Istri Nabi Ibrahim Ternyata 4 Orang dan Memiliki 13 Orang Anak
loading...
A
A
A
Nabi Ibrahim as populer hanya memiliki 2 orang istri yakni Siti Hajar dan Siti Sarah dan memiliki 2 orang putra, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Padahal sesungguhnya Kekasih Allah ini memiliki 4 orang istri, 13 orang anak.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qishashul Anbiya" menyebutkan bahwa Istri Nabi Ibrahim yang terkenal hanya dua, sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal yaitu Qanthura binti Yaqthan dan Hajun binti Amin.
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir 6 orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir 5 orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
Abu Qasim As-Suhaili dalam bukunya berjudul "At-Tar'if wal A'lam" juga menjelaskan anak pertama Ibrahim adalah Isma'il dari Hajar Al-Qibthiyyah Al-Mishriyyah, setelah itu Ishaq dari Sarah, saudara sepupu Ibrahim sendiri.
Setelah Sarah meninggal, Ibrahim menikah dengan Qanthur binti Yaqhthin Al-Kan'aniyyah. Qanthur melahirkan enam anak dari Ibrahim: Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan nama anak yang keenam tidak disebutkan.
Setelah Qanthura meninggal, Ibrahim menikah dengan Hajun bint Amin. Hajun kemudian melahirkan lima anak untuk Ibrahim: Kaisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
Nasab Nabi Ibrahim
Sedangkan nama dan nasabnya Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh (250) bin Nahur (usia 148 tahun) bin Sarugh (usia 230 tahun) bin Raghu (usia 239 tahun) bin Faligh (usia 439 tahun) bin Abir (usia 464 tahun) bin Shalih (usia 433 tahun) bin Arfakhsyadz (usia 438 tahun) bin Sam (usia 600 tahun) bin Nuh as.
Demikian teks Ahli Kitab dalam kitab Taurat. Usia mereka diketahui karena disebutkan di bawah setiap nama mereka dengan tulisan India, juga berdasarkan sejumlah sumber lain.
Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebutkan dalam biografi Ibrahim AlKhalil dalam kitab At-Tarikh, diriwayatkan dari Ishag bin Bisyr Al-Kahili, pemilik kitab Al-Mabda', nama ibu Ibrahim adalah Amilah. Ishaq bin Bisyr menyebutkan kisah kelahiran Ibrahim secara panjang lebar. AlKalbi menyatakan, “Nama ibu Ibrahim adalah Buna binti Karbita bin Karatsi, dari keturunan Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur berbeda dari Ikrimah, ia menyatakan, “Abu Ibrahim dipanggil dengan kuniah Abu Dhaifan.”
Para Ahli Kitab juga menyebutkan, Ibrahim jatuh sakit dan meninggal dalam usia 175 tahun. Sumber lain menyebut 190 tahun. Ibrahim dimakamkan di gua Hebron Al-Haitsi, tepat di dekat makam istrinya, Sarah, di kawasan perkebunan milik Afrun Al-Haitsi.
Ibrahim dimakamkan oleh Isma'il dan Ishaq. Ada riwayat lain yang menunjukkan Ibrahim hidup selama 200 tahun, seperti yang disampaikan Ibnu AlKalbi.
Abu Hatim bin Hibban menyebutkan dalam kitab Shahih-nya, Mufaddhal bin Muhammad Al-Jundi memberitakan kepada kami di Makkah, Ali bin Ziyad Al-Lakhami bercerita kepada kami, Abu Oarrah bercerita kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Musayyib, dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Ibrahim khitan di Qadum dalam usia 120 tahun, dan setelah itu ia hidup selama 80 tahun."
Hadits di atas secara mauquf diriwayatkan Al-Hafizh Ibnu Asakir dari jalur Ikrimah bin Ibrahim, dan Ja'far bin Aun Al-Umari dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id, dari Abu Hurairah.
