Lebih Rinci Mengenai Lailatulqadar, dari Waktu sampai Doa yang Perlu Dibaca
loading...
A
A
A
Di antara nikmat yang diberikan Sang Pencipta kepada umat ini adalah malam yang disifati sebagai malam penuh berkah karena banyaknya keberkahan, kebaikan dan keutamaan. Ia adalah malam Lailatulqadar . Ia memiliki kedudukan yang agung, padanya terdapat kemuliaan dan pahala yang berlebih.
Pada malam itu Allah turunkan al-Quran. Allah SWT berfirman:
قال تعالى: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatulqadar), dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu?” [ QS al-Qodar/97 : 1-2]
Firman-Nya pula:
قال تعالى: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” [ Ad-Dukhân/44 : 3]
Malam ini terdapat pada bulan Ramadan yang penuh berkah dan bukan pada bulan yang lain. Allah -Ta’âla- berfirman:
قال تعالى: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran…” [ QS Al-Baqarah/2 : 185]
Jamâz al-Jamâz dalam kitab "Keutamaan dan Ketentuan Lailatul Qadar" (IslamHouse, 2010 – 1431) menjelaskan malam ini dinamakan malam Lailatulqadar karena Allah mengqadar (menentukan) rizki dan ajal, seluruh kejadian alam, menentukan siapa yang hidup dan mati, yang selamat dan yang celaka, yang bahagia dan yang sengsara, yang kaya dan melarat, yang mulia dan yang terhina, musim kemarau dan musim panen serta segala yang Allah inginkan pada tahun itu, kemudian mengabarkannya kepada malaikat untuk merealisasikannya, sebagaimana firman Allah SWT.
قال تعالى: فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [QS Ad-Dukhân/44: 4]
Jamâz al-Jamâz mengatakan itu adalah takdir tahunan dan takdir khusus. Adapun takdir umum, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi telah lebih dulu ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam hadis-hadis sahih.
Allah telah menyitir kemuliaan malam ini dan menunjukkan keagungannya. Allah SWT berfirman:
قال تعالى: وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu? Malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu lebih baik dari seribu bulan.” [QS al-Qadr/97: 2-3]
Siapa yang ibadahnya di waktu itu diterima, menyamai ibadah selama 1000 tahun, setara kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini adalah pahala yang besar, dan balasan yang agung atas amal yang ringan dan sedikit.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang shalat pada malam Lailatulqadar dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR Al-Bukhari di dalam sahihnya no. 1901]
Menghidupkan malamnya karena percaya dengan janji pahala dan mengharap balasan, bukan karena hal lain. Penentunya adalah kesungguhan dan ikhlas, sama saja mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.
Waktu Lailatulqadar
Adapun waktu turunnya lailatulqqadar, terdapat berita dari Rasulullah SAW adalah malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam Ramadhan.
Imam Syafi’i berkata: “Menurutku –wallahu a’lam– bahwa Nabi SAW menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Ketika ditanyakan kepadanya: ‘Apakah kita menantikannya pada malam demikian?’ Beliau menjawab: ‘Nantikanlah pada malam demikian’.”
Ulama berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatulqadar hingga terdapat 40 pendapat. Hal itu disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bâri. Pendapat tersebut sebagiannya lemah, sebagian lagi ganjil dan sebagian lagi batil.
Menurut Jamâz al-Jamâz, yang sahih dalam hal ini adalah hari-hari ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29 sebagaimana hadis Aisyah ra, dia berkata:
“Dahulu Rasulullah SAW menantikan Lailatulqadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan. Dan bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Upayakan malam Lailatulqadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.” [HR Al-Bukhari no. 2017]
Bilamana seseorang lelah dan melemah kesungguhannya, hendaknya mengupayakannya pada tujuh hari ganjil terakhir, 25, 27, 29 sebagaimana hadis Abdullah Ibn Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda:
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Nantikanlah Lailatulqadr pada sepuluh hari terakhir, jika lemah dan tidak sanggup, jangan terluput 7 hari yang tersisa.” [HR Muslim no.2822 dan Ahmad II/44,75]
Dengan perincian ini hadis-hadis tersebut menjadi saling mendukung dan tidak bertentangan. Yang lebih dekat kepada dalil bahwa malam Lailatulqadar berpindah-pindah, tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahunnya.
Sekali waktu terjadi pada malam 21, pada waktu lain 23, 25, 27, 29, dan tidak dapat dipastikan.
Pembuat syariat yang Maha Bijaksana telah merahasiakan waktunya agar kita tidak hanya bergantung pada malam tertentu saja dan meninggalkan amal serta ibadah pada sisa malam-malam Ramadan yang lain. Dengan demikian dihasilkan kesungguhan pada seluruh malam hingga dia mendapatkan malam itu.
