Wasiat Rasulullah SAW kepada Mu’adz bin Jabal tentang Kematian

Rabu, 26 April 2023 - 15:12 WIB
loading...
A A A
Nabi SAW bersabda dalam hadis Abu Hurairah ra:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (yaitu kematian). [HR. at-Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Hibban no. 2992. Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3434]

Dalam hadis lain, Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal adalah orang pandai. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Ibnu Umar ra bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan Anshar yang bertanya kepada Nabi SAW tentang orang Mukmin manakah yang paling cerdas, maka beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. [HR. Ibnu Majah no. 4259. Dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah no. 1384]



Manfaat Mengingat Kematian
Banyak manfaat yang akan didapatkan seseorang jika ia memperbanyak mengingat kematian, di antaranya adalah:

1. Mendorong untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia, juga mengantarkannya untuk bersikap qana’ah (merasa cukup) terhadap dunia. Karena ia memahami bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi, sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang fana.

Allah SWT berfirman, “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al A’lâ/ 87: 17)

2. Menjadikan seseorang merasa ringan dalam menghadapi musibah yang menimpanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadis Abu Hurairah:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ, وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atasnya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu lapang (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atasnya. [HR ath-Thabarani dan al-Hakim]

3. Mendorongnya untuk bersemangat beribadah, karena ia memahami bahwa kehidupan dan kematian adalah hakikatnya untuk menguji siapakah yang lebih baik amalnya.

ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ

Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. [ QS Al Mulk/67 :2]



Para Ulama terdahulu dari kalangan sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin sangat perhatian dengan masalah mengingat kematian, sangat antusias dalam mengambil pelajaran darinya, sangat mengharapkan husnul khatimah dan sangat khawatir dari su’ul khatimah.

Disebutkan dari Abu Hurairah ra bahwa apabila ia melihat ada yang memikul jenazah, maka ia mengatakan, “Berangkatlah menuju Rabbmu, sesungguhnya kami juga akan segera menyertaimu.”

Dan al A’masy berkata, “ Dahulu kami menghadiri jenazah, maka kami tidak tahu kepada siapa kami memberikan ta’ziah karena kesedihan telah meliputi semua orang.”
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1419 seconds (0.1#10.140)