Ketika Ilmu Kalam Tak Lagi Menjadi Monopoli Kaum Muktazilah

Rabu, 05 April 2023 - 16:06 WIB
loading...
A A A
Epistemologi Ibn Taimiyah tidak mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi, termasuk interprestasi. Sebab baginya dasar ilmu pengetahuan manusia terutama ialah fitrah-nya: dengan fitrah itu manusia mengetahui tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan salah.

Fitrah yang merupakan asal kejadian manusia, yang menjadi satu dengan dirinya melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain, diperkuat oleh agama, yang disebut Ibn Taimiyah sebagai "fitrah yang diturunkan" (al-fithrah al-munazzalah). Maka metodologi kaum Kalam baginya adalah sesat.



Cak Nur mengatakan yang amat menarik ialah bahwa epistemologi Ibn Taimiyah yang Hanbali berdasarkan fitrah itu paralel dengan epistemologi Abu Ja'far Muhammad ibn Ali ibn al-Husayn Babwayh al-Qummi (wafat 381 H), seorang "ahli Ilmu Kalam" terkemuka kalangan Syi'ah.

Al-Qummi, dengan mengutip berbagai hadis, memperoleh penegasan bahwa pengetahuan tentang Tuhan diperoleh manusia melalui fitrah-nya, dan hanya dengan adanya fitrah itulah manusia mendapat manfaat dari bukti-bukti dan dalil-dalil.

Sejalan dengan itu, Ibn Taimiyah menegaskan, bahwa pangkal iman dan ilmu ialah ingat (dzikr) kepada Allah. "Ingat kepada Allah memberi iman, dan ia adalah pangkal iman .....pangkal ilmu."
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3069 seconds (0.1#10.140)