Ibnu Taimiyah berkata: “Terkadang Allah memperlihatkan kepada sebagian manusia dalam tidur atau dengan sadar sehingga dia melihat cahayanya, atau mendengar ada yang berbicara kepadanya bahwa malam itu adalah Lailatulqadr. Terkadang dibukakan hatinya menyaksikan apa-apa yang menjelaskan terjadinya malam itu.”
Menurut Imam An-Nawawi , Allah telah memperlihatkan kepada siapa saja dari bani Adam dengan kehendak-Nya setiap tahun di bulan Ramadan, sebagaimana diperlihatkan kejadian-kejadian dan dikabarkan oleh orang-orang saleh tentangnya. "Kesaksian mereka yang telah melihatnya tidak sedikit," katanya.
Al-Hafidz Ibn Hajar menukilkan, bahwa siapa yang melihat malam Lailatulqadar disukai untuk merahasiakannya dan tidak mengabarkannya kepada seorang pun, hikmahnya bahwa hal itu adalah karomah, dan karomah sepatutnya dirahasiakan tanpa khilaf.
Tanda Lailatulqadar
Lailatulqadar tidak khusus untuk umat ini, akan tetapi umum, untuk umat Muhammad dan umat terdahulu seluruhnya. Di antara tanda Lailatulqadar yang bisa diketahui, sebagaimana hadis Ubay Ibn Ka’ab ra bahwa Nabi SAW bersabda:
تَطْلُعَ الشَّمْسُ في صَبِيحَةِ يَومِهَا بَيْضَاءَ لا شُعَاعَ لَهَا
“Matahari terbit pada pagi Lailatul Qadr cahayanya putih tidak terik.” [HR. Muslim]
Maksudnya adalah hal itu terjadi karena banyaknya Malaikat pada malam itu yang turun naik ke langit sehingga cahaya terik matahari tertutupi oleh sayap-sayap dan tubuh mereka.”
Adapun tanda-tanda lain, tidak ada hadis sahih yang menetapkannya, seperti: malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, bintang tidak terlihat atau setan tidak sanggup keluar dengan terbitnya matahari di hari itu.
Terdapat tanda yang tidak ada dasarnya sama sekali dan tidak sahih, seperti: pohon yang bersujud ke bumi kemudian kembali posisinya semula, air asin akan berubah menjadi manis, anjing tidak menggonggong dan cahaya ada di mana-mana.
Malam Lailatulqadar tidak khusus bagi mereka yang sedang salat saja, tetapi juga bagi wanita yang sedang nifas dan haid, musafir dan mukim.Dhohak berkata: “Mereka semua memiliki bagian pada malam Lailatulqadar. Siapa saja yang diterima amalannya akan Allah beri dia bagiannya dari malam Lailatulqadr itu.”
Hendaknya seseorang itu menyibukkan kebanyakan waktunya dengan doa dan salat. Imam Syafi’i berkata: “Disukai memulai kesungguhannya di siang hari seperti kesungguhannya di malam hari.”
Doa Lailatulqadar
Sufyan ats-Tsauri mengatakan berdoa pada malam hari lebih aku sukai dari salat, dan doa di malam Lailatulqadar masyhur dan terkenal di antara para sahabat.
"Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudara dan saudariku yang mulia untuk memilih doa-doa simpel yang terdapat di dalam al-Quran, yang dahulu Nabi SAW berdoa dengannya atau menganjurkannya," ujarnya.
Perlu kita semua tahu bahwa tidak ada doa khusus pada malam Lailatulqadar yang tidak dibaca selain ia saja, akan tetapi setiap muslim berdoa dengan yang sesuai keadaannya. Dari doa yang terbaik yang dipanjatkan pada malam yang penuh berkah ini adalah apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah dari Aisyah ra dia berkata:
لو علمتُ أي ليلةٍ ليلة القدر، لكان أكثر دعائي فيها أن أسأل الله العفو والعافية
“Seandainya aku tahu kapan malam Lailatulqadar itu, niscaya doa yang banyak aku panjatkan adalah meminta pengampunan dan keafiatan.”
Demikianlah setiap muslim berupaya untuk berdoa dengan doa yang jâmiah (simpel) dari doa-doa Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- yang terekam dalam banyak situasi dan kondisi, yang khusus maupun umum.
An-Nawawi berkata: “Disukai memperbanyak doa bagi kepentingan kaum muslimin pada malam itu, dan ini adalah syiar orang-orang saleh, dan hamba-hamba-Nya yang mengetahui.”
