Kisah Yahudi Indonesia: Tumbuh Pesat setelah Tak Merahasiakan Identitas Mereka

Senin, 06 November 2023 - 14:01 WIB
loading...
A A A
“Saat saya hendak menghadiri acara bincang-bincang yang dibawakan oleh seorang ulama Muslim untuk pertama kalinya, banyak orang tua [Yahudi] di sini yang mencoba membujuk saya untuk tidak ikut serta, dengan mengatakan bahwa hal itu berisiko,” katanya.

Kehati-hatian, katanya, adalah prinsip yang dianut oleh generasi tua Yahudi Indonesia. Abraham mengatakan, mengingat trauma masa lalu mereka, dia bisa memahami mengapa begitu banyak pendahulunya memilih merahasiakan identitas Yahudi mereka.



Kebanyakan orang Yahudi di Indonesia adalah keturunan ribuan Yahudi Belanda Ashkenazi dan orang Eropa lainnya yang bermigrasi pada awal abad ke-19 dan kemudian menikah dengan penduduk lokal non-Yahudi; yang lain menelusuri akar Sephardic mereka hingga imigrasi dari Irak dan tempat lain. Namun saat ini, hampir semua orang Yahudi Indonesia lahir dan besar di negara ini.

Ayah Abraham lahir di sini. Begitu pula ayah Meijer-Verbrugge. Namun mereka dibesarkan di masa ketika orang Yahudi Indonesia harus menyembunyikan identitas mereka.

Setelah menginvasi Hindia Belanda pada tahun 1942, Jepang menahan lebih dari separuh populasi Yahudi lokal yang berjumlah sekitar 3.000 orang, mengklasifikasikan mereka sebagai kombatan Belanda.

Keadaan menjadi lebih buruk pada tahun berikutnya ketika orang Yahudi non-Belanda ditahan dan kemudian dipaksa bekerja di kamp kerja paksa. Mereka yang berhasil menghindari penangkapan melarikan diri ke luar negeri atau mengaburkan identitas Yahudi mereka dengan berpindah agama ke agama lain.

“Nenek saya, Miriam Frieda, yang tumbuh besar pada Perang Dunia II, harus menyembunyikan identitas Yahudinya karena takut ditangkap Jepang,” kata Abraham. “Dia melakukan ini dengan berpindah agama ke Katolik Roma. Tapi nenek saya tidak pernah merahasiakan di dalam keluarga bahwa kami memiliki darah Yahudi.”



Setelah Perang Dunia II, ketika sebagian besar orang Yahudi diasingkan atau melarikan diri, mereka yang kembali menyadari bahwa harta benda mereka, seperti semua milik Belanda, telah disita oleh orang Indonesia.

Kebanyakan dari mereka memutuskan untuk meninggalkan negaranya dan pindah ke komunitas Yahudi lainnya di Asia Tenggara, khususnya Singapura, atau memulai hidup baru di Israel.

Sejak saat itu, kaum Yahudi Indonesia yang tersisa tidak terlalu menonjolkan diri, hidup sebagai subkultur tersembunyi yang merupakan warisan rahasia dan kepatuhan publik.

Komunitas Yahudi saat ini sebagian besar terdiri dari penduduk asli Indonesia seperti Abraham yang telah mulai mendapatkan kembali identitas Yahudi mereka. Tidak lagi merasa perlu menjalani kehidupan ganda.

Kini semakin banyak orang Yahudi di Indonesia yang terbuka mengenai keyakinan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting, di media sosial, tempat lebih dari 60% masyarakat Indonesia berinteraksi satu sama lain.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4005 seconds (0.1#10.140)