Kisah Buraq yang Sempat Enggan Dinaiki Nabi SAW, Berapa Kecepatan Larinya?

Kamis, 26 Januari 2023 - 16:34 WIB
loading...
Kisah Buraq yang Sempat Enggan Dinaiki Nabi SAW, Berapa Kecepatan Larinya?
Salah satu ilustrasi tentang wujud Buraq dalam Ethnographices Museum, Kairo. Foto/Ilustrasi: NOJ/Flickr
A A A
Rasulullah SAW menggambarkan Buraq sebagai tunggangannya bersama malaikat Jibril saat melakukan isra dan mikraj cukup sederhana. Ia adalah seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal. Menariknya, Buraq itu sempat enggan dinaiki Nabi Muhammad SAW .

Al Imam Ibnu Katsir dalam menafsiri surat al-Isra ayat 1 menjelaskan, perjalanan Nabi kala itu kecepatanya melebihi kecepatan cahaya.



Diriwayatkan Imam Ahmad , Rasulullah SAW pernah bersabda seperti berikut: Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu seekor hewan yang berwarna putih; tubuhnya lebih tinggi dari keledai, tetapi lebih rendah dari baghal. Ia meletakkan kedua kaki depannya di ufuk batas jangkauan penglihatannya.

Aku menaikinya dan Jibril membawaku berjalan hingga sampailah aku di Baitul Muqaddas. Lalu aku menambatkan hewan itu di lingkaran tempat para nabi biasa menambatkan hewan tunggangannya.

Aku memasuki masjid dan melakukan sholat dua rakaat di dalamnya, sesudah itu aku keluar. Jibril menyuguhkan kepadaku sebuah wadah berisikan khamr dan sebuah wadah lagi berisikan susu. Maka aku memilih wadah yang berisi­kan air susu, dan Jibril berkata, "Engkau memperoleh fitrah."

Dalam sebuah hadis dari Musnad Ahmad diterangkan pada mulanya buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah SAW.

عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِالْبُرَاقِ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مُسَرَّجًا مُلَجَّمًا لِيَرْكَبَهُ فَاسْتَصْعَبَ عَلَيْهِ وَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا فَوَاللَّهِ مَا رَكِبَكَ أَحَدٌ قَطُّ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ قَالَ فَارْفَضَّ عَرَقًا

Artinya: Dari Qatadah, dari Anas, sesungguhnya Nabi Muhammad didatangkan Buraq yang sudah dipersiapkan pelananya untuk ditunggangi namun Buraq sulit dikendalikan (liar), kemudian Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata kepada Buraq: Apa yang menyebabkan engkau bersikap demikian (liar)? Demi Allah, tidak ada orang paling mulia yang akan menunggangi engkau kecuali beliau (Nabi Muhammad). Setelah itu Buraq mengucurkan keringatnya (karena malu).



Memahami bahwa dirinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad, maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh ta’dzim kepada Rasulullah. Kemudian mereka (Rasulullah, Jibril dan Buraq) bertiga berangkat bersama menuju Baitul Maqdis. Sebagaimana diterangkan dalam hadis riwayat Hakim dalam kitab Mustadrak:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ فَرَكِبْتُ خَلْفَ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَسَارَ بِنَا إِذَا ارْتَفَعَ ارْتَفَعَتْ رِجْلَاهُ ، وَإِذَا هَبَطَ ارْتَفَعَتْ يَدَاهُ

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah SAW berkata: Aku telah disediakan buraq, akupun duduk di belakang jibril dan berangkatlah bersama. Setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya.

Dari beberapa keterangan di atas dapat diambil poin sebagai berikut; Buraq adalah alat transportasi super cepat, memiliki bentuk seperti binatang tunggangan, ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal (peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai), warnanya putih.

Ciri berikutnya langkah kakinya sejauh ujung pandangan, bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan, tidak ada keterangan jelas terkait jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan, bersayap, dan seterusnya.

Kecepatan Buraq

Prof Agus Purwanto menjelaskan, peristiwa Isra Mikraj tidak bisa dijelaskan dengan Teori Relativitas Khusus yaitu dengan teori Kecepatan Cahaya, karena jika memakai teori tersebut, Rasulullah SAW belum keluar dari sistem tata surya. "Sehingga, untuk menjelaskan peristiwa tersebut bisa mengunakan Teori Relativitas Umum. Berarti mengisyaratkan adanya ruang dengan dimensi tinggi, immaterial atau gaib di sekitar kita," ungkap Guru Besar Teori Fisika ITS ini dalam sebuah Pengajian Online Memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.



Cahaya ini diketahui oleh ilmuan dan diidentifikasi bahwa kecepatan cahaya itu 300.000 km/detik. "Sehingga jika cahaya ini melingkar mengelilingi bumi, maka satu detik ini bisa mengelilingi bumi sekitar 6 sampai 7 kali,” jelasnya.

Ia meneruskan, Isra sebagai perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan Mikraj yang artinya bergerak ke langit ke tujuh (sidratul muntaha).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2424 seconds (0.1#10.140)