Tanah Suci Milik Siapa? Begini Analisis Tharick Chehab

Rabu, 25 Januari 2023 - 16:43 WIB
loading...
A A A
Tharick Chehab mengatakan memang benar bahwa selanjutnya antara anak buah Ishak, "bibit Ibrahim," mengambil arti Bani Israel; tetapi tidak demikian pada mulanya, sebab keturunan Ismail berhak pula disebut dan menganggap dirinya juga dari benih Ibrahim dalam arti yang sebetulnya .

Lebih lagi, ketika perjanjian khitan dibuat dengan Ibrahim (Kejadian 17) dan tanah Kanaan dijanjikan sebagai "milik abadi" (yang dimaksud untuk jangka waktu lama), Ismaillah yang dikhitan: Ishak pada waktu itu belum dilahirkan.

Menurut Tharick Chehab, dari studi yang ringkas ini tentang janji Tuhan bagi keturunan sejati (kandung) dari Ibrahim, kita melihat bahwa janji yang pertama pasti mencakup anak buah Ismail; tetapi kemudian di zaman Ishak dan Ya'kub janji itu diperkecil kepada keturunan mereka, walaupun tidak dengan menyolok mengeluarkan para misan (saudara sepupu) Arab mereka; dan diketahui benar bahwa banyak orang-orang Arab mengiringi Yusak dan Kaleb masuk ke Palestina ketika sebagian dari negara tersebut diduduki.

Sulit Ditentukan
Kedua, pertanyaan: daerah mana sebenarnya yang dijanjikan itu? Tharick Chehab mengatakan soal kedua mengenai beberapa luasnya, 'negara yang dijanjikan', agak sulit ditentukan. Ada kata-kata yang menyebutkan bahwa negara ini mulai dari Sikhem (Nablus) dan kemudian mencakup daerah dari "sungai di Mesir" sampai ke kali Furat (di Irak); dan fasal yang ketiga mengatakan bahwa keturunan Ibrahim akan tersebar keempat penjuru angin.



Di sini sangat penting untuk diingat bahwa janji kekuasaan dari Nil sampai Furat dibuat sebelum kelahiran Ismail dan sebelum kelahiran Ishak, dan oleh karenanya daerah ini tak dapat dianggap semata-mata milik bangsa lsrael, kecuali pada masa kerajaan Sulaiman yang singkat; sedangkan untuk masa beratus-ratus tahun daerah ini diduduki oleh bangsa Arab.

Dari Kejadian 13:15 nyata bahwa Transyordania termasuk dalam janji kepada Ibrahim, sebab dipandang dari bukit di Bethel; tetapi janji itu sebelum kelahiran Ismail dan Ishak dan karenanya tak dapat dikatakan bahwa di seberang sungai Yordan adalah semata-mata untuk orang Israel.

Dalam Ulangan, Musa berkata kepada umatnya bahwa mereka harus pergi masuk dan menduduki daerah mulai dari Laut Tengah di Barat sampai sungai Furat di Timur; dan dan Najeb di Selatan sampai ke Libanon di Utara. Tetapi perintah ini tak dapat dilaksanakan oleh Bani Israil.

Mereka tidak mampu merebut daerah pesisir yang dikuasai orang-orang Filistin, dan mereka tidak pernah mampu memiliki pelabuhan-pelabuhan atau daerah pedalaman Funisia (Phoenicia).

Beberapa abad kemudian di bawah pemerintahan Daud, mereka merebut Damaskus, dan Daud membuat perjanjian persahabatan dengan Hiram, raja dari Tyre, sehingga ketika Raja Sulaiman mengadakan upacara peresmian Haikal dihadiri oleh utusan-utusan dari Utara (seperti dari kawasan Hama), dari Selatan sampai sejauh El-Arisj pada masa sekarang ini.

Walaupun demikian, sebelum berakhirnya masa pemerintahan Sulaiman, banyak dari daerah kerajaan Daud sudah direbut kembali oleh penguasa sebelumnya.



Siapa saja yang telah mempelajari sejarah lama, mengetahui tentang adanya peperangan yang terus menerus sehingga pada akhirnya dari kerajaan Yudea hanya tersisa daerah seluas beberapa ratus mil persegi di sekitar kota Yerusalem (Antara lain Qudus); dan ini pun kemudian dirampas oleh Babilonia kira-kira 600 tahun sebelum Kristus.

Ketiga, pada akhirnya, apakah janji itu dapat diganggu-gugat? "Ya, demikianlah," ujar Tharick Chehab. Perhatikanlah bahwa dua dari ayat-ayat dikutip di bawah: menggunakan kata-kata "untuk selamanya" dan "abadi."

Kedua kata ini adalah saduran dari aslinya dalam logat Ibrani. Kata Ibrani "olam" artinya "waktu lama" "tumpukan kotoran dulu," "pintu gerbang dulu," "semenjak dulu," dan semua istilah yang senada diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan "untuk selamanya" atau "abadi."

Misalnya, ahli Mazmur (psalmist) berkata: "Saya akan bernyanyi untuk selama lamanya," suatu istilah yang oleh seorang ahli penafsir dari Tulisan Suci sekali pun sukar membayangkan maksud arti kata itu dengan sebenarnya.

Ringkasnya, kata Tharick Chehab, dari hal-hal yang telah dikemukakan di atas, orang terpaksa menarik kesimpulan bahwa negara Palestina pada mulanya tidak hanya dijanjikan kepada orang-orang Yahudi semata-mata, dan bahwa janji pertama adalah tidak mutlak ("negeri ini" dan kemudian diperluas mencakup Trans Yordania, Syria, Libanon, dan daerah penggembalaan sampai ke Furat.

"Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tidak pernah ada suatu janji tanpa syarat tentang milik abadi, walaupun dengan maksud jangka panjang yang tidak terbatas," demikian Tharick Chehab.

(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1827 seconds (0.1#10.140)