Delegasi Muhibah MUI ke Uzbekistan Ziarah ke Makam Imam Bukhari

Sabtu, 30 September 2023 - 10:11 WIB
loading...
Delegasi Muhibah MUI ke Uzbekistan Ziarah ke Makam Imam Bukhari
Delegasi Muhibah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke Uzbekistan berziarah ke makam Imam Bukhari, Jumat (29/9/23). FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Delegasi Muhibah Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) ke Uzbekistan berziarah ke makam Imam Bukhari , Jumat (29/9/23). Delegasi terdiri dari 52 tokoh Islam dari berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (MUI).

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menjelaskan, Imam Bukhari merupakan ahli hadits yang masyhur kelahiran Bukhoro, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M) dan wafat di Khartank, 1 Syawal 265 H (1 September 870 M). Ulama bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Ja'fi Al-Bukhari itu dijuluki sebagai Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadis).

"Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya," kata Kiai Cholil Nafis dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/9/2023).

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin Ziarah ke Makam Imam Bukhari di Uzbekistan, Kenang Peran Penting Bung Karno

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis shahih, tutur Kiai Cholil Nafis, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota untuk menemui para perawi hadis. Di antara kota-kota yang disinggahi adalah Basrah, Mesir, Hihaz (Mekkah dan Madinah), Kufah, dan Baghdad. Di Baghdad, Imam Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan seorang ulama besar, Ahmad bin Hanbal.

"Di kota-kota itu ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari mereka ia mengumpulkan dan menghafal satu juta hadis. Kemudian menyaringnya menjadi 7.275 hadis," tutur Kiai Cholil Nafis.

Kompleks makam Imam Bukhari yang terletak di Desa Khartank, sekitar 25 kilometer dari Samarkand, kini telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia. Menurut Kiai Cholil Nafis, keberadaan makam ini terdapat peran Presiden Soekarno. Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai setelah Konferensi Asia Afrika pada 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.



"Soekarno mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari. Kata Soekarno kepada pemimpin Soviet saat itu, Nikita Krushchev, Aku sangat ingin menziarahinya," kata Kiai Cholil Nafis.

Pada 1956, kondisi makam Imam Bukhari tidak terawat dan di antara semak belukar. Menurut Azizi, pemandu perjalanan Delegasi Muhibah MUI ke Uzbekistan, makam itu sengaja disembunyikan. Waktu itu, Presiden Soekarno menginap selama tiga hari di Samarkand untuk bertanya kepada masyarakat tapi tidak ada yang berani menunjukkan letak makam Imam Bukhari karena akan ada ancaman dari pemerintah yang antiagama saat itu.

Hingga akhirnya pada malam ketiga, di tengah malam ditunjukan oleh masyarakat makam Imam Bukhari. Soekarno sempat mengusulkan jasad Imam Bukhari dipindahkan ke Indonesia. Namun pemerintah Soviet tidak mengizinkan. Soekarno kemudian meminta agar makam Imam Bukhari dirawat, hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut permintaan Presiden Soekarno.

"Menurut cerita Aziz, penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukan dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak menuju makam Imam Bukhari," tutur Kiai Cholil Nafis.

Berkat jasa Presiden Soekarno, kompleks makam Imam Bukhari kini dipugar dan sedang proses pembangunan. Masjidnya terlihat sangat megah. Kompleks makam seluas 10 hektare ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah.

"Saat kunjungan Juni 2023 lalu, Wapres Ma'ruf Amin mengusulkan kepada pemerintah Uzbekistan agar dapat membangun perpustakaan untuk mengenang jasa presiden pertama Indonesia ini yang diberi nama Soekarno Memorial Library," kata Kiai Cholil Nafis.
(wyn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2038 seconds (0.1#10.140)