Selanjutnya Ibnu Hibban membantah pernyataan kalangan yang menyalahkan jika riwayat di atas marfu'. Ibnu Hibban menuturkan, “Muhammad bin Abdullah bin Junaid mengabarkan kepada kami, Qutaibah bin Sa'id bercerita kepada kami, Laits bercerita kepada kami, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Ibrahim khitan saat berusia 120 tahun, setelah itu ia hidup selama 80 tahun. Ia khitan di Gadum'.”
Hadis ini juga diriwayatkan Al-Hafizh Ibnu Asakir dari jalur Yahya bin Sa'id, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.
Selanjutnya Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdurrazzaq, ia menyatakan, “Qadum adalah nama sebuah perkampungan.”
"Menurut riwayat shahih, Ibrahim khitan dalam usia 80 tahun, tanpa menyebut usia Ibrahim setelah itu," ujar Ibnu Katsir.
Keutamaan Nabi Ibrahim
Muhammad bin Isma'il Al-Hassani Al-Wasithi menyebutkan, “Sejumlah penjelasan tambahan disebutkan dalam Tafsir Waki', Abu Mu'awiyah bercerita kepada kami, dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Musayyib, dari Abu Hurairah, ia menuturkan, “Ibrahim adalah orang pertama yang mengenakan celana, orang pertama yang membelah (sisiran) rambut, orang pertama yang mencukur rambut kemaluan, orang pertama yang berkhitan di Qadum (atau menggunakan kapak) dalam usia 120 tahun, dan setelah itu hidup selama 80 tahun, orang pertama yang menjamu tamu, dan orang pertama yang beruban.”
Demikian Muhammad bin Isma'il meriwayatkan hadits di atas secara mauquf, dan lebih tepatnya riwayat seperti ini marfu' (rangkaian sanadnya terhubung hingga Rasulullah SAW), tidak seperti yang dinyatakan Ibnu Hibban. Wallahu a'lam.
Malik meriwayatkan dari Yahya bin Sa'id bin Musayyib, ia mengatakan, “Ibrahim adalah orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang berkhitan, orang pertama yang mencukur kumis, orang pertama yang memiliki uban. Ia kemudian berkata, Ya Rabbi Apa ini? Allah menjawab, 'Itu adalah ketenangan.' Ibrahim kemudian berkata, “Ya Rabb! Buatlah aku semakin tenang"
Yang lain menambahkan, Ibrahim adalah orang pertama yang mencukur kumis, orang pertama yang mencukur rambut kemaluan, dan orang pertama yang mengenakan celana.
Makam Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub terletak di kawasan Murabba'ah yang dibangun Sulaiman bin Dawud di negeri Hebron, negeri yang saat ini dikenal sebagai kawasan Ibrahim Al-Khalil. Data ini diterima secara mutawatur dari generasi ke generasi, sejak masa Bani Israil hingga saat ini. Makam Ibrahim memang terletak di kawasan Murabba'ah.
Namun tepatnya di sebelah mana, tidak ada riwayat shahih dari Rasulullah SAW terkait hal itu. Untuk itu, kawasan tersebut harus dihormati, dimuliakan, dan tidak dikotori di seluruh bagiannya, untuk mengantisipasi jika makam Ibrahim Al-Khalil atau salah seorang anaknya yang menjadi nabi, berada di bawah tempat tersebut.
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya hingga Wahab bin Munabbih, ia menuturkan, “Di makam ibrahim Al-Khalil terdapat tulisan usang sebagai berikut:
Rabbku! Orang bodoh terbuai angan-angan...
Sementara siapa pun yang tiba ajalnya, pasti mati
Siapa pun yang telah dekat kematiannya
Apapun usahanya tiada akan dapat membawa guna
Bagaimana manusia bisa hidup selamanya
Sementara orang-orang sebelumnya sudah tiada Di dalam kubur, tiada yang menemani siapa pun ...