Pada malam itu Allah turunkan al-Quran. Allah SWT berfirman:
قال تعالى: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (Lailatulqadar), dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu?” [ QS al-Qodar/97 : 1-2]
Firman-Nya pula:
قال تعالى: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” [ Ad-Dukhân/44 : 3]
Malam ini terdapat pada bulan Ramadan yang penuh berkah dan bukan pada bulan yang lain. Allah -Ta’âla- berfirman:
قال تعالى: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran…” [ QS Al-Baqarah/2 : 185]
Jamâz al-Jamâz dalam kitab "Keutamaan dan Ketentuan Lailatul Qadar" (IslamHouse, 2010 – 1431) menjelaskan malam ini dinamakan malam Lailatulqadar karena Allah mengqadar (menentukan) rizki dan ajal, seluruh kejadian alam, menentukan siapa yang hidup dan mati, yang selamat dan yang celaka, yang bahagia dan yang sengsara, yang kaya dan melarat, yang mulia dan yang terhina, musim kemarau dan musim panen serta segala yang Allah inginkan pada tahun itu, kemudian mengabarkannya kepada malaikat untuk merealisasikannya, sebagaimana firman Allah SWT.
قال تعالى: فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [QS Ad-Dukhân/44: 4]
Jamâz al-Jamâz mengatakan itu adalah takdir tahunan dan takdir khusus. Adapun takdir umum, lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi telah lebih dulu ditetapkan sebagaimana yang terdapat dalam hadis-hadis sahih.
Allah telah menyitir kemuliaan malam ini dan menunjukkan keagungannya. Allah SWT berfirman:
قال تعالى: وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu? Malam kemuliaan (Lailatulqadar) itu lebih baik dari seribu bulan.” [QS al-Qadr/97: 2-3]
Siapa yang ibadahnya di waktu itu diterima, menyamai ibadah selama 1000 tahun, setara kurang lebih 83 tahun 4 bulan. Ini adalah pahala yang besar, dan balasan yang agung atas amal yang ringan dan sedikit.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang shalat pada malam Lailatulqadar dengan iman dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR Al-Bukhari di dalam sahihnya no. 1901]
Menghidupkan malamnya karena percaya dengan janji pahala dan mengharap balasan, bukan karena hal lain. Penentunya adalah kesungguhan dan ikhlas, sama saja mengetahuinya atau tidak mengetahuinya.
Waktu Lailatulqadar
Adapun waktu turunnya lailatulqqadar, terdapat berita dari Rasulullah SAW adalah malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam Ramadhan.
Imam Syafi’i berkata: “Menurutku –wallahu a’lam– bahwa Nabi SAW menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Ketika ditanyakan kepadanya: ‘Apakah kita menantikannya pada malam demikian?’ Beliau menjawab: ‘Nantikanlah pada malam demikian’.”
Ulama berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatulqadar hingga terdapat 40 pendapat. Hal itu disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bâri. Pendapat tersebut sebagiannya lemah, sebagian lagi ganjil dan sebagian lagi batil.
Menurut Jamâz al-Jamâz, yang sahih dalam hal ini adalah hari-hari ganjil pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29 sebagaimana hadis Aisyah ra, dia berkata:
“Dahulu Rasulullah SAW menantikan Lailatulqadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan. Dan bersabda:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Upayakan malam Lailatulqadar pada hari ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan.” [HR Al-Bukhari no. 2017]
Bilamana seseorang lelah dan melemah kesungguhannya, hendaknya mengupayakannya pada tujuh hari ganjil terakhir, 25, 27, 29 sebagaimana hadis Abdullah Ibn Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda:
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Nantikanlah Lailatulqadr pada sepuluh hari terakhir, jika lemah dan tidak sanggup, jangan terluput 7 hari yang tersisa.” [HR Muslim no.2822 dan Ahmad II/44,75]
Dengan perincian ini hadis-hadis tersebut menjadi saling mendukung dan tidak bertentangan. Yang lebih dekat kepada dalil bahwa malam Lailatulqadar berpindah-pindah, tidak tetap pada satu malam tertentu setiap tahunnya.
Sekali waktu terjadi pada malam 21, pada waktu lain 23, 25, 27, 29, dan tidak dapat dipastikan.
Pembuat syariat yang Maha Bijaksana telah merahasiakan waktunya agar kita tidak hanya bergantung pada malam tertentu saja dan meninggalkan amal serta ibadah pada sisa malam-malam Ramadan yang lain. Dengan demikian dihasilkan kesungguhan pada seluruh malam hingga dia mendapatkan malam itu.
