Inilah Inspirator Tenaga Medis di Zaman Rasullulah

Jum'at, 31 Juli 2020 - 18:15 WIB
loading...
Inilah Inspirator Tenaga Medis di Zaman Rasullulah
Peran perawat di tengah pandemi Covid-19 saat ini sangat besar dan luar biasa, dan ternyata inspirator tenaga medis ini adalah sosok muslimah di zaman Rasulullah bernama Rufaidah binti Saad,. Foto ilustrasi/EPS
A A A
Penghormatan Islam terhadap perempuan terlihat jelas melalui surat An-Nisa’. Perempuan bukan sekadar diselamatkan dari kezhaliman, tapi ia diberi hak ekonomi dan berperan di tengah masyarakat. Karena itulah, kaum muslimin mengenal nama-nama shahabiyah (para perempuan muslimah yang menjadi sahabat Rasulullah) yang memiliki peran penting dalam sejarah dan peradaban Islam.

Di antara nama-nama tersebut adalah Rufaidah binti Sa'ad Bani Aslam al-Khazraj atau dikenal sebagai Rufaidah al-Aslamiyah. Dialah inspirator ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat. Peran shahabiyah ini, bisa menjadi teladan, terutama di kalangan tenaga medis saat ini yang terus berjuang dan menjadi garda terdepan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang masih belum mereda.

Dengan berbagai macam tipe pasien dan jumlah yang sangat banyak, tentunya hal itu memerlukan ekstra kesabaran dan sekaligus stamina fisik dan mental yang kuat. Melihat kondisi ini, tidak ada salahnya kita belajar dari keteladanan Rufaidah. (Baca juga : Pelarangan dan Keharaman Puasa di Hari Tasyrik )

Kisah Rufaidahcukup menonjol ketika perang di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Saat perang, sudah pasti akan banyak korban berjatuhan yang tentu memerlukan perawatan. Rufaidah terlahir dari klan Bani Sa’d, dan berasal dari keluarga kaya, memiliki hobi menulis dan membaca. Sosoknya termasuk di antara orang-orang yang pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar di Madinah.

Kemahiran merawat dan mengobati orang didapatinya dari ayahnya yang juga seorang dokter, Sa’d al-Aslamiy. Ia mampu mengoordinir para muslimah untuk bisa membantunya menjadi perawat yang baik. Mereka dilatih untuk berhadapan dengan kondisi pasien dalam kondisi yang paling buruk sekalipun.

Kemahiran Rufaidah terlihat menonjol pada saat peperangan Badar, Uhud, dan Khandaq serta Khaibar. Para sahabat yang terluka mendapatkan perawatan yang cukup memadai dan baik. Ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menggalang para muslimah agar bisa berada di barisan belakang untuk mengantisipasi para sahabat yang terluka dan memerlukan bantuan medis . Seusai perang pun beliau mendirikan tenda di sekitar Masjid Nabawi untuk menangani para korban perang yang memerlukan perawatan lanjutan dan intensif.

Menurut buku '150 Perempuan Sholikah', Aisyah bercerita, ketika Saad bin Muadz terkena panah saat Perang Khandaq, Rasulullah pun meminta Rufaidah untuk mendirikan tenda di dekat masjid.

Imam Ibnu Hajar dalam kitab 'al-Ishabatu fi Tamyizi' juga menceritakan, ketika Rufaidah melihat panah yang tertancap pada dada Saad. Rufaidah tidak langsung menarik panah tersebut, ia menghentikan pendarahan terlebih dahulu. Karena apabila dicabut, maka darah yang keluar tak bisa dihentikan dan dapat mengancam nyawa. Kemampuan Rufaidah sebagai seorang perawat tak perlu diragukan lagi. Ia merupakan perawat terkenal di zaman nabi. Rufaidah mendapat kehormatan dan penghargaan yaitu berupa pemberian kalung dari Rasulullah. (Baca juga : Hari Tasyrik, Harinya Menyantap Makanan dan Berzikir )

Pengalamannya sebagai perawat ia jadikan bekal untuk melatih dan mengajarkan beberapa perempuan lain untuk menjadi perawat. Ide briliannya yang direkam sejarah adalah tentang pembagian shift para perawat untuk menangani pasien. Ide inilah yang saat ini berlaku di berbagai rumah sakit, yaitu adanya shifting .

Selain itu, Rufaidah juga aktif di berbagai kegiatan sosial. Ia dikenal dengan kedermawanan dan kelembutan hati. Memelihara anak yatim dan orang miskin pun dilakukannya. Rufaidah juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (Health Education).

Rufaidah adalah sosok seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Ilmuwan muslimah ini penting untuk diketahui kehebatannya. Karena Islam adalah agama yang cerdas dan mencerdaskan.

Saat ini, dunia keperawatan sudah sangat maju. Bahkan sudah menjadi disiplin ilmu sampai jenjang yang paling tinggi, di perguruan tinggi, sejak jenjang S1 hingga program doktoral (S3). (Baca juga : Belajar Kehidupan dari Sosok Hindun binti 'Utbah )

Namun, tetaplah kebersamaan dan kolektifitas semua unsur para medis serta masyarakat dan tentunya pemerintah sangat diperlukan untuk menghadapi pandemi global saat ini. Paling tidak kisah Rufaidah memberi wawasan pentingnya kontribusi sesuai kemampuan dan kemahiran bisa sangat berarti. Karena manusia yang terbaik adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesamanya.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2661 seconds (0.1#10.140)