Memaknai Keberkahan Ramadan (28): Mukjizat Al-Qur'an sebagai Petunjuk Hidup

Rabu, 03 Mei 2023 - 18:20 WIB
loading...
Memaknai Keberkahan Ramadan (28): Mukjizat Al-Quran sebagai Petunjuk Hidup
Imam Shamsi Ali, Dai yang juga Direktur Jamaica Muslim Center dan Presiden Nusantara Foundation. Foto/Ist
A A A
Imam Shamsi Ali
Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Nusantara Foundation

Al-Qur'an yang diturunkan secara menyeluruh (jumlatan wahidatan) di malam yang istimewa itu, pada dirinya sangat Istimewa. Keistimewaan Al-Qur'an itu ada pada segala aspeknya. Tidak ada yang terkait Al-Qur'an kecuali menjadi Istimewa.

Bulan dan malam diturunkannya menjadi Istimewa. Itulah Ramadan dan Lailatul Qadar. Rasul yang menerimanya menjadi Sayyid al-ambiya wal mursaliin (penghulu para Nabi dan Rasul). Umat yang padanya ditujukan Al-Qur'an menjadi khaer ummah (umat terbaik).

Al-Qur'an sendiri menjadi Kitab Suci yang Istimewa karena dipilih menjadi Kitab suci yang mengandung segala kandungan kitab-kitab suci lainnya. Artinya apa yang ada di Taurat, Injil, Zabur, maupun Shuhuf Ibrahim, semuanya terwakilkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Dan Al-Qur'an diturunkan untuk seluruh manusia di seluruh tempat dan waktu.

Jika Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud disebut Perjanjian Lama (Old Testament) dan Injil yang diturunka kepada Nabi Isa disebut Perjanjian Baru (New Testament). Maka Al-Qur'an dapat disebut sebagai Perjanjian Final (Final Testament) yang diturunkan untuk umat manusia.

Secara sederhana Al-Qur'an didefenisikan sebagai Kalam Allah yang bersifat Mukjizat yang diturunkan kepada Muhammad, dan membacanya bernilai ibadah.

Defenisi ini mengandung empat poin utama:

Pertama, bahwa Al-Qur'an itu adalah Kalam Allah. Sehingga Kalam yang lain dengan sendirinya tersisihkan (excluded). Bahkan kalam (Kata-kata) Muhammad SAW juga tidak menjadi bagian dari Al-Qur'an.

Kedua, bahwa Al-Qur'an itu adalah mukjizat terpenting dan terutama Rasulullah SAW. Mukjizat yang bersifat abadi dan hadir pada masa-masa yang menantang. Di saat bahasa manusia menjadi keangkuhannya Al-Qur'an hadir menantang dengan bahasa yang mengalahkan (mu'jiz). Ketika keilmuan manusia menjadi keangkuhan, Al-Qur’an hadir menantang dengan fakta-fakta keilmuan yang mengalahkan (mu'jiz). Demikian seterusnya.

Ketiga, bahwa Al-Qur'an itu diturunkan kepada Muhammad SAW. Dengan demikian semua pengakuan akan adanya wahyu yang diturunkan kepada selain Muhammad batal dengan sendirinya. Termasuk pengakuan kaum Syiah tentang 1/3 wahyu yang diturunkan kepada Ali (Karramallahu wajhah).

Keempat, bahwa membaca Al-Qur'an itu berbeda dari membaca buku-buku atau kitab lainnya. Hanya Al-Qur'an yang ketika membacanya bernilai ibadah. Bahkan setiap huruf bernilai 10 pahala seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.

Jika kita mengkaji makna-makna kemukjizatan Al-Qur'an maka pembahasannya tidak akan habis. Saya hanya ingin menyampaikan sekali lagi bahwa kemukjizatan Al-Qur'an yang terpenting Al-Qur'an ada pada "Al-i'jaaz ar-ruuhi" atau kemukjizatan ruhiyah. Yaitu sebuah kekuatan batin yang membawa perombakan dahsyat dalam kehidupan manusia. Baik pada tataran individu maupun jamaah (publik).

Al-Qur'an-lah yang merubah Umar Ibnu Khattab dari kejahilan yang dalam menjadi seorang Umar Al-Faaruuq. Al-Qur'an pula yang merubah Bilal Ibnu Rabah dari seseorang dengan mentalitas yang hina menjadi seseorang dengan mentalitas yang penuh izzah (kemuliaan). Pada tataran kolektif Al-Qur'an-lah yang merubah Jazirah Arab dari kegelapan ke cahaya yang terang benderang (minaz zulumat ilan nuur).

Pengalaman dakwah di Amerika membuka mata betapa dahsyatnya Al-Qur'an merubah manusia. Dari seseorang yang marah dan benci menjadi seseorang yang simpati bahkan menerima, mencintai dan membela kebenaran.

Satu contoh yang pernah saya sampaikan adalah seseorang yang saya temui 4 hari Pasca Peristiwa 9/11. Hari itu adalah hari Jumat. Di pagi hari saya bersama beberapa tokoh agama New York diminta mendampingi Presiden Bush mengunjungi Ground Zero. Lalu di sore hari ada "memorial service" atau mendoakan mereka yang ditimpa musibah dengan serangan itu.

Singkatnya setelah saya berdoa saya didatangi oleh seorang pria berkulit putih dan mengenalkan diri sebagai Muslim. Awalnya saya tidak Percaya. Bahkan curiga jangan-jangan dia mata-mata atau FBI.

Setelah acara selesai saya dekati dan bertanya: "Kapan Anda masuk Islam?". Saya terkejut dengan jawabannya: "Baru hari kemarin."

Saya terkejut karena hari-hari itu orang-orang Amerika marah, curiga dan membenci Islam. Kok bisa masuk Islam?

Jawabannya adalah karena Al-Qur'an. Menurutnya pada hari kejadian 9/11 dia menonton salah satu kanal TV Amerika. Dan salah seorang penyiar (anchor) TV itu menyebut pelaku teror itu terinspirasi oleh Al-Qur'an. Maka dia pergi mencari toko di mana dia dapat membeli Al-Qur'an. Dia ternyata membelinya di sebuah toko buku di Masjid 96st street.

Dia membeli dan membaca Al-Qur'an bukan untuk mengetahui isinya. Tapi untuk mencari pembenaran jika memang Al-Qur'an itu adalah Inspirasi terror. Menurutnya lagi, dia baca Al-Qur'an itu dua hari dua malam untuk menemukan Inspirasi teror itu. Tapi menurutnya lagi: "The more I tried to find that terror inspiration, the more I feel attracted to read it. And the more I read it the more I found the opposite of the terror" (semakin saya baca Al-Qur'an semakin saya jatuh hati. Dan semakin saya baca semakin saya tidak menemukan Inspirasi teror, tapi sebaliknya/kedamaian).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1870 seconds (0.1#10.140)