6 Konsekuensi Bid'ah, Sufyan ats-Tsauri: Lebih Disukai Iblis daripada Maksiat

Rabu, 13 September 2023 - 09:15 WIB
loading...
6 Konsekuensi Bidah, Sufyan ats-Tsauri: Lebih Disukai Iblis daripada Maksiat
Hadis ini menjadi dalil haramnya perbuatan bidah. Ilustrasi: Ist/mhy
A A A
Hadis dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


“Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dalam perkara kami (syariat dan agama) ini apa yang bukan darinya maka sesuatu tersebut tertolak.” (HR Al-Bukhari dan Muslim ).

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menjelaskan bahwa hadis ini menjelaskan dalil haramnya perbuatan bidah atau perkara baru dalam agama yaitu ibadah yang tidak ada contohnya dari Nabi, karena Allah menyempurnakan agama-Nya, tidak butuh tambahan. Allah SWT berfirman:

ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kurid hai Islam itu jadi agama bagi kalian. ( QS Al-Ma’idah : 3)



Menurutnya, dengan sempurnanya Islam, maka segala perbuatan bidah dalam agama berarti suatu kelancangan terhadap syariat dan ralat terhadap pembuat syariat bahwa masih ada permasalahan yang belum dijelaskan. Imam Malik bin Anas ra mengeluarkan perkataan emas tentang ayat ini.

Beliau sebagaimana dikutip Asy-Syathibi dalam Al-I‘tisham berkata: “Barangsiapa melakukan bidah dalam Islam dan menganggapnya baik (bidah hasanah), maka sesungguhnya dia telah menuduh Muhammad SAW mengkhianati risalah, karena Allah Ta‘ala berfirman: ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu.’ Maka apa saja yang di hari itu (pada zaman Nabi SAW) bukan sebagai agama, maka pada hari ini juga tidak termasuk agama.”



Sungguh benar sabda Nabi SAW tatkala menyifatkan bidah sebagai perkara yang terjelek, karena konsekuansi bidah berat sekali, di antaranya:

1. Mendustakan kesempurnaan agama Islam, sehingga seakan-akan dia mengatakan bahwa agama Islam ini belum sempurna sehingga perlu ditambahi dengan bid‘ah tersebut.

2. Menuduh Nabi SAW dengan dua sifat yang sama-sama pahitnya yaitu dengan “khianat” karena beliau menyembunyikan syariat dan tidak menyampaikannya kepada umat, atau “jahil” karena Nabi SAW tidak mengetahui apa yang diketahui oleh pelaku bid‘ah tersebut.



3. Menjadikan tandingan bagi Allah dalam membuat syariat. (Lihat QS Asy-Syura [42]: 21.)

4. Menyebabkan perpecahan dan pertikaian di antara umat. (Lihat QS Al-An’am [6]: 153.)

5. Mematikan sunah Nabi SAW. Hassan bin Athiyyah berkata: “Tidaklah suatu kaum melakukan suatu kebidahan dalam agama mereka, kecuali Allah akan mencabut dari mereka sunah semisalnya, kemudian dia tidak kembali ke sunnah hingga hari kiamat.” (Dikeluarkan oleh Al-Lalika’i (no. 129), Ad-Darimi (no. 98) dengan sanad sahih)

6. Bidah lebih berbahaya daripada maksiat. Sufyan ats-Tsauri pernah berkata: “Bidah itu lebih disukai oleh Iblis daripada maksiat karena maksiat seorang bertobat darinya, sedangkan bidah seorang tidak bertobat darinya.” Dan masih banyak lagi bahaya bidah lainnya.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1664 seconds (0.1#10.140)