Selain amal perbuatannya
Lihat Juga: Keesaan Tuhan dan Hari Kebangkitan: Penemuan Nabi Ibrahim adalah Penemuan Manusia yang Terbesar
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qishashul Anbiya" menyebutkan bahwa Istri Nabi Ibrahim yang terkenal hanya dua, sementara masih ada dua lainnya yang kurang terkenal yaitu Qanthura binti Yaqthan dan Hajun binti Amin.
Dari Qanthura binti Yaqthan lahir 6 orang anak, yakni Madyan, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan yang keenam belum sempat diberi nama. Dari Hajun binti Amin lahir 5 orang anak, yakni Kisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
Abu Qasim As-Suhaili dalam bukunya berjudul "At-Tar'if wal A'lam" juga menjelaskan anak pertama Ibrahim adalah Isma'il dari Hajar Al-Qibthiyyah Al-Mishriyyah, setelah itu Ishaq dari Sarah, saudara sepupu Ibrahim sendiri.
Setelah Sarah meninggal, Ibrahim menikah dengan Qanthur binti Yaqhthin Al-Kan'aniyyah. Qanthur melahirkan enam anak dari Ibrahim: Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan nama anak yang keenam tidak disebutkan.
Setelah Qanthura meninggal, Ibrahim menikah dengan Hajun bint Amin. Hajun kemudian melahirkan lima anak untuk Ibrahim: Kaisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.
Nasab Nabi Ibrahim
Sedangkan nama dan nasabnya Nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh (250) bin Nahur (usia 148 tahun) bin Sarugh (usia 230 tahun) bin Raghu (usia 239 tahun) bin Faligh (usia 439 tahun) bin Abir (usia 464 tahun) bin Shalih (usia 433 tahun) bin Arfakhsyadz (usia 438 tahun) bin Sam (usia 600 tahun) bin Nuh as.
Demikian teks Ahli Kitab dalam kitab Taurat. Usia mereka diketahui karena disebutkan di bawah setiap nama mereka dengan tulisan India, juga berdasarkan sejumlah sumber lain.
Al-Hafizh Ibnu Asakir menyebutkan dalam biografi Ibrahim AlKhalil dalam kitab At-Tarikh, diriwayatkan dari Ishag bin Bisyr Al-Kahili, pemilik kitab Al-Mabda', nama ibu Ibrahim adalah Amilah. Ishaq bin Bisyr menyebutkan kisah kelahiran Ibrahim secara panjang lebar. AlKalbi menyatakan, “Nama ibu Ibrahim adalah Buna binti Karbita bin Karatsi, dari keturunan Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur berbeda dari Ikrimah, ia menyatakan, “Abu Ibrahim dipanggil dengan kuniah Abu Dhaifan.”
Para Ahli Kitab juga menyebutkan, Ibrahim jatuh sakit dan meninggal dalam usia 175 tahun. Sumber lain menyebut 190 tahun. Ibrahim dimakamkan di gua Hebron Al-Haitsi, tepat di dekat makam istrinya, Sarah, di kawasan perkebunan milik Afrun Al-Haitsi.
Ibrahim dimakamkan oleh Isma'il dan Ishaq. Ada riwayat lain yang menunjukkan Ibrahim hidup selama 200 tahun, seperti yang disampaikan Ibnu AlKalbi.
Abu Hatim bin Hibban menyebutkan dalam kitab Shahih-nya, Mufaddhal bin Muhammad Al-Jundi memberitakan kepada kami di Makkah, Ali bin Ziyad Al-Lakhami bercerita kepada kami, Abu Oarrah bercerita kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Musayyib, dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Ibrahim khitan di Qadum dalam usia 120 tahun, dan setelah itu ia hidup selama 80 tahun."
Hadits di atas secara mauquf diriwayatkan Al-Hafizh Ibnu Asakir dari jalur Ikrimah bin Ibrahim, dan Ja'far bin Aun Al-Umari dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id, dari Abu Hurairah.
