Pendapat Syaikh Al-Qardhawi tentang Konsolidasi Cabang-Cabang Produksi Menurut Islam

Selasa, 27 Juni 2023 - 05:15 WIB
loading...
Pendapat Syaikh Al-Qardhawi...
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi. Foto/Ilustrasi: Aljazeera
A A A
Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengatakan umat Islam hendaklah menyempurnakan konsolidasi antara berbagai bidang produksi yang beraneka ragam, sehingga tidak terjadi saling tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya.

"Tidak baik jika perhatian itu ditujukan pada masalah pertanian saja umpamanya, di saat yang sama masalah industri diabaikan, atau sebaliknya," ujar al-Qardhawi dalam bukunya berjudul "Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah" (Citra Islami Press, 1997).

Begitu juga pendidikan yang hanya mengeluarkan para dokter sementara insinyur dilupakan. Atau hanya memperhatikan tehnik sipil dan teknik mesin, sementara melupakan tehnik elektro dan atom. "Atau hanya memperhatikan sisi konseptual dan pemikiran yang melangit, sementara aspek amaliah (usaha) terbengkelai," jelasnya.

Oleh karena itu, Al-Qardhawi menegaskan, kembali pentingnya membuat takhtith (perencanaan) berdasarkan studi lapangan dan data statistik, untuk mengetahui kebutuhan masyarakat dari setiap spesialisasi di bidang kerja yang kemudian kita bisa memenuhinya, dan melihat kembali sisi-sisi kekurangan agar kita bisa menutupinya (menyempurnakannya).



Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Apabila kamu telah melakukan jual beli dengan (sistem) 'Ainah (menjual barang dengan dua harga) dan kamu rela (senang) dengan bertani, dan kamu mengikuti ekor sapi, tetapi kamu meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah akan memberikan kerendahan (kehinaan) atas kamu yang sulit untuk dihilangkan hingga kamu mau kembali pada agamamu." (HR Ahmad, Abu Dawud dan Thabrani)

Menurut al-Qardhawi, hadis ini menunjukkan bahwa merasa cukup dengan pertanian saja dan keasyikan dengan kehidupan bertani yang digambarkan dengan mengikuti ekor sapi sementara ia meninggalkan berjihad fi sabilillah dan apa yang menjadi konsekuensinya, yaitu mempersiapkan kekuatan itu, menyebabkan ummat ini dalam bahaya besar, yaitu kehinaan dan keterjajahan.

"Ini membuktikan betapa pentingnya industri yang harus ada pada ummat. Karena sesuatu yang menunjang (menjadi prasyarat) terlaksananya suatu kewajiban, itu keberadaannya menjadi wajib," katanya.



Cukuplah bagi orang-orang yang beriman, bahwa Allah SWT telah menurunkan satu surat di dalam Al Qur'an yang diberi nama dengan surat "Al Hadid " yang artinya besi. Hal itu untuk mengingatkan akan pentingnya tambang ini. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami ciptakan besi yang padannya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ..." ( QS Al Hadid : 25)

Di dalam firman Allah SWT, "Fihi ba'sun syadid" mengisyaratkan pentingnya peralatan perang, sedangkan firman Allah "Wa manaafi'u linnaas," mengisyaratkan pentingnya pembuatan peralatan sipil.

Dengan demikian maka sempurnalah kekuatan umat dalam suasana aman maupun perang. Tetapi sayang bahwa umat "surat Hadid" hingga saat ini tidak lebih pandai dalam memanfaatkan besi, baik di bidang militer maupun sipil dibanding umat lain.

Dalam memacu produktivitas kita harus mendahulukan yang lebih penting daripada yang sekadar penting, dan mendahulukan yang penting daripada yang tidak penting. Atau menurut istilah ulama ushul disebut mendahulukan "Dharuriyyaat" (hal-hal yang bersifat primer) -karena kehidupan tidak akan tegak kecuali dengannya- daripada "Haajiyyaat" (hal-hal yang bersifat sekunder) -karena kehidupan akan sulit tanpa adanya hal itu- dan mendahulukan "Haajiyyaat" atas"Tahsiniyyaat" (pelengkap).

"Maka tidak boleh bagi masyarakat menanam buah-buahan yang mahal saja, yang hanya terjangkau oleh orang-orang kaya dan berduit, sementara mereka tidak mau menanam gandum, jagung dan padi yang itu merupakan makanan pokok sehari-hari, bagi masyarakat pada umumnya," ujar Al-Qardhawi.



Tidak boleh pula bagi masyarakat hanya memperhatikan produksi minyak wangi dan alat-alat kecantikan (kosmetik) lainnya, sementara mereka tidak mau memproduksi alat-alat pertanian, pengairan atau transportasi atau persenjataan penting guna memperkuat pertahanan.

Adapun memproduksi apa-apa yang membahayakan individu atau masyarakat, baik secara materi maupun moral, jasmani atau ruhani, maka itu tertolak dan dilarang secara syar'i. Seperti menanam tanaman tertentu untuk dibuat minuman keras, menanam ganja untuk bahan narkotik, atau menanam tembakau dan lain-lain, yang itu merupakan penggunaan nikmat-nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya dan membahayakan makhluq-Nya.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1984 seconds (0.1#10.140)