Tragedi Perang Salib dan Kolonialisme Eropa Menurut Montgomery Watt

Selasa, 03 Januari 2023 - 14:58 WIB
Kata ini kini lazim dipakai oleh para jurnalis di hampir semua jenis pekerjaan untuk menyatakan menuju kebaikan, bahkan ketika kekuatan kecil yang agresif itu berkembang.



Walaupun demikian, banyak orang Kristen memahami asal-usul Perang Salib yang asli adalah demi mendapatkkan kembali Tempat-Tempat Suci pada cahaya yang berbeda.

Kata "Crusade" ini bukan hanya anggota anti-perang dan anti-sumpah atau Masyarakat Persaudaraan yang melihat bahwa tidak ada perang yang diperbolehkan berdasarkan atas prinsip-prinsip Kristen.

Sungguhpun demikian, bahkan pada abad ke-18 para sejarawan mulai berpikir kritis tentang keseluruhan ide Perang Salib (atau pembasmian manusia).

Edward Gibbon adalah seorang pemikir bebas yang menentang sistem Gereja, yang tidak mempunyai belas kasihan membeberkan penjarahan dan pembunuhan besar-besaran yang mengambil tempat ketika pasukan Perang Salib merebut Jerusalem di tahun 1099 Masehi.

Bahkan pemuja seperti sang novelis romantis, Sir Walter Scott, yang sadar akan kekejaman dan kebengisan heronya Richard Yang Berhati Singa (Richard the Lionheart). Pada pendahuluan kisahnya tentang peristiwa-peristiwa Perang Salib, The Talisman, dia menulis:

Periode yang lebih langsung berkaitan dengan Perang Salib yang terakhir saya putuskan adalah ciri khas Richard I yang suka perang, liar dan dermawan, pola kekesatriaan dengan semua kebaikan yang luar biasa dan tidak kurang dari kesalahan-kesalahannya yang absurd, yang menentang Pangeran Saladin (Shalahuddin al-Ayyubi) di mana monarki Kristen dan Inggris mempertontonkan semua kekejaman dan kebengisan yang mendukung karakter raja Timur.

Di pihak lain, pangeran Saladin memperlihatkan kebijakan yang mendalam dan kebijaksanaan penguasa Eropa. Semua ini dikandung makna bahwa Saladin mempunyai kemampuan kualitas kekesatriaan dan keperwiraan yang baik, murah hati dan berani, yang melampaui yang lain.



Tentang sejarawan dunia Islam, keseluruhan konsepsi Perang Salib adalah bersifat membabi buta dan gila. Paus dan semua yang mengorganisir angkatan bersenjata akan dapat sedikit punya ide tentang kondisi yang akan mereka hadapi, meskipun telah mengadakan perjalanan ke Jerusalem.

Mereka tidak punya sedikit ide tentang peluasan kekuasaan muslim. Berbagai kesuksesan yang mereka raih barangkali karena sekitar tahun 1100 Masehi umat Islam Palestina dan Syria biasanya berada di bawah kekuasaan khalifah di Baghdad, merupakan negeri-negeri kecil merdeka yang saling bersitegang satu dengan yang lain, namun kadangkala siap-sedia bekerja sama dengan raja-raja Kristen untuk menentang rival-rival negeri Islam. Karena negeri-negeri itu berada di bawah penguasa muslim yang kuat, maka nasib negeri-negeri Kristen segera tertutup.

Mungkin ekspresi paling baik dari pandangan Kristen kontemporer yang seimbang tentang Perang Salib dapat diperoleh dalam kata-kata Sir Steven Runciman, pada kesimpulan ketiga buku sejarahnya tentang Perang Salib:

Kemenangan pasukan Perang Salib adalah kemenangan iman. Namun iman tanpa kebijaksanaan adalah berbahaya. Sejarah dengan undang-undang hukum adalah tidak dapat ditawar-tawar, seluruh dunia harus membayar kejahatan dan kebodohan semua warga negaranya.

Dalam rangka memperpanjang interaksi dan fusi antara Timur dan Barat dari peradaban kita yang tumbuh berkembang, maka Perang Salib adalah episoda yang tragis dan destruktif.

Sejarawan telah menengok ke belakang berabad-abad lamanya pada kisah mereka yang gagah berani, mesti mendapatkan kebanggaan yang berlawanan dengan penderitaan pada persaksian yang membuka batas-batas hakekat manusia.

Demikian banyak keberanian dan sedemikian sedikit penghargaan, demikian banyak kesetiaan dan demikian kecilnya pengertian dan pemahaman. Cita-cita yang tinggi dan agung dinodai oleh kekejaman dan kerakusan, keberanian dan ketabahan dinodai oleh kebutaan dan kesalihan diri yang picik. Perang suci itu sendiri tidak lebih lama dari gerakan intoleran atas nama Tuhan, yang merupakan perbuatan dosa melawan Roh Kudus.



Menghadapi jawaban yang telah kita kembangkan tentang kontribusi Perang Salib terhadap persepsi-persepsi Kristen terhadap Islam adalah jawaban yang sedikit mereka rubah.

Banyak orang Kristen yang mengapresiasikan keperwiraan dan kemurahan hati seorang Saladin, namun hanya sedikit karya ilmiah yang dibuat. Para ilmuwan Eropa Barat dan Perancis yang menciptakan gambaran baru dan lebih terinci tentang Islam di negeri-negeri Perang Salib, secara pasti hampir memperkuat hasrat bagi inforrnasi yang lebih banyak dan lebih akurat.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dunia ibarat penjara orang-orang mukmin dan surganya orang-orang kafir.

(HR. Ibnu Majah No. 4103)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More