ke dalam kamarnya. Di situ musuh mereka itu dibunuh. Dengan demikian mereka dan perempuan itu dapat melepaskan diri.



Rencana itu mereka laksanakan. Di waktu subuh mereka saling memanggil dengan sandi yang sudah sama-sama mereka sepakati, dan mereka berseru secara Islam sambil ramai-ramai mengatakan: Kami bersaksi bahwa Muhammad Rasulullah, dan bahwa si Abhalah — yaitu nama Aswad al-Ansi — pembohong. Kepala orang itu dilemparkan, dan para pengawal istana segera mengepung mereka.

Orang ramai bersorak di kota dan dalam subuh buta itu orang keluar beramai-ramai. Sebentar keadaan jadi kacau tapi kemudian tenang kembali setelah Qais, Fairuz, dan Dazweh menguasai keadaan. Baik dalam keadaan tenang atau dalam keadaan kacau sebelumnya besar sekali pengaruhnya buat Azad.



Terbunuhnya Aswad itu sebelum Rasulullah wafat atau sesudahnya? Dalam hal ini, menurut Haekal, pendapat orang tidak sama. Di atas sudah kita sebutkan sumber yang dari Ya'qubi. Tetapi Tabari dan Ibn Asir menyebutkan bahwa Aswad mati sebelum Rasulullah berpulang ke rahmatullah, dan bahwa pada malam kejadian itu Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam sudah menerima wahyu tatkala berkata: "Al-Ansi terbunuh, dibunuh oleh seorang laki-laki yang mendapat berkah dari keluarga orang-orang yang penuh berkah." Ditanya siapa yang membunuh, ia menjawab: "Dibunuh oleh Fairuz."

Sumber lain menyebutkan bahwa berita kematian Aswad itu baru sampai ke Madinah setelah Rasulullah wafat, dan bahwa itulah berita baik pertama yang sampai kepada Abu Bakar ketika ia di Madinah. Selanjutnya sumber itu menyebutkan, bahwa Fairuz berkata: "Setelah Aswad kami bunuh keadaan kita kembali seperti semula, di tangan Mu'az bin Jabal, dan dia yang mengimami salat kami. Tinggal harapan bagi kami; orang yang kami benci sudah tak ada, kecuali pasukan berkuda teman-teman Aswad. Kemudian setelah datang berita kematian Nabi, di mana-mana timbul kegelisahan." ( )
(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More