Kisah Orang Yahudi Bertanya Soal Roh, Ini Jawaban Al-Qur'an dan Hadis
loading...
A
A
A
Roh (الرُّوۡحِ) merupakan hal gaib yang hakikatnya hanya Allah 'Azza wa Jalla saja yang mengetahuinya. Ketika orang-orang Yahudi bertanya soal roh kepada Nabi Muhammad SAW, maka Allah menurunkan wahyu untuk menjawabnya.
Para ulama berbeda pendapat ketika menjelaskan defenisi roh. Ada yang mengatakan roh adalah asal-usul jiwa. As-Suhaili menyimpulkan bahwa roh adalah zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh jasad bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
Berikut jawaban Allah dalam Al-Qur'an ketika orang-orang Yahudi bertanya tentang roh. Allah Ta'ala berfirman:
Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS Al-Isra Ayat 85)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa masalah roh adalah urusan Allah. Hanya Dialah yang mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.
Mengutip Tafsir ringkas Kemenag, kata Roh dalam Al-Qur'an mempunyai tiga arti, yaitu:
1. Yang Dimaksud dengan Roh adalah Al-Qur'an
Sebagaimana firman Allah: "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (QS asy-Syura: 52)
2. Malaikat Jibril
Dalam Al-Qur'an perkataan roh sering diartikan dengan Malaikat Jibril seperti firman Allah berikut: "Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan." (QS asy-Syu'ara': 193-194)
3. Roh yang Ada Dalam Jasad Manusia
Roh yang dimaksud di sini adalah sumber kehidupan dari makhluk hidup. Menurut Jumhur Ulama, kata roh dalam ayat ini adalah roh yang ada dalam badan (nyawa). Firman Allah: "Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)nya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Allah) bagi seluruh alam." (QS al-Anbiya': 91)
Pendapat yang menyamakan roh dengan Nafs (roh/nyawa) ini adalah pendapat umhur ulama sesuai dengan sebab ayat ini diturunkan. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS Al-Hijr ayat 29)
Roh Menurut Perspektif Hadis
Nabi Muhammad SAW menjelaskan hakikat roh dalam beberapa riwayat berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
إِذَا خَرَجَتْ رُوحُ الْمُؤْمِنِ تَلَقَّاهَا مَلَكَانِ يُصْعِدَانِهَا
Artinya: "Apabila keluar roh seorang mukmin, maka dia akan diambil oleh dua Malaikat dan akan membawanya ke langit." (HR Muslim)
Kemudian Abu Hurairah berkata lagi, "Adapun orang kafir, jika keluar ruhnya." Hammad menyebutkan betapa busuknya dan bagaimana penduduk langit melaknat ruh tersebut. Berkata penduduk langit:
رُوحٌ خَبِيثَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ الْأَرْضِ قَالَ فَيُقَالُ انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى آخِرِ الْأَجَلِ
Artinya: "Roh yang busuk muncul dari bumi. Kemudian dikatakan lagi kepada dia: 'Bawalah roh yang busuk ini hingga batas yang terakhir." (HR Muslim)
Dari Barra' bin Azib, Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis yang panjang: "Malaikat pemberi Rahmat berkata, 'Wahai roh yang baik yang bersemayam dalam jasad yang baik, keluarlah untuk menggapai Rahmat, meraih rezeki dan menuju Tuhan yang penuh dengan keridhoan." (HR Ibnu Majah)
Penjelasan Ulama Tentang Hakikat Roh
Di antara ulama ada yang mencoba mendalami hakikat roh itu. Di antaranya sebagai berikut:
1. Roh itu ialah semacam materi cahaya (jisim, nurani) yang turun ke dunia dari alam tinggi. Sifatnya berbeda dengan materi yang dapat dilihat dan diraba.
2. Roh itu mengalir dalam tubuh manusia, sebagaimana mengalirnya air dalam bunga, atau sebagaimana api dalam bara. Roh memberi kehidupan ke dalam tubuh seseorang selama tubuh itu sanggup dan mampu menerimanya, dan tidak ada yang menghalangi alirannya. Bila tubuh tidak sanggup dan mampu lagi menerima roh itu, sehingga alirannya terhambat dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati.
Pendapat ini dikemukakan oleh ar-Razi dan Ibnul Qayyim. Sedangkan Imam al-Gazali dan Abu Qasim ar-Ragib al-Asfahani berpendapat bahwa roh itu bukanlah materi dan sesuatu yang berbentuk. Tetapi ia hanyalah sesuatu yang bergantung pada tubuh untuk mengurus dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan tubuh.
