Hagia Sophia Pintu Masuk Dakwah Islam ke Daratan Eropa

Sabtu, 18 Juli 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Philip K. Hitti dalam History of The Arabs menambahkan penaklukan Konstantinopel secara formal mengantar negara ini pada satu era baru. Muhammad Al-Fatih telah mengantarkan kesultanan Utsmani mencapai puncak kejayaannya dan tersebarnya Islam ke berbagai bumi Eropa.

Pengaruh di Eropa
Maka wajar jika kaum Nasrani Barat sangat terpengaruh dengan kabar ditaklukannya Konstantinopel. Mereka dilanda rasa takut luar biasa, rasa duka yang dalam, serta gundah-gulana berkepanjangan. Hidup mereka dibayangi ketakutan jika sewaktu-waktu pasukan Islam akan menyerbu mereka dari arah Istambul.



Ash-Shalabi menyatakan para penyair dan sastrawan-sastrawan Barat berusaha sekuat mungkin meniupkan api kebencian dan semburan amarah ke dalam dada setiap warga Nasrani Eropa kepada Islam dan kaum muslimin.

Para pangeran dan raja-raja mengadakan pertemuan panjang dan terus-menerus. Mereka menyeru orang-orang Nasrani untuk melupakan perselisihan dan sengketa di antara mereka sendiri. Menurut Ash-Shalabi, kalau mau dikatakan, mungkin mereka akan berkata "Lupakan segala perbedaan. Mari bersatu menghadapi Turki Utsmani!”



Paus Nicholas V adalah orang yang paling terpukul dengan kabar jatuhnya Konstantinopel. Dia mengeluarkan semua tenaga, energi, waktu, dan semangat untuk menyatukan semua negara di Italia, serta mengobarkan semangat berperang melawan kaum muslimin.

Dia sendiri lalu memimpin sebuah konferensi di Roma. Dalam konfrensi tersebut diumumkan tekad negara-negara Eropa untuk membangun aliansi, saling bahu-membahu di antara mereka, serta mengerahkan semua kekuatan melawan musuh bersama.



Hampir saja aliansi negara-negara ini rampung, kalau saja Paus Nicholas V tidak meninggal akibat benturan keras, saat dia mendengar kabar jatuhnya Konstantinopel ke tangan orang-orang Utsmani. Kejatuhan kota itu telah menimbulkan kesedihan mendalam. Dia meninggal seketika dengan memendam duka-lara sangat dalam pada tanggal 25 Maret tahun 1455 M.

Ash-Shalabi juga menyebut Pangeran Philip dari Burgondia juga sangat bersemangat menyerukan raja-raja Nasrani untuk berperang melawan kaum muslimin. Apa yang dia lakukan diikuti para pangeran dan para jagoan penunggang kuda, serta pengikut fanatik agama Nasrani. Pemikiran untuk memerangi kaum muslimin ini menjelma menjadi “akidah suci” yang mendorong mereka menyerang negeri-negeri kaum muslimin. Tentu kita masih ingat slogan penjajahan Eropa, “Gold, Gospel, Glory” (emas, gereja, kejayaan).



Paus di Roma sendiri memimpin perang orang-orang Nasrani melawan kaum muslimin. Sedangkan Sultan Muhammad Al-Fatih selalu siaga dengan semua gerakan yang dilakukan pihak-pihak Nasrani. Dia merencanakan secara jeli dan merealisasikan strategi-strategi yang dianggap cocok untuk memperkuat pemerintahan dan negaranya, serta menghancurkan kekuatan musuh-musuhnya.

Sedangkan negara-negara yang bertetangga dengan Sultan Muhammad Al-Fatih seperti Amasia, Murah dan Trabzon, mereka terpaksa memendam perasaan yang tersimpan di dasar hati mereka sendiri. Secara zahir mereka menampakkan rasa kegembiraan dan mengutus utusan kepada Sultan di Adrianapole untuk memberi ucapan selamat atas kemenangan yang gilang gemilang itu.



Paus Pius ll dengan kemampuan khutbah berusaha sekuat tenaga membangun rasa kebencian memuncak di dalam dada orang orang Nasrani, baik masyarakat umum, kalangan raja-raja, atau para tentara. Sebagian dari negeri itu telah siap siaga untuk merealisasikan ambisi Paus Pius II untuk melumat pemerintahan Utsmani. Namun saat waktunya tiba, negara-negara Eropa urung berangkat karena mereka menghadapi banyak masalah di negeri mereka sendiri.

Perang 100 tahun yang berlangsung di Eropa telah memporak-porandakan lnggris dan Prancis; sedangkan Spanyol sedang disibukkan dengan pengusiran orang-orang muslim yang berada di Andalusia. ltalia berkonsentrasi menjalin hubungan dengan pemerintahan Utsmani, walaupun secara terpaksa, karena semata cinta harta.

Kampanye Salibisme ini berakhir dengan meninggalnya Paus Pius. Akhirnya Hungaria dan Venezia harus menghadapi pasukan Utsmani sendirian. Adapun Venezia segera mengadakan perjanjian damai secara jujur dengan pemerintahan Utsmani demi menjaga kepentingan-kepentingannya.



Hungaria akhirnya kalah sehingga tentara Utsmani berhasil menjadikan Serbia, Yunani, Valachi, dan Krym, serta pulau-pulau utama di Arkhabil sebagai bagian dari wilayahnya. Semua itu berlangsung dalam waktu sangat singkat. Sultan Muhammad Al-Fatih mampu menaklukkan mereka dan memporakporandakan kesatuan mereka dan mengambil negeri itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2995 seconds (0.1#10.140)