Al-Fatih Sebaik-Baik Pemimpin, Pasukannya Sebaik-baik Pasukan
loading...
A
A
A
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
”Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi ini, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuh subur tanaman-tanaman dengan air itu. Di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti (kekal) menguasainya, tiba-tiba datanglah azab Kami di waktu malam atau siang, lau Kami jadikan (tanaman-tanaman itu) laksana tanaman yang sudah diketam (dibabat habis), seakan-akan belum pernah tumbuh sebelumnya. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orangyang berpikir.” (QS Yunus: 24).
Begitu juga disebutkan, “Katakanlah: 'Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” (An-Nisaa’: 77)
2. Bahwa sesungguhnya semua makhluk itu akan kembali kepada Allah. Mereka akan dimintai pertanggung-jawaban atas perbuatan mereka, dan akan dihisab sehingga bisa ditentukan apakah mereka akan menghuni surga atau neraka? ’Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpa pertanggungjawaban)?” (Al-Qiyamah: 36)
3. Kenikmatan surga akan melupakan segala kelelahan dan kepahitan hidup di dunia. Demikian juga siksa neraka akan melupakan semua kesenangan dan kemanisan di dunia.
”Maka bagaimana pendapat mu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup bertahun-tahun; kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepadanya? Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang selalu mereka menikmatinya.” [AsySyu’ara’: 205-207)
4. Sesungguhnya kehidupan manusia setelah hancurnya dunia dan mereka tinggal di surga atau neraka, mereka akan mengalami suatu masa yang panjang "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu; sesungguhnya guncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat bergt (dahsyat). Pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, aemua tia[ wanita yang menyusui anaknya mengabaikan anak yang disusuinya dan setiap wanita hamil gugur kandungannya, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenamya mereka tidak mabuk, akan tetapi siksaan Allah itu sangat kerasnya.” (Al-Hajj: 1-2).
Begitu juga disebutkan, "Maka bagaimanakah kamu akan menyelamatkan dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban? Langit (pun) rnenjadi pecah-belah karena Allah, janji-Nya itu pasti terlaksana.” (Al-Muzzamil: 17-18)
5. Sedangkan jalan menuju keselamatan dari semua guncangan dan kepedihan, serta mencapai surga dan dijauhkan dari neraka adalah dengan beriman kepada Allah, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai-Nya. Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, bagi mereka surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Buruuj: 11)
Para Ulama Rabbani dalam pemerintahan Bani Utsmani selalu berjalan di atas manhaj Rasulullah dalam memberikan pencerahan kepada individu, tentara, pimpinan dan rakyat secara keseluruhan. Mereka terus menerus berada di atas jalan ini, sehingga semua itu mengkristal dalam pikiran, mengendap dalam jiwa, dan nyata menjadi peradaban.
Berkat pendidikan yang mulia ini, lahirlah kekuatan insani dahsyat dari segala sisi. Muhammad Al-Fatih sendiri yang terdidik dalam pendidikan Rabbani merasa bangga dengan makna-makna dan nilai-nilainya yang begitu agung. Hal ini bisa kita dapatkan di dalam syairnya:
”Wa Hamasi (dan semangatku); Adalah mengeluarkan semua upaya
untuk mengabdi pada agama saya, agama Allah.
Wa Azmi (tekadku); Saya akan membuat orang-orang kafir bertekuk-lutut
dengan balatentaraku, berkat kelembutan Allah.
Wa Tafkiri (dan pusat pikiranku); Terpusat pada kemenangan yang
datang dari rahmat Allah.
Wa Jihadi (jihadku); Adalah dengan jiwa raga dan harta benda.
Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Allah?
Wa Asywaqi (kerinduanku); dan perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridha Allah.
Wa Rajai (harapanku); Adalah pertolongan Allah, dan kemenangan negara ini atas musuh-musuh Allah.”
”Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi ini, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuh subur tanaman-tanaman dengan air itu. Di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti (kekal) menguasainya, tiba-tiba datanglah azab Kami di waktu malam atau siang, lau Kami jadikan (tanaman-tanaman itu) laksana tanaman yang sudah diketam (dibabat habis), seakan-akan belum pernah tumbuh sebelumnya. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orangyang berpikir.” (QS Yunus: 24).
Begitu juga disebutkan, “Katakanlah: 'Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” (An-Nisaa’: 77)
2. Bahwa sesungguhnya semua makhluk itu akan kembali kepada Allah. Mereka akan dimintai pertanggung-jawaban atas perbuatan mereka, dan akan dihisab sehingga bisa ditentukan apakah mereka akan menghuni surga atau neraka? ’Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpa pertanggungjawaban)?” (Al-Qiyamah: 36)
3. Kenikmatan surga akan melupakan segala kelelahan dan kepahitan hidup di dunia. Demikian juga siksa neraka akan melupakan semua kesenangan dan kemanisan di dunia.
”Maka bagaimana pendapat mu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup bertahun-tahun; kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepadanya? Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang selalu mereka menikmatinya.” [AsySyu’ara’: 205-207)
4. Sesungguhnya kehidupan manusia setelah hancurnya dunia dan mereka tinggal di surga atau neraka, mereka akan mengalami suatu masa yang panjang "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu; sesungguhnya guncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat bergt (dahsyat). Pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, aemua tia[ wanita yang menyusui anaknya mengabaikan anak yang disusuinya dan setiap wanita hamil gugur kandungannya, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenamya mereka tidak mabuk, akan tetapi siksaan Allah itu sangat kerasnya.” (Al-Hajj: 1-2).
Begitu juga disebutkan, "Maka bagaimanakah kamu akan menyelamatkan dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban? Langit (pun) rnenjadi pecah-belah karena Allah, janji-Nya itu pasti terlaksana.” (Al-Muzzamil: 17-18)
5. Sedangkan jalan menuju keselamatan dari semua guncangan dan kepedihan, serta mencapai surga dan dijauhkan dari neraka adalah dengan beriman kepada Allah, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai-Nya. Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, bagi mereka surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Buruuj: 11)
Para Ulama Rabbani dalam pemerintahan Bani Utsmani selalu berjalan di atas manhaj Rasulullah dalam memberikan pencerahan kepada individu, tentara, pimpinan dan rakyat secara keseluruhan. Mereka terus menerus berada di atas jalan ini, sehingga semua itu mengkristal dalam pikiran, mengendap dalam jiwa, dan nyata menjadi peradaban.
Berkat pendidikan yang mulia ini, lahirlah kekuatan insani dahsyat dari segala sisi. Muhammad Al-Fatih sendiri yang terdidik dalam pendidikan Rabbani merasa bangga dengan makna-makna dan nilai-nilainya yang begitu agung. Hal ini bisa kita dapatkan di dalam syairnya:
”Wa Hamasi (dan semangatku); Adalah mengeluarkan semua upaya
untuk mengabdi pada agama saya, agama Allah.
Wa Azmi (tekadku); Saya akan membuat orang-orang kafir bertekuk-lutut
dengan balatentaraku, berkat kelembutan Allah.
Wa Tafkiri (dan pusat pikiranku); Terpusat pada kemenangan yang
datang dari rahmat Allah.
Wa Jihadi (jihadku); Adalah dengan jiwa raga dan harta benda.
Lalu apa makna dunia setelah ketaatan kepada perintah Allah?
Wa Asywaqi (kerinduanku); dan perang ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridha Allah.
Wa Rajai (harapanku); Adalah pertolongan Allah, dan kemenangan negara ini atas musuh-musuh Allah.”