Ibnu Taimiyah berkata: “Terkadang Allah memperlihatkan kepada sebagian manusia dalam tidur atau dengan sadar sehingga dia melihat cahayanya, atau mendengar ada yang berbicara kepadanya bahwa malam itu adalah Lailatulqadr. Terkadang dibukakan hatinya menyaksikan apa-apa yang menjelaskan terjadinya malam itu.”
Menurut Imam An-Nawawi , Allah telah memperlihatkan kepada siapa saja dari bani Adam dengan kehendak-Nya setiap tahun di bulan Ramadan, sebagaimana diperlihatkan kejadian-kejadian dan dikabarkan oleh orang-orang saleh tentangnya. "Kesaksian mereka yang telah melihatnya tidak sedikit," katanya.
Al-Hafidz Ibn Hajar menukilkan, bahwa siapa yang melihat malam Lailatulqadar disukai untuk merahasiakannya dan tidak mengabarkannya kepada seorang pun, hikmahnya bahwa hal itu adalah karomah, dan karomah sepatutnya dirahasiakan tanpa khilaf.
Tanda Lailatulqadar
Lailatulqadar tidak khusus untuk umat ini, akan tetapi umum, untuk umat Muhammad dan umat terdahulu seluruhnya. Di antara tanda Lailatulqadar yang bisa diketahui, sebagaimana hadis Ubay Ibn Ka’ab ra bahwa Nabi SAW bersabda:
تَطْلُعَ الشَّمْسُ في صَبِيحَةِ يَومِهَا بَيْضَاءَ لا شُعَاعَ لَهَا
“Matahari terbit pada pagi Lailatul Qadr cahayanya putih tidak terik.” [HR. Muslim]
Maksudnya adalah hal itu terjadi karena banyaknya Malaikat pada malam itu yang turun naik ke langit sehingga cahaya terik matahari tertutupi oleh sayap-sayap dan tubuh mereka.”
Adapun tanda-tanda lain, tidak ada hadis sahih yang menetapkannya, seperti: malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, bintang tidak terlihat atau setan tidak sanggup keluar dengan terbitnya matahari di hari itu.
Terdapat tanda yang tidak ada dasarnya sama sekali dan tidak sahih, seperti: pohon yang bersujud ke bumi kemudian kembali posisinya semula, air asin akan berubah menjadi manis, anjing tidak menggonggong dan cahaya ada di mana-mana.
Malam Lailatulqadar tidak khusus bagi mereka yang sedang salat saja, tetapi juga bagi wanita yang sedang nifas dan haid, musafir dan mukim.Dhohak berkata: “Mereka semua memiliki bagian pada malam Lailatulqadar. Siapa saja yang diterima amalannya akan Allah beri dia bagiannya dari malam Lailatulqadr itu.”
Hendaknya seseorang itu menyibukkan kebanyakan waktunya dengan doa dan salat. Imam Syafi’i berkata: “Disukai memulai kesungguhannya di siang hari seperti kesungguhannya di malam hari.”
Doa Lailatulqadar
Sufyan ats-Tsauri mengatakan berdoa pada malam hari lebih aku sukai dari salat, dan doa di malam Lailatulqadar masyhur dan terkenal di antara para sahabat.
"Hendaknya engkau bersungguh-sungguh wahai saudara dan saudariku yang mulia untuk memilih doa-doa simpel yang terdapat di dalam al-Quran, yang dahulu Nabi SAW berdoa dengannya atau menganjurkannya," ujarnya.
Perlu kita semua tahu bahwa tidak ada doa khusus pada malam Lailatulqadar yang tidak dibaca selain ia saja, akan tetapi setiap muslim berdoa dengan yang sesuai keadaannya. Dari doa yang terbaik yang dipanjatkan pada malam yang penuh berkah ini adalah apa yang dikeluarkan oleh an-Nasai dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah dari Aisyah ra dia berkata:
لو علمتُ أي ليلةٍ ليلة القدر، لكان أكثر دعائي فيها أن أسأل الله العفو والعافية
“Seandainya aku tahu kapan malam Lailatulqadar itu, niscaya doa yang banyak aku panjatkan adalah meminta pengampunan dan keafiatan.”
Demikianlah setiap muslim berupaya untuk berdoa dengan doa yang jâmiah (simpel) dari doa-doa Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- yang terekam dalam banyak situasi dan kondisi, yang khusus maupun umum.
An-Nawawi berkata: “Disukai memperbanyak doa bagi kepentingan kaum muslimin pada malam itu, dan ini adalah syiar orang-orang saleh, dan hamba-hamba-Nya yang mengetahui.”
(mhy)