Para ulama berbeda pendapat ketika menjelaskan defenisi roh. Ada yang mengatakan roh adalah asal-usul jiwa. As-Suhaili menyimpulkan bahwa roh adalah zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh jasad bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
Berikut jawaban Allah dalam Al-Qur'an ketika orang-orang Yahudi bertanya tentang roh. Allah Ta'ala berfirman:
وَيَسۡـــَٔلُوۡنَكَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ اَمۡرِ رَبِّىۡ وَمَاۤ اُوۡتِيۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا قَلِيۡلًا
Artinya: "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS Al-Isra Ayat 85)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa masalah roh adalah urusan Allah. Hanya Dialah yang mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.
Mengutip Tafsir ringkas Kemenag, kata Roh dalam Al-Qur'an mempunyai tiga arti, yaitu:
1. Yang Dimaksud dengan Roh adalah Al-Qur'an
Sebagaimana firman Allah: "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (QS asy-Syura: 52)
2. Malaikat Jibril
Dalam Al-Qur'an perkataan roh sering diartikan dengan Malaikat Jibril seperti firman Allah berikut: "Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan." (QS asy-Syu'ara': 193-194)
3. Roh yang Ada Dalam Jasad Manusia
Roh yang dimaksud di sini adalah sumber kehidupan dari makhluk hidup. Menurut Jumhur Ulama, kata roh dalam ayat ini adalah roh yang ada dalam badan (nyawa). Firman Allah: "Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami ke dalam (tubuh)nya; Kami jadikan dia dan anaknya sebagai tanda (kebesaran Allah) bagi seluruh alam." (QS al-Anbiya': 91)
Pendapat yang menyamakan roh dengan Nafs (roh/nyawa) ini adalah pendapat umhur ulama sesuai dengan sebab ayat ini diturunkan. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS Al-Hijr ayat 29)
Roh Menurut Perspektif Hadis
Nabi Muhammad SAW menjelaskan hakikat roh dalam beberapa riwayat berikut:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
إِذَا خَرَجَتْ رُوحُ الْمُؤْمِنِ تَلَقَّاهَا مَلَكَانِ يُصْعِدَانِهَا
Artinya: "Apabila keluar roh seorang mukmin, maka dia akan diambil oleh dua Malaikat dan akan membawanya ke langit." (HR Muslim)
Kemudian Abu Hurairah berkata lagi, "Adapun orang kafir, jika keluar ruhnya." Hammad menyebutkan betapa busuknya dan bagaimana penduduk langit melaknat ruh tersebut. Berkata penduduk langit:
رُوحٌ خَبِيثَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ الْأَرْضِ قَالَ فَيُقَالُ انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى آخِرِ الْأَجَلِ
Artinya: "Roh yang busuk muncul dari bumi. Kemudian dikatakan lagi kepada dia: 'Bawalah roh yang busuk ini hingga batas yang terakhir." (HR Muslim)
Dari Barra' bin Azib, Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis yang panjang: "Malaikat pemberi Rahmat berkata, 'Wahai roh yang baik yang bersemayam dalam jasad yang baik, keluarlah untuk menggapai Rahmat, meraih rezeki dan menuju Tuhan yang penuh dengan keridhoan." (HR Ibnu Majah)
Penjelasan Ulama Tentang Hakikat Roh
Di antara ulama ada yang mencoba mendalami hakikat roh itu. Di antaranya sebagai berikut:
1. Roh itu ialah semacam materi cahaya (jisim, nurani) yang turun ke dunia dari alam tinggi. Sifatnya berbeda dengan materi yang dapat dilihat dan diraba.
2. Roh itu mengalir dalam tubuh manusia, sebagaimana mengalirnya air dalam bunga, atau sebagaimana api dalam bara. Roh memberi kehidupan ke dalam tubuh seseorang selama tubuh itu sanggup dan mampu menerimanya, dan tidak ada yang menghalangi alirannya. Bila tubuh tidak sanggup dan mampu lagi menerima roh itu, sehingga alirannya terhambat dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati.
Pendapat ini dikemukakan oleh ar-Razi dan Ibnul Qayyim. Sedangkan Imam al-Gazali dan Abu Qasim ar-Ragib al-Asfahani berpendapat bahwa roh itu bukanlah materi dan sesuatu yang berbentuk. Tetapi ia hanyalah sesuatu yang bergantung pada tubuh untuk mengurus dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan tubuh.
(rhs)