Tradisi Meugang di Aceh, Menyembelih Ayam Juga Sah

Kamis, 16 Maret 2023 - 11:08 WIB
loading...
Tradisi Meugang di Aceh, Menyembelih Ayam Juga Sah
Meugang adalah tradisi berkumpul memakan daging bersama. Tradisi ini hanya ada di Aceh. Foto/ilustrasi: Okezone
A A A
Meugang atau makmeugang adalah tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut bulan Ramadan , lebaran Idul Fitri dan lebaran Idul Adha . Ini adalah tradisi berkumpul memakan daging bersama. Bagi yang tidak mampu membeli daging, menyembelih ayam hasil ternak sendiri juga tak soal.

Dalam buku berjudul "Perayaan Makmeugang dalam Perspektif Hukum Islam" karya Iskandar disebutkan tradisi ini telah muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh yaitu sekitar abad ke-14 M. Ali Hasjimy menyebutkan bahwa tradisi ini sudah dimulai sejak masa kerajaan Aceh Darussalam. Tradisi meugang ini dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama.



Pada hari itu, raja memerintahkan kepada balai fakir yaitu badan yang menangani fakir miskin dan dhuafa untuk membagikan daging, pakaian dan beras kepada fakir miskin dan dhuafa. Semua biayanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam.

Denys Lombard dalam bukunya “Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda” menyebutkan adanya upacara meugang di Kerajaan Aceh Darussalam, bahkan menurutnya, di sana ada semacam peletakan karangan bunga di makam para sultan.

Ada yang menyebutkan bahwa perayaan meugang ini dilaksanakan oleh Sultan Iskandar Muda sebagai wujud rasa syukur raja menyambut datangnya bulan Ramadan, sehingga dipotonglah lembu atau kerbau, kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada rakyat.

Setelah perang dan masuk penjajah Belanda, tradisi tersebut juga masih dilakukan yang dikoordinir oleh para hulubalang sebagai penguasa wilayah. Begitulah hingga saat ini tradisi meugang terus dilestarikan dan dilaksanakan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam kondisi apapun.



Tradisi Meugang dilaksanakan pada satu hari sebelum bulan Ramadan. Adapun pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa jenis yakni:

Pertama, meuripee. Masyarakat akan mengumpulkan uang kemudian hasil pengumpulan tersebut digunakan untuk membeli hewan sembelihan, yang nanti dagingnya akan dibagikan kepada orang-orang yang ikut mengumpulkan uang. Model ini dilakukan oleh mereka yang telah berpenghasilan tetap atau mapan.

Kedua, mereka yang membeli pada agen yang akan menyembelih di hari meugang. Model ini dilakukan dengan cara sang penyembelih akan berkeliling ke rumah-rumah untuk mencatat orang-orang yang akan mengambil daging, menentukan tempat penyembelihan dan jumlah lembu yang akan disembelih.

Ketiga, mereka yang membeli di pasar pada pedagang daging dua hari sebelum Ramadan. Biasanya harga daging akan naik 50% mendekati hari meugang, namun masyarakat tetap membelinya demi berlangsungnya tradisi meugang.

Keempat, mereka yang lebih memilih untuk menyembelih bebek atau ayam peliharaan sendiri daripada sapi atau lembu. Mereka yang termasuk dalam golongan ini biasanya adalah orang-orang yang kurang mampu.



Setelah mendapatkan daging untuk tradisi meugang, pelaksanaan memasak biasanya dimulai dua hari sebelum bulan puasa. Adapun jenis masakan yang akan dimasak tergantung pada kebiasaan daerahnya masing-masing. Di kabupaten Aceh Besar, misalnya, terkenal dengan masakannya Sie Ruboh dan Asam Keueng.

Adapula di Kabupaten Bireun, Aceh Utara, dan Lheoksumawe yang akan memasak kari pada hari meugang. Sementara di Kabupaten Aceh Barat akan memasak daging menjadi gulai merah.

Selain dilaksanakan guna menyambut bulan Ramadan, tradisi ini juga berfungsi sebagai acara untuk rekreasi ke laut ataupun ke sungai bersama warga dengan membawa makanan yang telah dimasak. Fungsi lainnya dari tradisi meugang adalah sebagai ajang kumpul keluarga.

Tradisi Meugang bukanlah tradisi murni yang berasal dari Islam. Kamaruzzaman dalam bukunya berjudul "Syariat Islam sebagai Living Tradition" menyebut tradisi ini lahir disebabkan oleh munculnya agama Islam di Aceh.

Terdapat dua penyebab tradisi ini termasuk ke dalam tafsir agama yakni meugang dilaksanakan sebelum bulan puasa, saat Idul Fitri dan Idul Adha serta meugang dijadikan sebagai ajang untuk bersedekah.



Tradisi meugang dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur dan senang orang-orang Aceh atas datangnya bulan Ramadan dengan memakan makanan yang enak yakni daging, serta sebagai ajang untuk berbagi makanan khususnya daging kepada mereka yang mungkin jarang atau hanya memakan daging saat hari meugang saja.

Biasanya acara berbagi makanan dalam tradisi meugang ini dilangsungkan dengan mengundang anak-anak yatim, fakir miskin, para janda, dan orangtua jompo yang berasal dari kampung masing-masing. Daging yang sudah dimasak dihidangkan dengan menu masakan lainnya. Adapun waktu pelaksanaan undangan makan bersama biasanya dilakukan pada waktu makan siang ataupun makan malam.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1781 seconds (0.1#10.140)