Dianggap Timbulkan Perpecahan, Musthafa Kemal Tolak Ajaran Salat

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 12:32 WIB
loading...
A A A
Mushtafa Kemal Ataturk juga memerintahkan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-maknanya dan cita asa bahasanya.



Dia memerintahkan agar adzan dilakukan dengan mengunakan Bahasa Turki. Dia melakukan perubahan metode pengajaran dan dilakukannya penulisan ulang sejarah untuk memunculkan kejajayaan nasionalisme masa lalu, sebagaimana bahasa Turki dibersihkan dari semua pengaruh bahasa Arab dan Persia dan menggantinya dengan bahasa Eropa dan bahasa Latin kuno.

Pemerintah juga mengumumkan keinginannya untuk berkiblat pada Eropa dan memisahkan dirinya dari dunia Islam dan Arab. Pemerintah bertekad untuk mengenyampingkan Islam, sehingga dia harus memerangi semua usaha untuk menghidupkan prinsip nilai-nilai Islam dengan cara yang demikian kasar dan keras.



Langkah-langkah yang diambil Mushtafa Kemal ini memiliki dampak yang luas di Mesir , Afghanistan , Iran , India dan Turkistan serta kawasan dunia Islam lainnya. Sebab memberi peluang bagi kalangan yang menyeru pada westernisasi dan cenderung pada budaya Barat untuk menjadikan Turki sebagai contoh utama dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bisa dijadikan teladan.

Media-media di Mesir seperti Al-Ahram, Siyasat dan Al-Muqaththam, yang memiliki orientasi memusuhi Islam menyambut gembira apa yang dilakukan oleh Attaturk. Media-media itu banyak mendapat dukungan dari Yahudi-Freemasonry dan Barat.



Seganas Bolshevik di Rusia
Media-media itu menjustifikasi dan mendukung apa yang dilakukan Mushtafa Kemal Attaturk. Media-media itu menyebarkan apa yang dikatakan oleh Attaturk di antaranya: “Turki baru, sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan agama.” Atau pada saat yang lain memegang Al-Qur’an di tangannya dan dengan congkaknya menyatakan; "Sesungguhnya kemajuan bangsa-bangsa tidak mungkin dilakukan dengan menerapkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang telah berlalu beberapa abad lamanya.”

Pemerintahan Turki-- Kemalis sekuler-sebagaimana yang dikatakan Oleh Amir Syakib Arselan-- bukanlah negara agama dalam bentuk yang serupa dengan Prancis ataupun Inggris, bahkan ia lebih ganas dari itu dalam memusuhi agama seperti yang dilakukan oleh pemerintahan Bolshevik di Rusia. Sebab negara-negara sekuler Barat pun dengan segala macam bentuk perlawanannya terhadap agama tidak sampai campur tangan dalam masalah penulisan huruf-huruf Injil, pakaian-pakaian yang harus dikenakan oleh para pemuka agama dan hukum yang khusus buat mereka serta masalah-masalah gereja.

Baca juga
: Fitnah Berbalut Islam Sukses Hancurkan Pemerintahan Sultan Abdul Hamid II

Media Yahudi memiliki peran yang sangat besar dalam memasarkan pemurtadan ini, sebagaimana mereka juga memiliki peran besar dalam mendorong Kemal Ataturk untuk melakukan tindakan yang kejam terhadap perlawanan yang dilakukan kalangan Islam. Bahkan di depan matanya digambarkan, bahwa pembantaian yang demikian ganas ini dalam melawan kaum muslimin adalah bentuk perang kepahlawanan sebagaimana dia selalu berkoar di mimbar-mimbar agar rakyat Turki meniru apa yang ada di Barat-Salibis dan mengajak pada kebebasan yang berbau kekufuran bagi kalangan wanita Turki.

Dia mengajak pada degradasi akhlak dengan anggapan bahwa minum minuman keras, judi, perzinaan tak lain sebagai gambaran dari tingginya peradaban dan kemajuan.



Satu kenyataan pahit adalah bahwa Mushtafa Kemal Ataturk telah menjadi percontohan besar bagi para penguasa di dunia Islam, sedangkan tindakannya yang diktator telah menimbulkan dampak yang begitu jauh terhadap kebijakan-kebijakan para penguasa yang datang setelahnya.

Ia telah membuka pintu yang demikian luas bagi penjajah Barat untuk meruntuhkan Islam. Prancis misalnya, seakan mendapat pembenaran untuk mewujudkan keinginannya mengkristenkan kawasan Afrika Utara dan mengeluarkan mereka dari agama, akidah Islamnya, sebagaimana dihembuskan, bahwa tidaklah wajib bagi mereka untuk memegang keislamannya lebih daripada apa yang dilakukan oleh orang-orang Islam di Turki sendiri.



Mushtafa Kemal menjadi pemimpin "spiritual" bagi banyak penguasa yang menjual akhiratnya untuk kepentingan dunia mereka yang akan segera sirna.

Enam Anak Panah
Kebijakan politis-sekuler Ataturk tampak dalam program partainya-- Republikan People Party-- yang tampak tahun 1349 dan tahun 1355 H dalam undang-undang Turki yang memuat tujuh hal pokok yang kemudian digambarkan dengan menggunakan enam anak panah di bendera Partai yakni; Nasionalisme, republik, kebangsaan, sekularisme, revolusi dan kekuasaan pemerintah.

Ataturk meninggal pada tahun 1356 H setelah berhasil menancapkan kuku sekularisme di Turki walaupun tidak disukai oleh kaum muslimin. Kemal Attaturk ditimpa satu penyakit menjelang kematiannya dalam jangka waktu beberapa tahun.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1553 seconds (0.1#10.140)