Hasil Tobat Diketahui dari Kerinduan yang Muncul
loading...
A
A
A
KH Ahmad Mustofa Bisri
Mustasyar PBNU
Pandemi Covid-19 hendaknya membuat kita introspeksi diri. Namun, masing-masing orang punya cara berbeda dalam memahaminya. Ada yang menganggap ini sebagai musibah, cobaan, pelajaran, bahkan pencucian dunia.
Yang pasti, Covid-19 ini sebagai sebuah pelajaran, di mana orang-orang yang sebelumnya sibuk dengan dunia mendadak menjaga jarak. Kita dipaksa kembali di rumah dengan keluarga dan kembali kepada diri kita sendiri.
Kehadiran Covid-19 seharusnya cukup untuk menghancurkan kesombongan dan keangkuhan siapa pun, baik dalam hal kekayaan, kepintaran, maupun kekuasaan. Orang yang mengandalkan ilmunya sekarang kelimpungan. Kita diajar kembali untuk menengok diri sendiri sebagai manusia. Manusia saja. Kita dipaksa untuk ingat bahwa kita ini semuanya adalah anak cucu Adam.
Mengutip potongan khotbah Nabi Muhammad SAW ketika haji wada', yaitu, "kullukum min adam wa adam min thurab." Sabda Nabi Muhammad tersebut dikutip karena dalam pandangannya selama ini terdapat orang yang tidak mau menjalin hubungan persaudaraan dan merasa bukan berasal dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam.
Kehadiran Covid-19 juga mestinya mengingatkan manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah, yakni mengatur dan merawat bumi. Selain itu, harusnya menyadarkan manusia sebagai hamba yang lemah di hadapan Allah.
Ini mestinya menjadi perenungan kita ketika kita bersendiri, menjaga jarak dengan dunia, sendiri dengan diri kita, sendiri dengan Allah agar kemudian kita bisa kembali menjadi hamba yang dhaif di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala, kita lalu bertobat.
Sekalipun manusia telah berbuat zalim terhadap diri sendiri, tapi bila kemudian mengakui kesalahannya dan bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Hal itu dinyatakan Allah dalam Surat Al-Maidah: 39.
Mari kita bertobat kepada Allah. Kalau kita sudah mengakui bahwa kita kemarin itu menzalimi diri kita sendiri, telah berbuat kesalahan, mari kita bertobat. Allah sangat baik dengan kita. Allah memperingatkan, Allah memberikan pelajaran, tapi juga menerima kalau kita bertobat.
Seusai bertobat dan menyadari segala keangkuhan --baik karena gaya, ilmu, maupun pangkat-- kemudian berkomitmen kepada Allah bahwa dirinya akan kembali menjadi khalifah yang merawat bumi. Hasil tobat dapat diketahui dari kerinduan yang muncul, yaitu apakah merindukan tempat-tempat ibadah, bersilaturahim ke saudaranya, atau justru kerinduan untuk kembali ke tempat-tempat hiburan.
Mustasyar PBNU
Pandemi Covid-19 hendaknya membuat kita introspeksi diri. Namun, masing-masing orang punya cara berbeda dalam memahaminya. Ada yang menganggap ini sebagai musibah, cobaan, pelajaran, bahkan pencucian dunia.
Yang pasti, Covid-19 ini sebagai sebuah pelajaran, di mana orang-orang yang sebelumnya sibuk dengan dunia mendadak menjaga jarak. Kita dipaksa kembali di rumah dengan keluarga dan kembali kepada diri kita sendiri.
Kehadiran Covid-19 seharusnya cukup untuk menghancurkan kesombongan dan keangkuhan siapa pun, baik dalam hal kekayaan, kepintaran, maupun kekuasaan. Orang yang mengandalkan ilmunya sekarang kelimpungan. Kita diajar kembali untuk menengok diri sendiri sebagai manusia. Manusia saja. Kita dipaksa untuk ingat bahwa kita ini semuanya adalah anak cucu Adam.
Mengutip potongan khotbah Nabi Muhammad SAW ketika haji wada', yaitu, "kullukum min adam wa adam min thurab." Sabda Nabi Muhammad tersebut dikutip karena dalam pandangannya selama ini terdapat orang yang tidak mau menjalin hubungan persaudaraan dan merasa bukan berasal dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam.
Kehadiran Covid-19 juga mestinya mengingatkan manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah, yakni mengatur dan merawat bumi. Selain itu, harusnya menyadarkan manusia sebagai hamba yang lemah di hadapan Allah.
Ini mestinya menjadi perenungan kita ketika kita bersendiri, menjaga jarak dengan dunia, sendiri dengan diri kita, sendiri dengan Allah agar kemudian kita bisa kembali menjadi hamba yang dhaif di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala, kita lalu bertobat.
Sekalipun manusia telah berbuat zalim terhadap diri sendiri, tapi bila kemudian mengakui kesalahannya dan bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Hal itu dinyatakan Allah dalam Surat Al-Maidah: 39.
Mari kita bertobat kepada Allah. Kalau kita sudah mengakui bahwa kita kemarin itu menzalimi diri kita sendiri, telah berbuat kesalahan, mari kita bertobat. Allah sangat baik dengan kita. Allah memperingatkan, Allah memberikan pelajaran, tapi juga menerima kalau kita bertobat.
Seusai bertobat dan menyadari segala keangkuhan --baik karena gaya, ilmu, maupun pangkat-- kemudian berkomitmen kepada Allah bahwa dirinya akan kembali menjadi khalifah yang merawat bumi. Hasil tobat dapat diketahui dari kerinduan yang muncul, yaitu apakah merindukan tempat-tempat ibadah, bersilaturahim ke saudaranya, atau justru kerinduan untuk kembali ke tempat-tempat hiburan.
(ysw)