Surat Sultan Abdul Hamid II kepada Gurunya: Turun dari Takhta karena Tipu Daya Zionis

Rabu, 08 November 2023 - 19:51 WIB
loading...
Surat Sultan Abdul Hamid II kepada Gurunya: Turun dari Takhta karena Tipu Daya Zionis
Sultan Abdul Hamid II, mengakui bahwa dirinya turun dari takhta kekhalifahan karena tipu daya Zionis internasional . Ilustrasi: YouTube
A A A
Penguasa Ottoman atau Utsmaniyah , Sultan Abdul Hamid II, mengakui bahwa dirinya turun dari takhta kekhalifahan karena tipu daya Zionis internasional atau Organisasi Rahasia Yahudi Internasional.

Pengakuan itu disampaikan Sultan Abdul Hamid II dalam suratnya kepada gurunya, yakni Syeikh Mahmud Abu Syamat.

Prof Sa'id Al-Afgani dalam majalah Al-Araby edisi 169 Desember 1972 menjelaskan bahwa Syeikh Mahmud Abu Syamat adalah sesepuh kelompok Tharikat Sadzaly Yashrithy. Dia penerus pertama yang menggantikan pimpinan Tharikat itu setelah pendirinya Syeikh Ali Al Yashrithy meninggal dunia.



Sultan mengenal Syeikh Mahmud Abu Syamat melalui kepala urusan istana Sultan, Raghib Ridha. Pegawai Sultan ini adalah murid Syeikh Syamat.

Setiap kali berkunjung ke Istanbul, Syeikh Syamat selalu menginap di rumah Raghib Ridha. Suatu ketika Sultan menanyakan, siapa yang menjadi tamu dan menginap di kediaman kepala urusan istananya itu.

Setelah Raghib Ridha menjelaskan siapa Syeikh Syamat itu, Sultan merasa tertarik dan bermaksud mengundangnya ke istana.

Kemudian Sultan akhirnya memutuskan untuk menjadi muridnya. Langkah Sultan Abdul Hamid II ini diikuti oleh para pemuka masyarakat Istanbul, para pejabat pemerintah kerajaan Turki dan para prajuritnya.

Nah, tatkala Sultan digulingkan dan diasingkan dalam sebuah istana yang terletak di daerah Salonika, ternyata salah satu penjaga di istana pengasingan itu adalah seorang murid Syeikh Syamat juga.

Sultan pun berkirim surat melalui orang tersebut. Beliau diam-diam mengadakan hubungan korespondensi dengan Syeikh Abu Syamat. Surat dari Sultan itu disimpan oleh Syeikh Abu Syamat dan anak-anaknya.



Berikut ini selengkapnya surat Sultan Abdul Hamid kepada Syeikh Abu Syamat tersebut:

Ya Huwa
Bismillahirrahminirrahim

Segala puji bagi Allah, dan salam sejahtera kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, segenap keluarganya, dan para sahabat sekalian hingga Hari Pengadilan.

Saya tulis surat ini kepada yang mulia Syeikh Tharikat abad ini Ali Sadzaly, cahaya Ruh dan kehidupan 'Syeikh Mahmud Effendy Abu Syamat'. Kami akan menyambut uluran kedua tangan beliau yang mulia, dengan mengharapkan do'a restu beliau.

Setelah menghaturkan rasa hormat perlu saya sampaikan, bahwa surat Anda tanggal 22 Mei tahun ini telah saya terima dengan selamat. Alhamdulillah saya ucapkan, bahwa Anda dalam keadaan sehat walafiat.

Tuanku yang mulia, dengan Taufik dan Hidayah Allah ta'ala, saya bisa melakukan amalan wirid Tharikat Sadzaly siang dan malam. Saya perlu menyampaikan bahwa hingga saat ini saya terus membutuhkan panggilan batin Anda.

Selain itu, ada masalah yang perlu saya sampaikan kepada Anda dan orang yang bisa diajak berpikir seperti Anda, berkenaan dengan masalah yang sangat penting berikut ini, sebagai amanat perjalanan sejarah.

Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena adanya tipu daya dengan berbagai ancaman dari tokoh-tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun Turk, sehingga terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu.

Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang, agar saya menyetujui dibentuknya sebuah negeri nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Saya tetap tidak menyetujui permohonan berulang-ulang yang memalukan itu.



Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta poundsterling emas. Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu. Saya menjawab dengan kata-kata, 'Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri.

Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah lama dirintis oleh nenek-moyangku, para Sultan dan khalifah kerajaan Turki Utsmani. Sekali lagi, aku tidak akan menerima tawaran kalian.'

Setelah mendengar dan mengetahui sikap dan jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan rahasia yang mereka miliki memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka.

Saya masih bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng kerajaan Islam Turki, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina.

Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan mengulang-ulang rasa syukur kepada Allah ta'ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu.

Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah Anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia, mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, Anda beserta jamaah yang Anda bina bisa memaklumi semua itu."

Wassalamu'alaikum wr. wb.
22 September 1909

ttd

Pelayan Kaum Muslimin (Adui Hamid bin Abdul Majid)



Huwa dalam pembukaan surat tersebut maksudnya Allah. Cara menyebut Allah dengan sebutan Huwa termasuk etika dalam Tharikat Sadzaly.

Sementara, Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun Turk adalah anggota Organisasi Rahasia Yahudi Internasional, dan kelak berhasil menumbangkan kerajaan Islam Turki Utsmani, dan mengganti Turki menjadi negara Republik sekuler, di bawah pimpinan Yahudi Musthafa Kemal Attaturk.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1140 seconds (0.1#10.140)