Selanjutnya Ibnu Hibban membantah pernyataan kalangan yang menyalahkan jika riwayat di atas marfu'. Ibnu Hibban menuturkan, “Muhammad bin Abdullah bin Junaid mengabarkan kepada kami, Qutaibah bin Sa'id bercerita kepada kami, Laits bercerita kepada kami, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Ibrahim khitan saat berusia 120 tahun, setelah itu ia hidup selama 80 tahun. Ia khitan di Gadum'.”
Hadis ini juga diriwayatkan Al-Hafizh Ibnu Asakir dari jalur Yahya bin Sa'id, dari Ibnu Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.
Selanjutnya Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdurrazzaq, ia menyatakan, “Qadum adalah nama sebuah perkampungan.”
"Menurut riwayat shahih, Ibrahim khitan dalam usia 80 tahun, tanpa menyebut usia Ibrahim setelah itu," ujar Ibnu Katsir.
Keutamaan Nabi Ibrahim
Muhammad bin Isma'il Al-Hassani Al-Wasithi menyebutkan, “Sejumlah penjelasan tambahan disebutkan dalam Tafsir Waki', Abu Mu'awiyah bercerita kepada kami, dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Musayyib, dari Abu Hurairah, ia menuturkan, “Ibrahim adalah orang pertama yang mengenakan celana, orang pertama yang membelah (sisiran) rambut, orang pertama yang mencukur rambut kemaluan, orang pertama yang berkhitan di Qadum (atau menggunakan kapak) dalam usia 120 tahun, dan setelah itu hidup selama 80 tahun, orang pertama yang menjamu tamu, dan orang pertama yang beruban.”
Demikian Muhammad bin Isma'il meriwayatkan hadits di atas secara mauquf, dan lebih tepatnya riwayat seperti ini marfu' (rangkaian sanadnya terhubung hingga Rasulullah SAW), tidak seperti yang dinyatakan Ibnu Hibban. Wallahu a'lam.
Malik meriwayatkan dari Yahya bin Sa'id bin Musayyib, ia mengatakan, “Ibrahim adalah orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang berkhitan, orang pertama yang mencukur kumis, orang pertama yang memiliki uban. Ia kemudian berkata, Ya Rabbi Apa ini? Allah menjawab, 'Itu adalah ketenangan.' Ibrahim kemudian berkata, “Ya Rabb! Buatlah aku semakin tenang"
Yang lain menambahkan, Ibrahim adalah orang pertama yang mencukur kumis, orang pertama yang mencukur rambut kemaluan, dan orang pertama yang mengenakan celana.
Makam Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub terletak di kawasan Murabba'ah yang dibangun Sulaiman bin Dawud di negeri Hebron, negeri yang saat ini dikenal sebagai kawasan Ibrahim Al-Khalil. Data ini diterima secara mutawatur dari generasi ke generasi, sejak masa Bani Israil hingga saat ini. Makam Ibrahim memang terletak di kawasan Murabba'ah.
Namun tepatnya di sebelah mana, tidak ada riwayat shahih dari Rasulullah SAW terkait hal itu. Untuk itu, kawasan tersebut harus dihormati, dimuliakan, dan tidak dikotori di seluruh bagiannya, untuk mengantisipasi jika makam Ibrahim Al-Khalil atau salah seorang anaknya yang menjadi nabi, berada di bawah tempat tersebut.
Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya hingga Wahab bin Munabbih, ia menuturkan, “Di makam ibrahim Al-Khalil terdapat tulisan usang sebagai berikut:
Rabbku! Orang bodoh terbuai angan-angan...
Sementara siapa pun yang tiba ajalnya, pasti mati
Siapa pun yang telah dekat kematiannya
Apapun usahanya tiada akan dapat membawa guna
Bagaimana manusia bisa hidup selamanya
Sementara orang-orang sebelumnya sudah tiada Di dalam kubur, tiada yang menemani siapa pun ...
Selain amal perbuatannya
Lihat Juga: Keesaan Tuhan dan Hari Kebangkitan: Penemuan Nabi Ibrahim adalah Penemuan Manusia yang Terbesar
(mhy)