Abdurrahman bin Auf Pernah Miskin, Begini Jawabannya ketika Ditawari Setengah Harta Sa'ad bin Rabi
loading...
A
A
A
Abdurrahman bin Auf ra adalah salah seorang sahabat dari generasi awal Islam. Beliau juga salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Juga salah seorang dari 6 sahabat anggota syura ( Rasulullah SAW ).
Pada saat hijrah ke Madinah dari Makkah , beliau seperti umumnya saudara-saudaranya kaum Muhajirin, tanpa membawa rumah dan harta. Selanjutnya, Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman dengan Sa'ad bin Rabi'.
Sa'ad menawarkan kepadanya untuk dibagi dua hartanya dan separuh untuk dia. Bahkan Sa'ad juga bersedia mencerai salah satu isterinya agar dia menikahinya setelah masa 'iddah (menunggu).
Menerima tawaran demikian, maka Abdurrahman berkata kepadanya, "Semoga Allah memberkahi kamu, keluargamu dan hartamu, tolong tunjukkan kepadaku di mana pasar."
Setelah diberi tahu, maka pergilah Abdurrahman ke pasar untuk mencari karunia Allah. Sebuah pasar yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Ia datang dan pergi, bekerja dengan bersungguh-sungguh dan penuh semangat.
Dia adalah seorang ekonom ulung, sehingga hanya beberapa tahun saja ia telah menjadi orang terkaya di antara kaum Muslimin.
Beliau tidak meninggal dunia kecuali dengan meninggalkan kekayaan, salah satu di antaranya ada emas yang dipotong memakai kapak, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam kitab "Thabaqat" bahwa salah satu isterinya memperoleh harta waris sebesar 80.000 dinar.
Islam tidak melarang seseorang untuk kaya. "Selama kekayaan itu diperoleh dengan cara yang halal, tanpa membahayakan orang lain dan ia mau menginfakkan sebagaimana mestinya tanpa pelit dan tidak pula berlebihan," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 197) mengatakan
Pada suatu hari Abdurrahman pernah menjual tanahnya dengan harga 40.000 dinar, kemudian ia bagi harta itu kepada kerabatnya dari Bani Zahrah, kepada fuqara' kaum Muslimin dan kepada Ummahatul Mukminin (isteri-isteri Nabi SAW).
Suatu ketika datang rombongan unta miliknya dari Syam ke Madinah dengan membawa 700 unta dengan perbekalan yang lengkap. Kemudian beliau infakkan semuanya di jalan Allah.
Sebelum beliau wafat beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk fi sabilillah dan untuk setiap orang dari ahli Badar mendapat 400 dinar.
Sebelum ini beliau juga telah banyak berinfak dan berkorban, terutama zakat wajib dan nafkah (pembelanjaan) wajib. Inilah harta yang baik, yang berada di tangan orang yang salih. Itulah sebaik-baik harta dan pemegangnya adalah sebaik-baik manusia.
"Adapun riwayat yang menerangkan bahwa beliau masuk surga dengan memakai pantat itu tidak benar," ujar al-Qardhawi.
Pada saat hijrah ke Madinah dari Makkah , beliau seperti umumnya saudara-saudaranya kaum Muhajirin, tanpa membawa rumah dan harta. Selanjutnya, Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman dengan Sa'ad bin Rabi'.
Sa'ad menawarkan kepadanya untuk dibagi dua hartanya dan separuh untuk dia. Bahkan Sa'ad juga bersedia mencerai salah satu isterinya agar dia menikahinya setelah masa 'iddah (menunggu).
Menerima tawaran demikian, maka Abdurrahman berkata kepadanya, "Semoga Allah memberkahi kamu, keluargamu dan hartamu, tolong tunjukkan kepadaku di mana pasar."
Setelah diberi tahu, maka pergilah Abdurrahman ke pasar untuk mencari karunia Allah. Sebuah pasar yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Ia datang dan pergi, bekerja dengan bersungguh-sungguh dan penuh semangat.
Dia adalah seorang ekonom ulung, sehingga hanya beberapa tahun saja ia telah menjadi orang terkaya di antara kaum Muslimin.
Beliau tidak meninggal dunia kecuali dengan meninggalkan kekayaan, salah satu di antaranya ada emas yang dipotong memakai kapak, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam kitab "Thabaqat" bahwa salah satu isterinya memperoleh harta waris sebesar 80.000 dinar.
Islam tidak melarang seseorang untuk kaya. "Selama kekayaan itu diperoleh dengan cara yang halal, tanpa membahayakan orang lain dan ia mau menginfakkan sebagaimana mestinya tanpa pelit dan tidak pula berlebihan," ujar Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 197) mengatakan
Pada suatu hari Abdurrahman pernah menjual tanahnya dengan harga 40.000 dinar, kemudian ia bagi harta itu kepada kerabatnya dari Bani Zahrah, kepada fuqara' kaum Muslimin dan kepada Ummahatul Mukminin (isteri-isteri Nabi SAW).
Suatu ketika datang rombongan unta miliknya dari Syam ke Madinah dengan membawa 700 unta dengan perbekalan yang lengkap. Kemudian beliau infakkan semuanya di jalan Allah.
Sebelum beliau wafat beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk fi sabilillah dan untuk setiap orang dari ahli Badar mendapat 400 dinar.
Sebelum ini beliau juga telah banyak berinfak dan berkorban, terutama zakat wajib dan nafkah (pembelanjaan) wajib. Inilah harta yang baik, yang berada di tangan orang yang salih. Itulah sebaik-baik harta dan pemegangnya adalah sebaik-baik manusia.
"Adapun riwayat yang menerangkan bahwa beliau masuk surga dengan memakai pantat itu tidak benar," ujar al-Qardhawi.
(mhy)