Tidak Ada Istilah Bid'ah Hasanah dalam Agama, Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam mendefinisikan bid'ah secara syar'i, adalah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan Allah. Bisa juga dikatakan bahwa bid’ah adalah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang tidak ditunjukkan oleh Nabi SAW dan tidak pula oleh para Khulafaur Rasyidin
Adapun perkara-perkara bisa yang mengikuti kebiasan dan tradisi, menurtnya, tidak disebut bid’ah dalam segi agama walapun disebut bid’ah secah bahasa.
"Jadi yang demikian ini bukan bid’ah dalam agama dan tidak termasuk hal yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW ," ujarnya dalam buku berjudul "Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al Masa’il Al-Ashriyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram"
Jelek dan Tertolak
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dalam perkara kami (syariat dan agama) ini apa yang bukan darinya maka sesuatu tersebut tertolak.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menyebut bahwa hadis tersebut menjelaskan bahwa semua bidah itu jelek dan tertolak. "Tidak ada istilah bid‘ah hasanah dalam agama," ujarnya.
Menurut Abu Ubaidah Yusuf, sebagian kalangan merasa belum puas dengan kebidahan-kebidahan yang mereka adakan, mereka berusaha mengajak manusia untuk mengikuti “kreativitas-kreativitas religius” mereka dengan menyebarkan syubhat-syubhat untuk mendukung dan melegalkan bidah-bidah mereka, padahal Rasulullah SAW dalam hadis jelas mengatakan bahwa semua itu adalah tertolak, bahkan lebih tegas lagi, beliau bersabda:
“Dan awaslah kalian dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bidah dan setiap bid‘ah adalah kesesatan.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (4/126), Ad-Darimi dalam Sunan-nya (1/57), At-Tirmidzi dalam Jami‘-nya (5/44), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1/15); dishahihkan oleh Al-Albani dalam Zhilal al-Jannah.
Demikianlah sabda Nabi SAW yang tegas, sekalipun hal itu di anggap baik oleh kebanyakan manusia dan menamainya dengan bidah hasanah.
Imam Asy-Syathibi dalam Al-Fatawa berkata tentang syarah hadis di atas: “Hadis ini menurut para ulama dibawa kepada keumumannya, tidak dikecualikan darinya apa pun sama sekali, dan tidak ada dari bidah yang ia adalah bagus sama sekali....”
Para Salafush Shalih juga memahami keumuman hadis di atas sebagaimana dinukil dari Abdullah bin Umar d bahwasanya beliau berkata: “Setiap bid‘ah adalah kesesatan walaupun dipandang oleh manusia sebagai suatu kebaikan.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al-Lalika’i dalam Syarh Ushul I‘tiqad (no. 126), Ibnu Bath thah dalam Al-Ibanah (no. 205), dan Ibnu Nashr dalam As-Sunnah (no. 70); dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ahkam al-Jana’iz.
Adapun perkara-perkara bisa yang mengikuti kebiasan dan tradisi, menurtnya, tidak disebut bid’ah dalam segi agama walapun disebut bid’ah secah bahasa.
"Jadi yang demikian ini bukan bid’ah dalam agama dan tidak termasuk hal yang diperingatkan oleh Rasulullah SAW ," ujarnya dalam buku berjudul "Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al Masa’il Al-Ashriyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram"
Baca Juga
Jelek dan Tertolak
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dalam perkara kami (syariat dan agama) ini apa yang bukan darinya maka sesuatu tersebut tertolak.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menyebut bahwa hadis tersebut menjelaskan bahwa semua bidah itu jelek dan tertolak. "Tidak ada istilah bid‘ah hasanah dalam agama," ujarnya.
Menurut Abu Ubaidah Yusuf, sebagian kalangan merasa belum puas dengan kebidahan-kebidahan yang mereka adakan, mereka berusaha mengajak manusia untuk mengikuti “kreativitas-kreativitas religius” mereka dengan menyebarkan syubhat-syubhat untuk mendukung dan melegalkan bidah-bidah mereka, padahal Rasulullah SAW dalam hadis jelas mengatakan bahwa semua itu adalah tertolak, bahkan lebih tegas lagi, beliau bersabda:
“Dan awaslah kalian dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bidah dan setiap bid‘ah adalah kesesatan.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (4/126), Ad-Darimi dalam Sunan-nya (1/57), At-Tirmidzi dalam Jami‘-nya (5/44), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1/15); dishahihkan oleh Al-Albani dalam Zhilal al-Jannah.
Demikianlah sabda Nabi SAW yang tegas, sekalipun hal itu di anggap baik oleh kebanyakan manusia dan menamainya dengan bidah hasanah.
Imam Asy-Syathibi dalam Al-Fatawa berkata tentang syarah hadis di atas: “Hadis ini menurut para ulama dibawa kepada keumumannya, tidak dikecualikan darinya apa pun sama sekali, dan tidak ada dari bidah yang ia adalah bagus sama sekali....”
Para Salafush Shalih juga memahami keumuman hadis di atas sebagaimana dinukil dari Abdullah bin Umar d bahwasanya beliau berkata: “Setiap bid‘ah adalah kesesatan walaupun dipandang oleh manusia sebagai suatu kebaikan.”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al-Lalika’i dalam Syarh Ushul I‘tiqad (no. 126), Ibnu Bath thah dalam Al-Ibanah (no. 205), dan Ibnu Nashr dalam As-Sunnah (no. 70); dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ahkam al-Jana’iz.
(mhy)