Guru Spiritual di Balik Sukses Penaklukan Konstantinopel

Kamis, 16 Juli 2020 - 08:08 WIB
loading...
A A A
Sultan Muhammad Al-Fatih memuliakan para tentara muslim yang telah menaklukkan Konstantinopel dengan memberi mereka hadiah. Dia mengadakan perjamuan dan pesta yang berlangsung selama tiga hari. Tempat-tempat umum dihias dengan indah. Sultan sendiri yang melayani para tentara itu sebagai pelaksanaan sabda Nabi Muhammad, “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”



Kemudian Syaikh yang alim dan wara’ tersebut, yaitu Syaikh Aaq Syamsuddin, bangkit menyampaikan pidato di hadapan mereka.

“Wahai tentara Islam! Ketahuilah dan ingatlah bahwa Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda mengenai kondisi kalian: ‘Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang menaklukkan)nya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.’ Kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semoga Dia memberi kita taufik dan mengampuni kita. Ingatlah, kalian tidak boleh berlebih-lebihan terhadap harta ghanimah yang kalian dapatkan. Kalian tidak boleh menghambur-hamburkannya. Gunakanlah harta tersebut untuk urusan kebaikan penduduk kota ini. Dengarkan, taati, dan cintailah Sultan kalian.”

Kemudian Syaikh Aaq Syamsuddin menoleh kepada Sultan Muhammad Al-Fatih. Dia berkata, “Wahai Sultanku! Anda telah menjadi penyejuk mata keluarga Utsman. Oleh karena itu, jadilah selalu mujahid fi sabilillah.” Kemudian dia meneriakkan takbir dengan suara sangat keras.



Setelah penaklukkan Konstantinopel, Syaikh Aaq Syamsuddin menemukan kuburan seorang sahabat yang mulia, Abu Ayyub Al-Anshari r.a. di sebuah tempat dekat pagar-pagar kota itu.

Penakluk Spiritual
Syaikh Syamsuddin begitu terhormat di mata sang Sultan. Muhammad al-Fatih, meski menjadi sultan yang kekuasannya meluas hingga separoh negeri Eropa, tidak pernah meremehkan nasihat Syaikh.

Sang Syaikh pun tidak pernah menjadi penjilat, tidak pernah memberi penghormatan berlebihan. Ia tidak takut kecuali kepada Allah. Karena itu, setiap kali sultan datang menziarahi, Syaikh Syamsuddin tidak pernah berdiri dari tempat duduknya untuk menyambutnya.



Justru sebaliknya, ketika yang menziarahi Sultan, maka Sultan-lah yang berdiri untuk menyambut gurunya tersebut lalu mencium tangannya. Jasa Syaikh Syamsuddin sangatlah besar untuk kesultanan Utsmani dan sultan al-Fatih. Beliau mendidik Sultan dengan dua hal besar: Pertama, melipatgandakan semangat gerakan jihad di dalam Dinasti Utsmani. Kedua, terus-menerus menanamkan dalam diri sultan Muhammad sejak kecil bahwa dialah yang dimaksudkan dalam hadis Nabi SAW itu.

Para ahli sejarah mengatakan bahwa Syaikh Syamsuddin itulah Sang Penakluk bagi konstantinopel. Dr. Al Shalabi bahkan menobatkan tokoh ini sebagai figur penting dibalik penaklukan konstantinopel. ( )

Bila Muhammad II adalah penakluk konstantinopel secara fisik dan geografis , maka Syaikh Aaq Syamsuddin -mewakili ulama Islam- adalah penakluk spritualnya. Dialah yang telah mengajarkan kepada Al-Fatih berbagai ilmu, baik ilmu setrategi perang maupun ilmu falak, sejarah dan matematika.

Selain Syaikh Aaq Syamsuddin, guru yang turut membentuk kepribadian dan karakter Muhammad Al-Fatih adalah Syaikh Ahmad Kurani. Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Ismail Al-Kurani, seorang ulama Kurdi. ( )

Beliau adalah salah satu tokoh yang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter awal Muhammad Al Fatih. Beliau adalah pengajarnya di masa pemerintahan Sultan Murad II, ayah Muhammad Al Fatih.

Pada masa kanak-kanak, Muhammad bukanlah anak yang mudah untuk menerima pelajaran. Bukan karena bodoh tetapi disebabkan dia tidak pernah mau menaati guru-gurunya.

Banyak guru yang didatangkan oleh sang ayah untuk mendidiknya, namun banyak yang mengalami kegagalan, hingga akhirnya Sultan Murad II mendatangkan Syaikh Ahmad al Kurani. Beliau adalah seorang guru yang memiliki kharisma yang tinggi serta memiliki sikap yang tegas. ( )

Sultan Murad membekali Syaikh Ahmad al Kurani dengan sebilah kayu untuk digunakan jika diperlukan. Pada pertemuan pertama, Al Kurani mengajar Muhammad al Fatih dengan membawa sebilah kayu tersebut. “Ini pemberian Sultan untuk memukulmu jika kamu tidak disiplin saat belajar,” ujar Syaikh al-Kurani.

Mendengar itu, Muhammad al Fatih malah tertawa. Seketika itu juga Syaikh Kurani memukul Muhammad dengan keras. Muhammad al-Fatih pun terkejut bukan kepalang. Dia tidak menyangka guru barunya benar-benar memukulnya. ( )

Sejak saat itu Muhammad Al Fatih mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dia menjadi anak yang patuh dan hormat terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1202 seconds (0.1#10.140)