Ijtihad Umar bin Khattab dari Soal Khamar Sampai Urusan Jilbab
loading...
A
A
A
Rasulullah mengumumkan tentang keberangkatan menunaikan ibadah haji pada tahun keenam sesudah hijrah ke Madinah . Sesampainya ke dekat Makkah , pasukan berkuda Quraisy menghadang beliau. Mereka melarang Nabi memasuki Makkah. Padahal kedatangan Rasulullah untuk menunaikan ibadah haji; bukan untuk berperang. Oleh karena itu beliau dan para sahabat berhenti di Hudaibiah. Rasulullah ingin berunding dengan pihak Quraisy agar dibukakan jalan untuk melakukan tawaf di Ka'bah dan menyelesaikan kewajiban haji. (
).
Selanjutnya beliau memanggil Umar Bin Khattab . Beliau memerintahkan agar Umar memasuki Makkah dan melobi kaum Quraisy mengenai maksud kedatangannya. Hanya saja, Umar keberatan. "Rasulullah, saya khawatir Quraisy akan mengadakan tindakan terhadap saya, mengingat di Makkah sudah tidak ada lagi Banu Adi bin Ka'b yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui bagaimana permusuhan saya dan tindakan tegas saya terhadap mereka dulu,” dalih Umar sembari mengusulkan orang lain untuk tugas itu.“Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik dalam hal ini daripada saya, yaitu Usman bin Affan ," ujarnya. ( )
Nabi setuju dan Usman pun tidak keberatan. Usman mengadakan pembicaraan dengan Quraisy dan terpisah dari kaum Muslimin, sehingga dikira ia sudah dibunuh. Maka Rasulullah dan para sahabat mengadakan ikrar akan memerangi Quraisy kalau sampai Usman dibunuh. Ikrar ini dikenal dengan Bai'at Ridwan. ( )
Tetapi tak lama kemudian Usman kembali dan mengatakan bahwa untuk menjaga kewibawaan Quraisy di kalangan orang-orang Arab mereka menolak kedatangan kaum Muslimin ke Makkah tahun ini. Namun mereka tidak menolak perundingan untuk keluar dari suasana permusuhan.
Pembicaraan dilanjutkan antara kedua pihak untuk mengadakan perjanjian dan mencari perdamaian. Tetapi Umar tampaknya sudah kesal benar karena Nabi menyetujui pembicaraan demikian, sehingga ia melompat dan pergi menemui Abu Bakar , dan katanya: Abu Bakar, bukankah dia Rasulullah?
Abu Bakar menjawab: “Ya, memang!”
“Bukankah kita ini Muslimin?” tanya Umar lagi.
“Ya memang!” kata Abu Bakar lagi.
Umar melanjutkan: “Bukankah mereka kaum musyrik?”
“Ya, benar!” jawab Abu Bakar”.
“Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?” tanya Umar.
Akhirnya kata Abu Bakar kepada Umar, “Umar, duduklah. Taatilah dia dan jangan langgar perintahnya. Saya bersaksi, bahwa dia Rasulullah”.
Umar pun kemudian berkata: “Saya bersaksi bahwa dia Rasulullah”.
Umar merasa tidak puas pembicaraannya dengan Abu Bakar. Ia pergi menemui Rasulullah dengan garis-garis kemarahan masih membayang di mukanya. “Rasulullah, bukankah Anda Rasulullah?” tanya Umar.
“Ya, memang,” jawab Nabi.
“Bukankah kita ini Muslimin?” tanya Umar lagi.
“Ya, memang!”
“Bukankah mereka kaum musyrik?”
Selanjutnya beliau memanggil Umar Bin Khattab . Beliau memerintahkan agar Umar memasuki Makkah dan melobi kaum Quraisy mengenai maksud kedatangannya. Hanya saja, Umar keberatan. "Rasulullah, saya khawatir Quraisy akan mengadakan tindakan terhadap saya, mengingat di Makkah sudah tidak ada lagi Banu Adi bin Ka'b yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui bagaimana permusuhan saya dan tindakan tegas saya terhadap mereka dulu,” dalih Umar sembari mengusulkan orang lain untuk tugas itu.“Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik dalam hal ini daripada saya, yaitu Usman bin Affan ," ujarnya. ( )
Nabi setuju dan Usman pun tidak keberatan. Usman mengadakan pembicaraan dengan Quraisy dan terpisah dari kaum Muslimin, sehingga dikira ia sudah dibunuh. Maka Rasulullah dan para sahabat mengadakan ikrar akan memerangi Quraisy kalau sampai Usman dibunuh. Ikrar ini dikenal dengan Bai'at Ridwan. ( )
Tetapi tak lama kemudian Usman kembali dan mengatakan bahwa untuk menjaga kewibawaan Quraisy di kalangan orang-orang Arab mereka menolak kedatangan kaum Muslimin ke Makkah tahun ini. Namun mereka tidak menolak perundingan untuk keluar dari suasana permusuhan.
Pembicaraan dilanjutkan antara kedua pihak untuk mengadakan perjanjian dan mencari perdamaian. Tetapi Umar tampaknya sudah kesal benar karena Nabi menyetujui pembicaraan demikian, sehingga ia melompat dan pergi menemui Abu Bakar , dan katanya: Abu Bakar, bukankah dia Rasulullah?
Abu Bakar menjawab: “Ya, memang!”
“Bukankah kita ini Muslimin?” tanya Umar lagi.
“Ya memang!” kata Abu Bakar lagi.
Umar melanjutkan: “Bukankah mereka kaum musyrik?”
“Ya, benar!” jawab Abu Bakar”.
“Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?” tanya Umar.
Akhirnya kata Abu Bakar kepada Umar, “Umar, duduklah. Taatilah dia dan jangan langgar perintahnya. Saya bersaksi, bahwa dia Rasulullah”.
Umar pun kemudian berkata: “Saya bersaksi bahwa dia Rasulullah”.
Umar merasa tidak puas pembicaraannya dengan Abu Bakar. Ia pergi menemui Rasulullah dengan garis-garis kemarahan masih membayang di mukanya. “Rasulullah, bukankah Anda Rasulullah?” tanya Umar.
“Ya, memang,” jawab Nabi.
“Bukankah kita ini Muslimin?” tanya Umar lagi.
“Ya, memang!”
“Bukankah mereka kaum musyrik?”